Tagged #19TahunKC

Tarian Rembulan di Langit Taman Ismail Marzuki

Sudah banyak orang yang menganggap Kenduri Cinta sebagai oase di ibukota. Saya tidak tahu apakah ungkapan tersebut berlebihan atau tidak, toh penilaian orang bisa saja berbeda, dan kita juga tidak berhak memaksa orang untuk menyamakan pendapatnya dengan apa yang kita yakini. Entah apa yang mereka maksud dengan “oase”?

19 Tahun Sedekah Maiyah Kenduri Cinta Untuk Indonesia

Kenapa kita bertahan di Maiyahan? Setiap bulan, kita datang ke forum seperti Kenduri Cinta ini, tanpa ada kepastian kita mendapatkan sesuatu berupa materi. Apa yang membuat kita betah di Maiyahan? Apakah karena sosok Emha Ainun Nadjib? Bisa saja demikian. Pemikiran Cak Nun memang menjadi fondasi utama yang kuat di Maiyahan, tetapi tidak hanya itu saja. Bagaimana Cak Nun menanamkan nilai-nilai kedaulatan dan kemandirian kepada kita.

Wasilah Silaturahmi Bernama Reboan

Bergaul bersama di forum Reboan membuat saya mempelajari makna dari sebutan perantaran lainnya, yakni wasilah. Sesuatu yang dapat membawa dekat kepada Pencipta dapat disebut wasilah. Kumpulan orang yang dekat dengan Tuhan dapat menjadi wasilah agar saya dapat ikut semakin dekat denganNya. Ibadah dan amal kebaikan juga dapat menjadi wasilah kepadaNya. Sehingga bersyukur adalah tindakan yang wajib saya lakukan, ketika bisa mulai menjadi akrab dengan kawan-kawan penggiat Kenduri Cinta.

Seng Nandur Pari, Ora Bakal Panen Alang-Alang

Rasa syukur yang besar karena kita diberikan anugerah yang besar ini, didalam iklim dan suasana disekitar yang saat ini yang baik secara berlangsung maupun tidak langsung acapkali menambah beban pikiran, tekanan mental, menaikkan emosi dan menimbulkan stres yang mempengaruhi kejernihan pikiran dan ketenangan batin kita, Allah masih menganugerahkan kenduri cinta kepada kita untuk terus menanam kebaikan, kebahagiaan dan bersedekah dalam berbagai skala dan dimensi kehidupan.

Hari Raya Kenduri Cinta

Tak ubahnya berpuasa, yang hakekat artinya adalah menahan diri. Hidup di Jakarta itu keras. Kata orang, ibukota lebih kejam daripada ibu tiri. Waktu yang menggilas kehidupan. Kemacetan sepanjang jalan. Wajah-wajah angker di tengah kota. Persaingan kanan kiri, gesek sana, dorong sini. Gaya hidup individualis. Memaksa kita sedikit tidak menjadi manusia. Melupakan diri dari yang sejati. Disitulah, kita butuh hari raya.

Gembira Dalam Cinta

Di usia beliau saat ini yang sudah kepala enam, ketekunan dan istiqomahnya tidak pernah berubah. Tetap konsisten menemani dan ngemong cucu-cucunya hampir setiap malam hingga menjelang subuh, di berbagai tempat. Sering saya berdialog dengan pikiran saya sendiri. Rasanya malu di usia saya saat ini yang masih sangat produktif, tapi kenapa justru sering sekali mengeluh? Sedangkan Mbah Nun sedikit pun tak pernah merasa lelah, padahal beliau hampir setiap malam nge-ronda ke berbagai daerah. Menggembirakan semua yang hadir saat itu, tak jarang sampai larut dalam tawa juga tetesan air mata.