Reboan, Dapurnya Kenduri Cinta

LANTAI KERAMIK berwarna merah itu adalah saksi berprosesnya Kenduri Cinta. Setiap Rabu malam, penggiat Kenduri Cinta berkumpul di Teras Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki. Penggiat, sekumpulan orang yang berangkat dari partisipan sebagai jamaah, kemudian memiliki kesadaran berinisiatif satu langkah lebih kedepan, masuk ke dalam dapur Komunitas Kenduri Cinta. Ajar, ajur, ajer berjibaku mengolah kebenaran di belakang layar, kemudian menghidangkan kebaikan di setiap Jumat kedua, sehingga terwujud keindahan Kenduri Cinta.

Dengan berbagai latar belakang profesi, penggiat Kenduri Cinta ini menyadari bahwa ada peran yang memang harus diambil agar forum bulanan terselenggara. Karena tenda tak akan berdiri dengan sendirinya, karena karpet tak tergelar dengan sendirinya, karena panggung tak tertata dengan sendirinya, karena baliho tak terpampang dengan sendirinya. Begitu juga dengan narasumber, tak datang dengan sendirinya. Pun demikian dengan para seniman yang menampilkan karya seninya di Kenduri Cinta, mereka hadir dengan koordinasi yang tertata. Apa jadinya Kenduri Cinta tanpa ada manajemen pengelolaan forumnya?

Penggiat sama sekali tidak memiliki pamrih apapun. Dengan semakin besarnya forum ini, sebuah fondasi berpikir pun harus diperkuat; seandainya Kenduri Cinta tidak dilaksanakan pun, harus siap. Maka, sempat beberapa kali Kenduri Cinta harus mundur dari tanggal yang sudah dijadwalakan, penggiat tetap mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Pernah suatu kali, Kenduri Cinta dilaksanakan di hari Senin. Tak berubah sedikitpun dalam proses persiapannya, dan dari awal hingga akhir acara, semua berlangsung sama. Dan jika suatu saat Kenduri Cinta harus ditiadakan, penggiat pun sangat siap untuk itu. Enteng saja. Dan itu sudah pernah terjadi di tahun 2014 silam.

Bagaimana Kenduri Cinta mampu memproses manusia-manusia yang begitu istiqomah untuk mengelola forum ini? Adalah forum Reboan, media sosial yang nyata untuk bercengkrama satu sama lain, bertatap muka, saling sambung silaturahmi satu dengan yang lainnya. Dari forum inilah terbangun ikatan kekerabatan yang semakin kuat, ikatan persaudaraan tanpa hubungan darah, yang benar-benar menjadi paseduluran tanpa tepi.

Forum Reboan ini unik. Dilaksanakan pada setiap tengah pekan, di hari Rabu. Kesepakatan dipilihnya hari Rabu, bukan haru Sabtu atau Minggu yang tentu saja waktunya lebih longgar. Hari Rabu, keesokan harinya masih hari kerja. Forum yang merupakan “Dapur” dari Kenduri Cinta ini adalah forum yang lebih blak-blakan lagi dari rutinan Kenduri Cinta yang sebulan sekali dilaksanakan. Di Forum Reboan ini, budaya mbat-mbatan antar penggiat wajar terjadi. Tak jarang, sebuah diskusi yang sengit, memunculkan suasana emosi yang memanas. Setelah seharian berkutat dengan kesibukan pekerjaan di kantor, ketika datang di Forum Reboan, ada saja hal-hal yang di evaluasi. Dinamika gesekan sesama penggiat ini tidak lantas kemudian melunturkan kerekatan persaudaraan yang sudah terjalin, justru dengan persentuhan yang semakin intens ini, semakin memperkuat kekompakan tim Komunitas Kenduri Cinta itu sendiri.

Jangan baper. Itulah syarat utama ketika berinisiatif datang ke Reboan. Ketika masing-masing individu berinisiatif mengambil peran, maka itu adalah sebuah tanggung jawab yang harus dipenuhi. Mulai dari stage manager yang mengatur lalu lintas acara, moderator yang memimpin jalannya diskusi ketika forum berlangsung, bahkan menjadi narasumber. Tentu saja mereka bukanlah orang yang ahli ketika memaparkan sebuah ilmu di Kenduri Cinta. Maka, kesadaran bahwa Kenduri Cinta adalah forum milik bersama juga harus tumbuh di dalam diri masing-masing jamaah.

Seharusnya, tak ada keluhan dari jamaah pada setiap forum berlangsung, tentang suara sound system yang suaranya tidak menjangkau hingga bagian belakang misalnya. Atau juga tidak kompetennya narasumber yang berbicara pada sesi awal acara. Justru, inisiatif harusnya muncul dari jamaah juga, ketika dirasa suara yang keluar dari speaker itu kecil, maka inisiatif yang harus tumbuh adalah kesadaran; Apa yang harus saya bantu, agar suara yang keluar dari speaker menjangkau hingga seluruh area Taman Ismail Marzuki? Begitu juga dengan keluhan tentang tidak kompetennya narasumber yang dianggap njlimet ketika membicarakan sebuah tema, maka seharusnya kesadaran yang tumbuh adalah, maju ke depan, mengambil peran, ikut menjelaskan dan membagi ilmu serta wawasannya. Bukan sekadar nyinyir dari kejauhan, sehingga melahirkan suasana forum yang kontraproduktif.

Delapan belas tahun perjalanan Kenduri Cinta bukan sebuah perjalanan yang singkat, sebaiknya jangan ada pertanyaan; Apa yang sudah dilakukan oleh Kenduri Cinta? Apa yang sudah dilakukan oleh para Penggiat Kenduri Cinta? Tetapi, sebaiknya pertanyaan yang muncul adalah: Apa yang sudah saya lakukan untuk merawat Kenduri Cinta?