Perjalanan Cinta dan Kesetiaan

JRENG! Alunan instrumen musik gamelan berpadu dengan alat musik modern terdengar harmonis di Pelataran Taman Ismail Marzuki. Saya ingat, di bulan Februari tahun 2007 saat itu. Saya mbatin “Musiknya bagus. Ada apa ini, apakah ada acara besar di TIM?”

Momen itulah persentuhan pertama kalinya saya dengan Kenduri Cinta, pada Jumat kedua di bulan Februari 2007. Setelahnya, saya mulai datang rutin ke Kenduri Cinta, saya menemukan sesuatu yang berbeda. Di forum ini saya menemukan cara berfikir yang baru, jauh dari apa yang saya bayangkan selama ini. Orang yang datang ke forum ini ditawarkan metode berfikir baru untuk menelaah sebuah persoalan. Jika melihat dari kemasan forum, seakan-akan semuanya adalah narasumber, tidak ada sekat antara yang di duduk di panggung maupun yang menyimak di depan panggung. Di kemudian hari, saya kemudian memahami bahwa yang ditanamkan di forum ini adalah mencari apa yang benar, bukan siapa yang benar. Tak sedikit yang menganggap bahwa Kenduri Cinta adalah sebuah oase di tengah Ibukota.

Maiyahan. Ya, itulah istilah yang kemudian semakin akrab saya dengar tentang Kenduri Cinta ini. Kemudian saya mengetahui, bahwa ada forum sejenis di tempat lain, bahkan lebih tua usianya dari Kenduri Cinta. Sebelum Kenduri Cinta lahir, ada PadhangmBulan yang merupakan embrio dari Maiyahan di Indonesia. PadhangmBulan sendiri dilaksanakan di Menturo, Jombang sejak awal era 90-an. Di Yogyakarta, hadir Mocopat Syafaat di pertengahan ’99. Kemudian selang beberapa waktu kemudian, Gambang Syafaat lahir di Semarang. Kenduri Cinta sendiri, lahir pada pertengahan 2000. Dan sekarang, ada lebih dari 50 forum Maiyahan serupa di berbagai daerah. Kami menyebutnya Simpul Maiyah.

Di tahun 2012 saya mengikuti sebuah event yang dilaksanakan di Ubud, Bali. Sebuah event yang bertaraf international, tetapi dalam penyajian event ini, menurut saya jauh dari apa yang saya lihat di Kenduri Cinta. Kenduri Cinta mampu menyajikan event yang lebih kreatif dan inspiratif.

Hari berganti, tahun berlalu, dalam rangka menyambut ulang tahun Kenduri Cinta ke-18 bulan ini saya seolah dajak kembali ke perkenalan pertama dengan forum ini. Jika setiap peristiwa dirangkai, maka saya menemukan cerita potongan hidup ini, dalam rangka bersyukur kepada Allah dan ikut berbahagia saya hendak menceritakan perjalanan cinta saya untuk Kenduri Cinta.

Setidaknya ada tiga hal yang saya pelajari di Komunitas Kenduri Cinta ini. Pertama mengenai metode pengelolaan komunitas. Lazimnya, sebuah organisasi ada struktur kepengurusan yang baku, ada AD/ART-nya, dan lain sebagainya. Namun tidak dengan Kenduri Cinta.

Penggiat. Itulah term yang digunakan di Kenduri Cinta, yang kemudian juga digunakan oleh Simpul Maiyah yang lainnya. Penggiat adalah mereka yang awalnya menjadi jamaah Maiyah, kemudian memutuskan untuk terlibat lebih dalam lagi di sebuah Simpul Maiyah.

Di Kenduri Cinta, jangan dibayangkan sebuah struktur organisasi yang biasa kita temui di organisasi atau komunitas lain. Saya menyebut model kepengurusan di Kenduri Cinta ini model siklikal, melingkar. Istilah kerennya, cross function. Meskipun ada Tim Formatur yang menjadi fasilitator dalam kepengurusan Komunitas Kenduri Cinta, namun pada dasarnya seluruh penggiat telah mengambil perannya masing-masing.

Hal kedua yang saya pelajari dari Kenduri Cinta adalah Management Event. Jika kita akan menyelenggarakan sebuah event, hal yang utama menjadi pembahasan adalah tentang anggaran biaya yang dibutuhkan, tetapi di Kenduri Cinta tidaklah demikian. Dalam forum Reboan yang menjadi forum musyawarah tertinggi, yang pertama kali ditekankan adaah kesiapan tim pelaksana terlebih dahulu. Setahun yang lalu, Fahmi Agustian menceritakannya dalam tulisan ”Cerita Dari Sudut Dapur Kenduri Cinta “. Dalam tulisan itu tergambar jelas bagaimana semangat juang dan kesetiaan para penggiat terhadap komunitas.

Banyak yang mengira bahwa penggiat diKenduri Cinta itu dibayar, pada kenyataanya penggiat melakukan segala aktivitas kenduri Cinta bersifat volunteer. Secara alami, tumbuh sikap kesetiaan mengelola sebuah forum. Secara mandiri dan sadar, mereka memahami bahwa keberlangsungan Majelis Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta memerlukan orang-orang yang bersedia untuk berkorban dalam pengelolaannya.

Kembali ke Management Event, sebuah event yang terlaksana secara swadaya, tanpa bantuan sponsor, faktanya mampu menyedot animo masyarakat untuk berkumpul, duduk melingkar bersama, bertahan hingga lebih dari 5 jam, bahkan ketika hujan turun pun, mereka tetap bertahan hingga akhir forum berlangsung. Kemampuan tim penggiat meramu acara sudah terbukti, Kenduri Cinta telah menjadi laboratorium pembelajaran bagaimana mengelola sebuah event secara mandiri.

Yang ketiga, yang saya pelajari dari Kenduri Cinta adalah bagaimana mengelola kata menjadi sebuah brand yang berkesan bagi banyak orang. Menurut Kotler, branding adalah pemberian istilah, kata ,simbol, dan dikombinasikan untuk mempromosikan aktivitas sesuatu (bisa barang/ jasa).

Jika merujuk pada ilmu marketing modern tersebut, maka dalam benak saya Kenduri Cinta adalah sebuan entitas dengan kemampuan branding yang sangat baik. Bagaimana tidak? Banyak kita temukan kata, istilah bahkan simbol dan sejenisnya yang membuat jamaah sendiri menjadi penasaran untuk datang di Kenduri Cinta.

Di Kenduri Cinta, pernah diangkat tema: Bangsa Penunggu Maghrib, Jazz 7 Langit, Ahmaq, Menebus Nusantara, Syarat Rukun Bencana, Fundamentlisme Khandaq, Membaca Amsal, Ruwaibidhoh, hingga Amenangi Zaman Now di awal tahun 2018 lalu. Kemampuan penggiat Kenduri Cinta dalam mengemas tema sebuah forum ini yang menjadi daya tarik tersendiri, sehingga seringkali membuat orang penasaran. Apa maksud dari tema yang diusung? Meskipun dalam setiap penyelenggaraan Maiyahan di Kenduri Cinta, Mukadimah selalu dirilis beberapa hari sebelum pelaksanaan, tetap saja tidak menuntaskan rasa penasaran. Sehingga, mau tidak mau, jika ingin hilang rasa penasaran itu, maka satu-satunya cara adalah dengan hadir di forum Kenduri Cinta.

Itulah setidaknya tiga hal yang saya pelajari di Kenduri Cinta. Selamat ulang tahun ke-18 Kenduri Cinta. Terima kasih, saya belajar banyak tentang nilai-nilai kehidupan di sini.