From Redaksi

Mukadimah: URJA CINTA PARIVARTANA

Kenduri Cinta telah menemani masyarakat ibukota dengan berbagai macam hiruk pikuk problematika kehidupan yang ada. Tak sedikit tema atau topik yang telah didiskusikan selama ini. Semua sudut persoalan yang menyangkut hajat hidup penduduk Jakarta, bahkan Indonesia tak lepas dari ruang diskusi di panggung terbuka setiap bulannya. Kenduri Cinta tak pernah berhenti menemani jamaah yang datang dengan berbagai macam latar belakangnya yang begitu beragam.

Jika Kamu Otentik, Kamu Tidak Butuh Sanad

Ada perbedaan yang sangat jelas antara menyembah dengan mengabdi. Cak Nun menarik garis ke belakang saat peristiwa Allah memerintahkan Iblis untuk bersujud kepada Adam AS. Bagi Cak Nun perintah Allah itu bukan dalam rangka Iblis diperintah Allah untuk menyembah kepada Adam, melainkan Iblis diminta bersujud kepada Adam AS dalam rangka mengabdi, bukan menyembah. Seperti halnya kita bersujud kepada Ibunda kita saat meminta doa restu, itu bukan peristiwa kita menyembah Ibu kita, melainkan peristiwa pengabdian kita kepada Ibu kita yang hendak memberi restu kepada kita.

An’amta ‘Ala Maiyah Harus Diaktivasi

Cak Nun mentadabburi surat An-Naas, surat pemungkas Al-Qur`an, dalam ayat tersebut membahas mengenai yuwaswisu fii shuduuri-n-naas, yang kemudian selanjutnya dijelaskan mina-l-jinnati wa-n-naas. Cak Nun menyampaikan bahwa selain bentuknya min syarri-l-waswasi-l-khonnas, sejatinya manusia dan jin juga mampu memproduksi cipratan-cipratan yang sifatnya positif yang juga berimbas yuwaswisu fii shuduuri-n-naas yang sifatnya positif. Termasuk fungsi malaikat yang juga bisa diproduksi oleh manusia, juga jin.

Doa dan Munajat 70 Tahun Cak Nun

“Mbah Nun menemani kita tanpa pernah berfikir mengenai untung dan rugi. Mbah Nun menemani kita dari satu daerah ke daerah yang lain denga hati yang menggembirakan, supaya kita tetap bergembira, karena kegembiraan itu sumber inspirasi yang baik untuk masa depan kita”, Pakde Mus mendoakan.

Mukadimah: AN’AMTA ‘ALA MAIYAH

Maiyah adalah forum yang fenomenal, gayeng, liberal, penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Kesegaran-kesegaran yang lahir di Maiyah pun bertransformasi menjadi keteduhan Maiyah, kecerdasan Maiyah, kebahagiaan Maiyah. Ijtihad ilmu di Maiyah seringkali out of the box dari fenomena mainstream dunia saat ini.

Mukadimah: EVAKUASI KEFITRIAN

Pada satu edisi Tetes, Cak Nun mengungkapkan: “Mafia kapitalis-kapitalis raksasa yang melakukan tipu daya dan penguasaan-penguasaan yang tak kentara sekarang ini, bukan tidak ada kemungkinan akan dicekik oleh orang-orang yang mereka rendahkan, mereka bodoh-bodohkan dan mereka tipu dengan segala cara. Kekuatan mereka bisa dikalahkan oleh kecepatan para Malaikat supporter para pejuang. Wa ma romaita idz romaita walakinnalloha roma. Dan kecepatan para penjajah dikalahkan oleh momentum dari Tuhan. Kalah oleh waktu. Oleh sa’ah. Dan Tuhan menyatakan fantadzirissa’ah.”

Mukadimah: TUHAN PUN BERLARI

Manusia, sejak awal diciptakan memiliki kebebasan untuk memilih. Tidak perlu kita menggugat kenapa Nabi Adam AS melanggar aturan saat masih di Surga, yang akibatnya kita saat ini hidup di bumi. Nabi Adam AS sebagai manusia pertama justru membuktikan bahwa memang manusia adalah makhluk kemungkinan, sehingga bisa memilih terhadap berbagai pilihan yang tersedia. Sekian abad berlalu, Allah kemudian menyempurnakan Ad-diin-Nya dengan kerasulan Rasulullah Muhammad SAW.

Mukadimah: RANJAU MIN HAITSU LA YAHTASIB

Saat ini artificial intelligence begitu berdaya untuk memprofile pengguna gadget internet. Minat kesukaan setiap penggunanya dapat diarahkan dan dimanjakan dengan kesenangannya. Viral terkenal secara instan yang dialami oleh beberapa content creator akibat satu-dua konten tidak bisa diduga-duga. Tiba-tiba terkenal, banyak endorse dan berlimpah harta. Itu layaknya jackpot bagi penjudi online. Pengguna awam akan tergiur untuk mempertaruhkan segala kontennya demi mendapatkan penghasilan yang tidak diduga-duga. Padahal dibalik itu ada bandar sebagai penyedia layanan dengan segala kelengkapan AI-nya untuk menyedot apapun yang dipertaruhkan pengguna.

Mukadimah: JAGRATARA

Dalam kosmologi Jawa, kita mengenal maningal, manekung, dan manages. Saat maningal kita menggunakan panca indera, logika dan fokus berfikir atas semua kejadian dan permasalahan untuk dicari kemungkinan alasan di luar dari dirinya. Kemudian setelah itu manekung, yaitu proses dimana kita menggunakan rasa, mengendapkannya untuk mereduksi nafsu. Kosong untuk mencapai manages, yaitu petunjuk ilahiah yang sejati.

Mukadimah: SESANTI HATI KEKASIH

Di tengah keadaan yang tidak menentu, bagi yang tidak terbiasa akan muncul rasa cemas hingga ketakutan yang luar biasa. Jika sampai ada satu orang saja yang panik, justru akan semakin memperburuk keadaan rombongan. Segala jalan yang ada seolah buntu. Nekat melanjutkan pendakian jelas membahayakan, turun bisa jadi pilihan meskipun tidak mungkin untuk langsung turun gunung. Sementara bagi yang sudah terbiasa cenderung akan lebih tenang dan memilih diam sembari menunggu cuaca membaik. Koordinasi segera dilakukan untuk mengukur daya tahan rombongan dan dengan cuaca yang tidak mendukung untuk melanjutkan pendakian maka akan memilih turun demi keselamatan bersama.