From Reportase Kenduri Cinta

KELEDAI LESTARI

“Saya tidak mau Maiyahan kalau ndak ada Allah”, Cak Nun menegaskan. Bahwa setiap manusia berbuat baik, apapun saja, sudah seharusnya motivasi utamanya adalah Allah. Kesadaran bahwa hidup kita tidak hanya berhenti di dunia inilah yang dijadikan dasar oleh Cak Nun untuk terus berjuang bersama di Maiyahan, hampir setiap malam. PadhangmBulan 24 tahun, Mocopat Syafaat lebih dari 15 tahun, lalu Gambang Syafaat dan Kenduri Cinta, semua itu dilakukan oleh Cak Nun atas kesadaran bahwa hidup manusia itu abadi; Kholidiina Fiiha Abadaa. Jika saja hidup memang selesai hanya di dunia, untuk apa berbuat baik? Kalau ndak ada Allah, sekalian saja hidup ini penuh dengan perbuatan jahat, pencurian, tidak ada pernikahan, semua wanita yang kita maui kita tiduri. Tetapi, karena ada Allah, kita semua tidak mau melakukan itu semua.

KOORDINAT MAIYAH

“Jangan bernafsu membikin petasan kembang api yang menyala sangat terang namun hanya bertahan dalam waktu singkat kemudian hilang, tetapi bikinlah lampu-lampu yang cahayanya bertahan lama, meskipun kecil. Karena, jika dikumpulkan sedikit demi sedikit, maka lampu tersebut akan menjadi sekumpulan cahaya yang jumlahnya sangat banyak”, lanjut Sabrang.

RAKAAT PANJANG

“Pada mulanya dan pada akhirnya adalah cinta. Kalau proses individu, proses rumah tangga, proses bermasyarakat, proses bernegara dan berbangsa, tidak berpangkal pada cinta dan tidak berujung pada cinta, dia pasti gagal”, lanjut Cak Nun. Dan, itu pula yang dilakukan oleh Allah ketika menciptakan alam semesta ini yang diawali dengan terciptanya Nur Muhammad. Karena proses bercinta tidak bisa dilakukan secara mandiri, harus ada objek yang dicintai, sehingga kemudian ia juga akan dicintai.

SÉRIBUTA SÉRITULI

Dalam Islam tidak ada dikotomi Ilmu Pengetahuan. Sehingga, tidak ada alasan bahwa orang islam tidak mampu menerima perkembangan sains hari ini. Dan, umat Islam yang benar-benar berpegang kepada Al Qur’an tidak akan takut terhadap perubahan apapun di dunia ini. Karena segala sesuatu selalu berubah, setiap hari, setiap detik, setiap waktu. Karena semua penciptaan Allah itu hakikatnya adalah sesuatu yang sifatnya baru.

PATPATGULIPAJAK IBLIS AMNESTY

Cak Nun kemudian mengupas mengapa Pancasila tidak benar-benar menghasilkan output berupa sila ke lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cak Nun menjelaskan, bahwa sila pertama seharusnya menjadi titik pusat gravitasi bagi seluruh penduduk Indonesia. Jika seluruh rakyat Indonesia menjadikan sila pertama sebagai pusat gravitasi, maka akan menghasilkan manusia yang adil dan beradab. Kemudian akan menghasilkan Persatuan Indonesia. Meskipun Indonesia terdiri dari berbagai suku, bangsa, ras, agama, ormas bahkan partai sekalipun. Maka, jika fondasinya sudah beres, sila pertama sebagai gravitasi dan sila kedua sebagai subjeknya persatuan Indonesia akan menghasilkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratn dan perwaklilan. Sehingga, akhirnya sampai pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

MANUSIA DAN NEGARA GRAVITATIF

Athiiullaha wa athiiurrasuul wa ulil amri minkum, ayat ini menjelaskan salah satu detail keseimbangan dalam kehidupan manusia. Melalui ayat tersebut Allah memberi retorika bahwa kalimat áthiiu tidak disematkan pada kata ulil amri. Hal ini dapat difahami bahwa ketaatan terhadap ulil amri itu tidak mutlak, tetapi sepanjang ulil amri berda dalam garis lurus gravitatif syariat Allah maka sepanjang itulah manusia harus taat kepada ulil amri. Akan tetapi, ketaatan terhadap Allah dan Rasulullah adalah ketaatan yang bersifat mutlak, tidak ada celah negosiasi di dalamnya.

MANUSIAHWAT

Dalam lingkup pemerintahan, tugas utama seorang presiden bukanlah sebagai orang yang mengambil kebijakan tentang pajak, migas, keuangan, ekonomi, hukum dan lain sebagainya. Seorang presiden adalah orang yang menjaga keseimbangan dari semua kegiatan-kegiatan para staf dan pembantunya di pemerintahan, ini wilayah horizontal. Sedangkan pada wilayah vertikal, ia menjaga keseimbangan antara hubungan dirinya kepada Tuhannya dan rakyatnya, yang di dalam kebudayaan jawa dikenal istilah manunggaling kawulo lan gusti. Yaitu menyatunya antara rakyat dan Tuhan didalam hati seorang pemimpin. Apabila ia menyakiti rakyatnya maka Tuhan akan marah dan apabila ia mengingkari Tuhannya maka rakyatnya akan menderita.

DEFORMASI INFORMASI

Juni 2016, Kenduri Cinta genap berusia enam belas tahun. Sebuah perjalanan yang tidak sebentar, dan perlu disyukuri atas keistiqomahan yang sudah dijalani selama ini. Ungkapan syukur perjalanan Kenduri Cinta tahun ini terasa spesial karena bertepatan dengan bulan ramadan. Berbagai ucapan atas enam belas tahun Kenduri Cinta mengalir deras dari para nitizen di dunia maya.

Deformasi Informasi, menjadi tema Kenduri Cinta bulan ini, sejalan dengan pattern yang sudah terbangun sejak lama bahwa Maiyah bukanlah ajang unjuk kebenaran tentang sebuah pengetahuan, melainkan sebagai wadah untuk bersama-sama mencari kebenaran. Informasi awalnya adalah berupa data, kemudian berubah menjadi Informasi (Information), kemudian menjadi Pengetahuan (Knowledge), lalu menjadi Wawasan (Insight), dan puncaknya adalah Kebijaksanaan (Wisdom).

BERLADANG MASA DEPAN DI NEGERI MAIYAH

Di Kenduri Cinta kita diberi benih untuk ditanam di ladang masing-masing. Dan, itulah tantangan kita kedepan, yakni bagaimana kita mampu menanam benih-benih yang kita punya ini sehingga ia bisa tumbuh menjadi sebuah pohon yang subur dan rindang, yang kemudian berbuah dan menjadi manfaat bagi generasi berikutnya. Seandainya besok hari kiamat datang dan di genggaman kita terdapat sebuah benih tanaman, maka tugas kita adalah tetap menanam benih tersebut.

Maiyah sendiri merupakan laboratorium pembelajaran yang tidak hanya unik, dimana selain menawarkan limpahan ilmu yang begitu banyak, Maiyah pun menyajikan sebuah gelombang energi yang tidak bisa didefinisikan dengan jelas.

PEMIMPI KEPEMIMPINAN

Yang terjadi di sebuah negara, subjek utamanya adalah pemimpin, yang belum tentu memiliki output kepemimpinan. Bahkan, salah satu bentuk kesalahan penggunaan kata di Indonesia adalah penggunaan kata “negeri” di dalam “Pegawai Negeri Sipil”, sehingga bisa untuk dipahami bahwa Negara Indonesia tidak memiliki pegawai.

Orang boleh saja mengatakan bahwa urusan bahasa adalah urusan yang sepele, tetapi pada faktanya semua kerusakan-kerusakan yang ada di dunia saat ini salah satu penyebabnya adalah karena manusia tidak meletakkan kata sesuai pada fungsinya. Seperti yang terjadi di Indonesia, antara negara dan negeri saja tidak banyak orang yang menyadari bahwa kedua kata tersebut memiliki resonansi dan artikulasi yang begitu jauh berbeda.