By Redaksi Kenduri Cinta

Mukadimah: TAWASHSHULAN

Maiyah adalah apapun yang kita alami — kegembiraan atau kesedihan, kekayaan atau kemiskinan, kesepian atau tidak kesepian, di kesunyian atau di keramaian, dalam keadaan sehat atau sakit, dalam kekalahan atau kemenangan — selalu kita bersama Alloh dan Rosululloh.

Logo 23 Tahun Kenduri Cinta

Kenduri Cinta telah memasuki dekade ketiga. Hingga usianya saat ini, tak pernah ada kata berhenti untuk menebarkan sifat Memayu Hayuning Cinta di tengah jamaah yang juga senantiasa istiqomah bersama, dengan harapan akan selalu muncul pendaran-pendaran cahaya cinta melalui jamaah kepada lingkungan sekitar mereka. Sehingga nilai-nilai kebaikan yang selama ini lahir di Maiyah dapat terus memantul dan semakin meluas kepada semua manusia dan alam semesta.

Mukadimah: URJA CINTA PARIVARTANA

Kenduri Cinta telah menemani masyarakat ibukota dengan berbagai macam hiruk pikuk problematika kehidupan yang ada. Tak sedikit tema atau topik yang telah didiskusikan selama ini. Semua sudut persoalan yang menyangkut hajat hidup penduduk Jakarta, bahkan Indonesia tak lepas dari ruang diskusi di panggung terbuka setiap bulannya. Kenduri Cinta tak pernah berhenti menemani jamaah yang datang dengan berbagai macam latar belakangnya yang begitu beragam.

Jika Kamu Otentik, Kamu Tidak Butuh Sanad

Ada perbedaan yang sangat jelas antara menyembah dengan mengabdi. Cak Nun menarik garis ke belakang saat peristiwa Allah memerintahkan Iblis untuk bersujud kepada Adam AS. Bagi Cak Nun perintah Allah itu bukan dalam rangka Iblis diperintah Allah untuk menyembah kepada Adam, melainkan Iblis diminta bersujud kepada Adam AS dalam rangka mengabdi, bukan menyembah. Seperti halnya kita bersujud kepada Ibunda kita saat meminta doa restu, itu bukan peristiwa kita menyembah Ibu kita, melainkan peristiwa pengabdian kita kepada Ibu kita yang hendak memberi restu kepada kita.

An’amta ‘Ala Maiyah Harus Diaktivasi

Cak Nun mentadabburi surat An-Naas, surat pemungkas Al-Qur`an, dalam ayat tersebut membahas mengenai yuwaswisu fii shuduuri-n-naas, yang kemudian selanjutnya dijelaskan mina-l-jinnati wa-n-naas. Cak Nun menyampaikan bahwa selain bentuknya min syarri-l-waswasi-l-khonnas, sejatinya manusia dan jin juga mampu memproduksi cipratan-cipratan yang sifatnya positif yang juga berimbas yuwaswisu fii shuduuri-n-naas yang sifatnya positif. Termasuk fungsi malaikat yang juga bisa diproduksi oleh manusia, juga jin.

Doa dan Munajat 70 Tahun Cak Nun

“Mbah Nun menemani kita tanpa pernah berfikir mengenai untung dan rugi. Mbah Nun menemani kita dari satu daerah ke daerah yang lain denga hati yang menggembirakan, supaya kita tetap bergembira, karena kegembiraan itu sumber inspirasi yang baik untuk masa depan kita”, Pakde Mus mendoakan.

Mukadimah: AN’AMTA ‘ALA MAIYAH

Maiyah adalah forum yang fenomenal, gayeng, liberal, penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Kesegaran-kesegaran yang lahir di Maiyah pun bertransformasi menjadi keteduhan Maiyah, kecerdasan Maiyah, kebahagiaan Maiyah. Ijtihad ilmu di Maiyah seringkali out of the box dari fenomena mainstream dunia saat ini.

Mukadimah: EVAKUASI KEFITRIAN

Pada satu edisi Tetes, Cak Nun mengungkapkan: “Mafia kapitalis-kapitalis raksasa yang melakukan tipu daya dan penguasaan-penguasaan yang tak kentara sekarang ini, bukan tidak ada kemungkinan akan dicekik oleh orang-orang yang mereka rendahkan, mereka bodoh-bodohkan dan mereka tipu dengan segala cara. Kekuatan mereka bisa dikalahkan oleh kecepatan para Malaikat supporter para pejuang. Wa ma romaita idz romaita walakinnalloha roma. Dan kecepatan para penjajah dikalahkan oleh momentum dari Tuhan. Kalah oleh waktu. Oleh sa’ah. Dan Tuhan menyatakan fantadzirissa’ah.”

Literasi Utama

TUHAN PUN BERLARI

“Maiyah is undeniable!”, Cak Nun menegaskan. Apa yang kita lakukan di Maiyah, memasuki dekade ketiga saat ini adalah sesuatu yang tidak direncanakan, maka perjuangan ini awet, karena yang melakukan adalah orang-orang yang sungguh-sungguh. “Saya tidak mengajak anda untuk bangga. Tetapi mengajak anda untuk bersungguh-sungguh dalam menikmati atmosfer kegembiraan di Maiyah”, lanjut Cak Nun. Secara psikologis kita merasakan kegembiraannya, secara akal kita mengilmui apa yang kita dapatkan di Maiyah. “Saya bukan guru besar anda, saya itu sahabat anda”, Cak Nun menegaskan bahwa Maiyah ini bukan karya beliau, bahwa beliau saat ini mungkin kita anggap sebagai icon Maiyah, menurut Cak Nun itu hanya kebetulan saja, ibarat kita sedang naik sepeda bareng-bareng, kebetulan Cak Nun ada di barisan terdepan.

Mukadimah: TUHAN PUN BERLARI

Manusia, sejak awal diciptakan memiliki kebebasan untuk memilih. Tidak perlu kita menggugat kenapa Nabi Adam AS melanggar aturan saat masih di Surga, yang akibatnya kita saat ini hidup di bumi. Nabi Adam AS sebagai manusia pertama justru membuktikan bahwa memang manusia adalah makhluk kemungkinan, sehingga bisa memilih terhadap berbagai pilihan yang tersedia. Sekian abad berlalu, Allah kemudian menyempurnakan Ad-diin-Nya dengan kerasulan Rasulullah Muhammad SAW.