Piala Pilkada

PASKA ARUS BALIK lebaran, aktivitas warga ibukota sudah kembali seperti biasanya. Sebelum dan sesudah jam kerja jalan raya dipadati kendaraan, dan angkutan umum dipenuhi penumpang. Perkantoran dan pabrik-pabrik kembali menampakkan kesibukan. Roda perekonomian kembali cepat berputar menggeret segenap perhatian, bahkan kenangan selama lebaran di kampung halaman mungkin sudah terlupakan. Begitu cepat rangkaian peristiwa terjadi dan dilewati, sehingga orang tidak cukup menikmati apa yang dialami kecuali sekedar sebagai rutinitas pelampiasan harapan.

Di tengah rutinitas yang baru mulai dijalani, dua rangkaian perhelatan besar menyedot perhatian masyarakat nasional. Selain rangkaian pertandingan sepakbola piala dunia yang sedang berlangsung di Rusia, debat-debat kampanye pilkada di berbagai daerah juga disiarkan di stasiun-stasiun televisi swasta. Satu rangkaian perhelatan internasional menjadi pertaruhan harapan dan dukungan nasional, satu lagi rangkaian perhelatan lokal yang disiarkan secara nasional. Disetiap pertandingan ketika tim kesebelasan yang sedang didukung memperoleh kemenangan, akan menimbulkan kebahagiaan begitupun ketika pasangan calon yang sedang didukung unggul dalam perdebatan.

Adalah sebuah kebahagiaan tersendiri ketika lagu kebangsaan sebuah Negara diperdengarkan di sebuah stadion pada pertandingan resmi internasional digelar. Sebuah kebanggaan tersendiri ketika melihat 11 pemain berjibaku mengharumkan nama Negara. Satu gol yang tercipta akan sangat dikenang. Seperti yang dialami oleh Panama, tak mengapa gawang mereka bobol setengah lusin, tetapi 1 gol yang dicetak mereka ke gawang Inggris akan sangat dikenang dalam sejarah sepakbola mereka. Piala Dunia adalah dambaan bagi seluruh Negara di Dunia. Dari sekian ratus Negara yang ada, hanya 32 Negara yang berhak bertanding di putaran final.

Ada kesamaan antara piala dunia yang sedang terjadi dengan pilkada serentak yang akan dilaksanakan di berbagai daerah pada Rabu 27 Juni 2018 mendatang, untuk memilih Gubernur, Bupati, dan atau Walikota. Bedanya juga banyak. Rangkaian kampanye dan debat layaknya tim kesebelasan menyusun serangan dan pertahan dari serangan lawan. Tapi yang diharapkan para kandidat adalah dukungan suara supaya para pemilih dapat memasukan gol-gol pilihan pada gawang suaranya. Segala macam strategi telah juga diterapkan. Pilkada serentak kali ini benar-benar menyita perhatian masyarkaat Indonesia secara luas. Tak heran jika akhirnya para petinggi partai pun “turun gunung” ke daerah-daerah yang akan menyelenggarakan Pilkada hari rabu nanti.

Tentu saja para petinggi partai itu bukan hanya menjadi juru kampanye. Lobi-lobi politik pun mereka lakukan. 2019 sudah di depan mata, suara-suara di daerah jangan sampai direbut oleh partai lawan. Jika salah strategi, 2019 taruhannya. Janji-janji kampanye, sudah terbukti tidak ada yang 100% terwujud. Sementara ketika kandidat terpilih berkuasa, sebagian besar janji-janji kampanye itu terlupakan. Atau memang sengaja dilupakan. Setelah diumumkan resmi menjadi pemenang, yang menjadi fokus utama di pikirannya adalah bagaimana caranya agar di Pilkada yang akan datang juga dapat terpilih kembali.

Manusia bisa berencana, tapi Tuhan juga yang pada akhirnya menentukan. Piala Dunia kali ini adalah amsal yang paling nyata. Argentina, sebuah Negara sepakbola yang sangat tersohor, melahirkan pemain-pemain bertalenta, dengan skil individu yang mumpuni. Namun, ketika sebuah tim ditangani oleh seorang pelatih yang tidak mampu menyusun komposisi 11 pemain yang harus ia turunkan, maka yang terjadi adalah sebuah kesebelasan yang terdiri dari badut-badut yang mengundang tawa para suporter di seluruh dunia.

Ada banyak analisis, ada banyak prediksi, ada banyak kesimpulan. Seringkali komentator nampak lebih pandai ketimbang Pelatih dan Pemain kesebelasan terbaik sekalipun. Pada akhirnya, manusia tak mampu sekalipun menentukan hasil akhir dari sebuah perjuangan. Kepada nasib, kita sebagai manusia benar-benar menyerah kepada Tuhan. Karena kita hanya mampu berusaha. Seorang megabintang yang digadang-gadang akan bersinar di turnamen akbar 4 tahunan ini bisa tenggelam begitu saja, justru rising star yang sebelumnya tidak tersorot, sangat mungkin menjadi bintang baru sepakbola dunia setelah gelaran akbar turnamen di Rusia ini.

Begitu pula dengan Pilkada serentak yang akan datang. Kita sebagai manusia hanya mampu berusaha, menentukan pilihan terbaik dari pilihan yang ada. Meskipun sebenarnya kita tidak benar-benar sepenuhnya menentukan pilihan. Karena kita hanya memilih kandidat yang sudah dipilih terlebih dahulu oleh paratai politik. Kita tidak benar-benar memilih. Dan ketika kandidat yang kita jagokan memenangkan pilkada, sebenarnya kita juga tidak benar-benar merasakan kemenangan itu sepenuhnya. Bahkan menyentuh piala kemenangan itu pun, sama sekali tidak kita rasakan.