By Redaksi Jamparing Asih

Mukadimah: SAKABA-KABA IN(S)TAN

“Kade, tong kabawa ku sakaba-sakaba”, begitu ujar orang tua Sunda mewanti-wanti anaknya. Sakaba-kaba memiliki artian anu teu pugah-puguh atau sesuatu yang tidak jelas juntrungannya. Di tengah budaya kontemporer saat ini, Jamparing Asih menemukan adanya fenomena “serba instan” yang sebagai salah satu fenomena di masyarakat yang dapat mewakili kata ke-teu-puguh-an itu. Unsur instan kini banyak ditemukan menjadi haluan utama di segara kehidupan.

Mukadimah: MANUSIA TADAH HUJAN

Pemakaian istilah hujan acap kali kita jumpai di berbagai aspek kehidupan. Dalam dunia maya, misalnya, dikenal istilah hujan informasi, di mana unsur airnya adalah informasi, unsur anginnya social media atau media online, dan unsur buminya pembaca informasi. Selanjutnya, timbul istilah hujan makian dan hujan pujian. Dalam sastra, hujan terkadang digunakan untuk melambangkan kesedihan dan air mata.

Mukadimah: PENG-ABDI-AN TANPA PENG-AKU-AN

“Abdi” adalah salah satu kata ganti dalam Bahasa Sunda untuk menyebut saya atau aku. Siapapun yang menjadi lawan bicara, urang Sunda selalu menyebut dirinya sebagai “abdi”, entah pejabatkah ia atau anak kecilkah ia, hatta kepada hewan dan tumbuhan, kita menyebut diri kita dengan abdi. Dalam bahasa Indonesia “abdi” bermakna pengabdian. Apakah memang sebenarnya ada hubungan keterikatan kata antara keduanya? Kalau memang saya adalah abdi, dan abdi berarti orang yang mengabdikan dirinya, maka kepada siapakah sang subyek harus mengabdi?

Mukadimah: KONGSI KA CAI

Kearifan kebudayaan Sunda memiliki nilai turun-temurun terhadap sakralitas alam yang menghampar di sekelilingnya. Dalam ritual-ritual kampung, tak jarang nasi atau bubur yang akan dijadikan kenduri bersama harus dimasak menggunakan mata air yang disakralkan atau disebut sebagai air kabuyutan. Masyarakat Sunda menghargai air dengan sungguh-sungguh karena menyadari bahwa air merupakan berkah hidup yang akan membawa kelestarian bagi mereka. Tak jarang kemudian muncul mitologi mengenai air yang disandingkan dengan sistem budaya untuk dijadikan sebagai nilai kehidupan.

SUNDA MENGASUH ___

Maiyah itu sebenarnya sundawi. Maiyah memiliki karakteristik sunda yang kental. Hubungan antara Maiyah dan Sunda itu sangat erat. Maka seharusnya gagasan Maiyah harus muncul dari Sunda karena berakhir di tatar Sunda. Dalam sejarah keilmuan, penggunaan kata Maiyah dalam literatur sufisme pertama kali diawali pada masa Rasulullah bersama Sayyidina Abu Bakar di Gua Tsur. Innallaha ma’ana. Jangan bersedih karena Allah ma’ana. Berarti kalau orang bermaiyah itu tidak ada yang sedih. Kedua, oleh Syaikhul Akbar Ibn’ Arabi. Ketiga oleh Syekh Yusuf Al Bantani Al Makassari. Beliau memimpin pemberontakan di Kesultanan Banten, dikejar Belanda, masuk ke Banten, masuk ke Cianjur lewat puncak sampai akhirnya masuk ke Padalarang dan beliau pun ditangkap disana.

Mukadimah: SUNDA MENGASUH _____

Kebudayaan Sunda yang diwariskan dengan pitutur, laku, maupun sastra merupakan hasil ijtihad dan proses adaptif leluhur kita. Nilai-nilai kearifan Sunda yang diturunkan memiliki banyak kebermanfaatan bagi anak cucu dan cicitnya di masa kini. Lokalitas budaya dan cara pandang kepengasuhan Nusantara perlu dicicil kembali agar kita yang terlahir belakangan ini dapat menjaring emas-emas dan mutiara dari kebudayaan leluhur kita.

Kenikmatan Laku Altruisme Dalam Maiyah

Altruisme merupakan pola interaksi sosial dari sifat altruistik suatu individu ataupun organisme yang menunjukkan tindakan rela berkorban dan mementingkan orang lain. Altruisme yang dapat diangkat dari sisi Maiyah dapat diimplementasikan dalam akhlak manusia yang dalam Islam sendiri diartikan sebagai itsar yang secara bahasa bermakna melebihkan orang lain atas dirinya sendiri.

Riungan Jamparing Asih

Keberadaan Jamparing Asih diharapkan dapat mendekatkan kembali masyarakat terhadap kerinduan akan keapaadaan yang tanpa embel-embel, tanpa tedeng aling-aling. Masyarakat Jamparing Asih dan forum Maiyah lainnya menawarkan cara pembelajaran yang unik. Masyarakat tidak dituntut untuk memperdebatkan ilmu, karena mereka menikmati kekayaan ilmu, sehingga yang tumbuh di dalam diri mereka adalah kelapangan jiwa dan toleransi, dan mampu menampung semuanya.

MENEMUKAN KEMERDEKAAN SEJATI MANUSIA

Untuk bisa merdeka dan berdaulat, dan memerdekakan serta mendaulatkan di sekitar kita termasuk negara dan dunia, maka yang pertama-tama menjadi syarat adalah harus berdaulat untuk merdeka dari diri sendiri. Dalam konteks yang lebih besar, sebagai orang Indonesia, manusia Indonesia sendiri tidak berdaulat atas negaranya. Manusia memiliki banyak sekali identitas yang ia sendiri tidak berdaulat atas konteks identitas itu. Manusia dikepung oleh identitas bermacam-macam.

Mukadimah: Menemukan Kemerdekaan Sejati Manusia

Sebagai elemen dari suatu otoritas yang bernama negara; manusia harus memahami hakikat dari ketertindasan dan kemerdekaan. Seperti apa kemerdekaan sejati, yang paripurna itu, dan bagaimana mencapainya? Jika kita telah menggenggam jawaban-jawaban itu, maka setidaknya sebagai individu kita bisa mulai berjuang menjadi manusia merdeka.