Tajdiidunniyaat Organisme Maiyah

DI DALAM Wirid Wabal ada penegasan pengakuan penghambaan secara total kepada Tuhan. Bahwa, tidak ada daya kekuatan (makhluk) kecuali dari/oleh Allah dan juga tiada sulthan (pencapaian kecanggihan teknologi Jin & Manusia) kecuali dari/oleh Allah. Wirid Wabal yang dibawakan oleh Jamaah Maiyah secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, secara lirih maupun lantang menjadi kepasrahan sebelum, pada saat dan setelah Jamaah Maiyah melakukan usaha maksimal untuk pekerjaan meneguhkan kehidupan individu kemanusiaan nya di tengah kehidupan sosial. Resonansi Wabal dari Cak Nun diteruskan oleh Jamaah Maiyah dan gaungnya terus menggema di muka bumi, atas desakkan dan ketidakberdayaan menghadapi kedzaliman, kesombongan, tipudaya dan kepalsuan yang menyelimuti ummat manusia di zaman ini.

Wirid Wabal dapat dibaca dalam sunyi ataupun ditengah keramaian. Seperti halnya simpul-simpul lain pada saat mengawali Maiyahan, Kenduri Cinta juga memulai Maiyahan setiap bulannya dengan prosesi Wirid Wabal dan Doa Takhlukah. Bahkan sejak pertama kalinya disimulasikan dan dipraktekkan secara umum pada Kenduri Cinta edisi Januari 2016 melalui Gerbang Wabal, dengan segala keterbatasan Kenduri Cinta di tengah keramaian kota Jakarta terus berusaha istiqomah membawakan Wirid Wabal hingga saat ini.

Tidak dapat dipungkiri, turun naik fluktuasi dalam semangat bermaiyah terjadi. Unikum Jamaah Maiyah dengan background aktivitas keseharian yang beragam pasti akan mengalami bermacam-macam persoalan ketika memutuskan mengambil inisiatif kebersamaan dalam Maiyah. Namun sebagai Organisme Maiyah dengan segala kesibukan dan keterbatasan individu, letupan kerinduan untuk berkumpul antar sesama orang-orang Maiyah bermunculan seiring dengan dinamika padatan dan cairan dari Organisme Maiyah. Seiring waktu, kondisi hubungan personal antar organisme akan melalui pembuktian bersama, apakah kebersamaan yang terjadi berlangsung kontinyu dan istiqomah atau hanya sekedar berupa serak-serakkan.

Semakin banyak pembentukkan simpul-simpul dan lingkar-lingkar Maiyah di berbagai wilayah, baik di dalam maupun luar negeri menengarai sporadisnya perjuangan nilai orang-orang Maiyah di tengah zaman yang dipenuhi penghancuran nilai-nilai. Dengan keunikan dan kekhasan masing-masing simpul dan lingkar, perjuangan yang dihadapi tiap simpul serta lingkar maiyah sangat beranekaragam karena didasari oleh kondisi, jangkauan dan luasan tiap-tiap wilayah simpul dan lingkar yang berbeda-beda karakter. Titik berat perjuangan penegakkan nilai-nilai Maiyah yang dilakukan oleh organisme Maiyah pada tiap-tiap simpul dan lingkar adalah menjaga keseimbangan antara urusan personal unikum-organisme dan kebersamaanya dalam bermaiyah. Sedangkan titik berat perjuangan nilai organisme Maiyah di tengah masyarakat berada pada keseimbangan antara personalitas dan identitasnya sebagai orang-maiyah.

Aplikasi nilai-nilai Maiyah ditengah kehidupan masyarakat sebenarnya mempermudah organisme Maiyah dalam menjalani peran-kehidupan sehari-hari. Aplikasi nilai-nilai Maiyah yang ditebarkan benih-benihnya oleh Cak Nun pada setiap Maiyahan, sangat bermanfaat bagi siapa saja yang menerapkannya dalam kehidupan pribadi, keluarga, pertemanan, lingkungan-rumah, bertetangga, lingkungan kerja, bahkan pada lingkup yang lebih luas, negara. Namun ketika orientasi-individu dalam bermaiyah terletak pada identitas, maka ada semacam beban keharusan bagi individu itu untuk penerapan nilai-nilai Maiyah dalam kehidupan sehari-hari. Beban Identitas ini akan semakin bertambah manakala individu-individu itu berinisiatif untuk membuat simpul-simpul atau lingkar-lingkar, karena dengan keterlibatan individu dalam sebuah simpul secara otomatis selain membawa identitas simpul sekaligus identitas sebagai orang-Maiyah. Intensitas dan kualitas kebersamaan Organisme Maiyah dalam menegakkan nilai-nilai Maiyah dalam hal ini diperlukan guna menjaga keseimbangan antara personalitas dan identitas Organisme Maiyah dalam simpul tersebut.

Ditengah desakan dan himpitan kehidupan sosial yang sangat jauh dari nilai-nilai Maiyah, keberadaan simpul-simpul dna lingkar-lingkar Maiyah seperti halnya Kenduri Cinta sangat bermanfaat bagi keberlangsungan kebersamaan organisme Maiyah. Organisme Maiyah dalam simpul-simpul serta lingkar-lingkar maiyah dapat saling berbagi dan mendiskusikan apapun persoalan yang dihadapi dengan batasan-batasan tertentu untuk menegakkan nilai-nilai maiyah dalam kehidupan sosial masyarakat dengan multi dimensi persoalan. Keberlangsungan kebersamaan Maiyah ini mustahil jika diselenggarakan serampangan, keberlangsungan ini-pun tidak cukup hanya dengan perencanaan dan persiapan-persiapan, karena hanya dari dan oleh Tuhan kebersamaan Maiyah dapat kontinyu menuju keabadian.