Mukadimah: TAWASHSHULAN

DI TAHUN 2010, Cak Nun pernah menulis mengenai Maiyah. Salah satu nukilannya adalah: Maiyah adalah apapun yang kita alami — kegembiraan atau kesedihan, kekayaan atau kemiskinan, kesepian atau tidak kesepian, di kesunyian atau di keramaian, dalam keadaan sehat atau sakit, dalam kekalahan atau kemenangan — selalu kita bersama Alloh dan Rosululloh.

Kebersamaan yang kita upayakan bersama di Maiyah memiliki pondasi yang sangat jelas. Bahwa kita bersama-sama dengan Allah dan Rasulullah dalam keadaan apapun saja. Sebisa mungkin, semampu-mampu kita agar jangan sampai tidak dalam kondisi bersama dengan Allah dan Rasulullah. Konsep segitiga cinta yang digagas oleh Cak Nun di Maiyah adalah upaya meneguhkan kebersamaan itu.

Pada tulisan itu, Cak Nun juga menegaskan bahwa Bahasa kenegaraan Maiyah adalah nasionalisme. Bahasa mondialnya adalah universalisme. Bahasa perdaban Maiyah adalah pluralisme. Dan Bahasa kebudayaannya adalah heterogenisme. Maka konsep forum Maiyah seperti Kenduri Cinta adalah egaliter. Adanya panggung hanya sebagai penanda podium yang posisinya lebih tinggi, sehingga jamaah yang di belakang mengetahui siapa yang sedang berbicara di panggung.

Maka kemudian Cak Nun juga menegaskan Azas Maiyah: Segitiga cinta Allah — Muhammad — Manusia, Perniagaan Dunia — Akherat (untung rugi dimata Allah), Tidak keliru menentukan cara/jalan dan Tujuan (hancur karena menuhankan dunia), Peradaban Lingkaran (dari Innalillahi sampai revolusi roda), Kebenaran— Kebaikan — Keindahan (komposisi 3 dimensi nilai kehidupan), Langit — Bumi (bangunan meninggi dan meluas), Azas maslahat — Mudharot (identifikasi diri dan perbuatan), Fardhu a’in — fardhu kifayah (tahu mana yang utama dan mana yang tidak utama), Mempersatukan muhajirin dan anshor (mentauhidkan kebudayaan).

Dalam perjalanannya, Cak Nun bersama KiaiKanjeng menyusun banyak nomor wirid dan sholawat yang tujuannya juga dalam rangka semakin meneguhkan segitiga cinta Maiyah. Seiring berjalannya waktu, disusunlah naskah Tawashshulan oleh Cak Nun.

Secara bahasa, Tawashshul artinya mendekatkan diri dengan halus dan lembut. Tawashshulan adalah sebuah metode yang digagas oleh Cak Nun dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah SAW. Ranah dari Tawashshulan ini adalah ijtihad. Dan sudah kita ketahui bersama bahwa di Maiyah tidak ada fatwa. Maka, Tawashshulan ini pun bukan sebuah perintah, melainkan ajakan, atau maksimalnya adalah anjuran.

Dalam pengantar naskah Tawashshulan, Cak Nun menyampaikan bahwa kita saat ini mengalami kehidupan di dunia yang isi dan keberlangsungan sejarahnya tidak sejalan, tidak searah, tidak segelombang dengan apa yang kita pedomani dalam Islam. Ada banyak hal yang kita temui di dunia ini yang sebenarnya tidak sejalan dengan prinsip Islam, namun kita tidak punya kemampuan untuk mengubahnya apalagi menentangnya.

Tawashshulan juga dimaksudkan sebagai pernyataan ketidakberdayaan kita di hadapan Allah. Selain itu, tujuan dari tawashshulan ini adalah memohon ampun kepada Allah. Sepenuhnya kita mem-fana-kan diri kita pada ritual Tawashshulan ini, mengosongkan jiwa, dan mempasrahkan hati serta seluruh hidup kita dan menerima sepenuh hati untuk ridhlo dengan apapun saja yang ditetapkan oleh Allah.

Hari-hari ini, kita sedang melewati masa-masa yang tidak mudah secara internal di Maiyah. Kenduri Cinta edisi Juli 2023 ini dikhususkan untuk Tawashshulan dalam rangka mengupayakan dan memaksimalkan ijtihad kita, terutama dalam memohon kesehatan dan kesembuhan dari penyakit atas guru kita semua: Cak Nun.

Seperti yang dikabarkan melalui caknun.com, bahwa perkembangan kondisi Cak Nun semakin hari semakin membaik. Tentu menjadi kabar yang positif, dan kita berharap bahwa kondisi beliau semakin hari juga semakin membaik lagi. Maka salah satu cara kita untuk menambah semangat Cak Nun untuk sehat kembali adalah dengan kita bermunajat bersama, melingkar di forum Kenduri Cinta ini.