Mengenal Kenduri Cinta Lebih Dalam

SEBUAH PEPATAH mengatakan, ilmu itu seluas samudera, yang manusia miliki hanya seteguk dari luasnya samudera itu. Maiyah merupakan seteguk ilmu dari samudera ilmu Allah SWT. Biar hanya seteguk, ilmu Maiyah serasa tiada habisnya. Berbagai ilmu ditawarkan, meliputi ilmu agama, ilmu sosial, ilmu politik, ilmu alam, ilmu estetika, dan berbagai variasi lainnya. Begitu menarik yang ditawarkan di Maiyah. Sehingga mengundang khalayak dari berbagai latar belakang untuk hadir dan mencari ilmu disini. Menjadikan kita wajib kagum bagaimana forum seperti ini bisa terwujud, ditengah peradaban yang semakin hedonis dan individualis. Tapi saya mencoba untuk tidak sekedar kagum, melainkan mencoba menafsirkan melalui pengamatan dan survey singkat, tentang bagaimana fenomena ini bisa terjadi? Lingkup pengamatan saya adalah di Kenduri Cinta.

Tentu semua orang memiliki penafsiran tersendiri tentang apa itu Kenduri Cinta. Bisa jadi tafsir-tafsir tersebut tergantung pada kepentingan mereka hadir di Kenduri Cinta. Tapi menurut saya, Kenduri Cinta adalah ruang publik. Berbagai aktivitas terjadi di ruang publik ini, meliputi aktivitas tokoh kharismatik, religiusitas, sosial, pendidikan, hiburan, dan ekonomi. Semuanya menjadi satu kesatuan yang terjalin harmonis, yang akan saya bahas di tulisan ini.

Tetapi sebelum pembahasan, terlebih dulu akan ditilik perihal volume jamaah Kenduri Cinta, untuk menggambarkan situasi real-nya. Sepengamatan saya, diantara tahun 2015, sampai dengan tahun 2018, telah terjadi lonjakan volume jamaah yang cukup pesat. Dulu, kumparan jamaah hanya berkumpul satu pelataran depan panggung Kenduri Cinta. Atau kadang melebihi sedikit dari pembatas aspal dikedua sisinya, dan taman undak beton berumput di seberang dan belakang panggung. Bahkan dulu masih banyak mobil parkir di kanan kiri panggung. Tapi saat ini jamaah membludak sampai memenuhi aspal di kanan dan kiri panggung. Bahkan mulai banyak juga yang sampai naik di atas pagar tembok Taman Ismail Marzuki, di atas kios ATM, dan di atas mobil Damkar hanya agar bisa jelas melihat ke panggung.

Volume jamaah sangat besar. Dari sekian banyak jamaah yang hadir, terlihat jelas beragam kategorinya. Diantara yang terlihat adalah banyak orang dewasa, anak muda dan orang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Dengan berbagai latar belakang seperti, pekerja, pengangguran, mahasiswa dan lainnya. Bahkan yang fenomenal saat ini adalah banyaknya anak kecil yang ikut datang. Walaupun si anak diajak orang tuanya, tapi toh mereka juga jamaah Maiyah, yang bisa saja menafsirkan sendiri apa itu Kenduri Cinta.

Tingginya volume jamaah, menggambarkan fenomena Maiyah, khususnya di Kenduri Cinta, sebagai lumbung ilmu yang memiliki daya tarik besar bagi khalayak. Ada magnet di sini, tentu saja Cak Nun. Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran beliau sampai saat ini tetap menjadi daya tarik utama bagi jamaah. Oleh karena itu saya memandang bahwa Kenduri Cinta adalah aktivitas tokoh kharismatik. Begitu besar pengaruh Cak Nun di Kenduri Cinta. Karena tentu beliau adalah guru sekaligus pelopornya.

Dari hasil survey singkat tentang arti kehadiran Cak Nun bagi jamaah Kenduri Cinta maka saya simpulkan bahwa motivasi utama jamaah datang adalah Cak Nun. Jamaah selalu berharap Cak Nun hadir di Kenduri Cinta. Untuk memberikan berbagai pencerahan hingga humor-humor lucu yang berfaedah. Cak Nun masih dipandang sebagai narasumber utama, sekaligus sebagai pemimpin di Kenduri Cinta. Bagi mereka ada ketentraman saat melihat Cak Nun. Syukur-syukur bisa salaman dan cium tangan diakhir acara. Walau selain itu, ada juga yang gemar menjadikan Cak Nun objek foto dan video semata.

Cak Nun adalah karakter utama di Kenduri Cinta, hal itu tidak bisa dipungkiri kebenarannya. Di Kenduri Cinta, Beliau senantiasa mengajarkan bahwa ibadah itu adalah aktivitas yang ringan tapi berbobot. Aktivitas religiusitas dalam Kenduri Cinta senantiasa diajarkan secara berbeda dengan aktivitas religiusitas yang dipahami masyarakat pada umumnya. Umumnya, masyarakat masih hanya memahami aktivitas religiusitas adalah ibadah mahdlhah seperti: sholat, puasa, mengaji Al-Quran, haji dan sebagainya. Juga sifat dasar dari ibadah mahdlhah, seperti berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadist, serta menjauhi perbuatan mendekati bid’ah.

Kenduri Cinta merupakan jembatan bagi masyarakat yang rata-rata masih sederhana dalam ibadah dan pemahamannya terhadap ibadah mahdlhah. Di Kenduri Cinta, banyak diajarkan tentang ibadah muamalah. Salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah bisa juga dengan berbuat baik sebanyak-banyaknya kepada sesama manusia, Hablu Minannas. Diantaranya seperti senantiasa menjalin silaturahmi dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan bahkan dengan orang asing yang baru kita kenal.

Selain itu, sifat-sifat dasar ibadah muamalah seperti jujur, tidak sombong, sumeh, ikhlas, sabar, dan masih banyak lagi. Kenduri Cinta menjadi oasis pelepas dahaga masyarakat Jakarta yang ingin memahami ibadah dengan cara yang lebih sederhana, yang mereka mampu lakukan. Karena acap kali di luar forum Kenduri Cinta dan Maiyahan lainnya, ibadah hanya dipandang secara mahdlhah saja. Bagi sebagian orang, penjelasan ini dirasa sebagai hal yang sulit dan kaku. Oleh karenanya, menurut saya, di Kenduri Cinta senantiasa ditanamkan bahwa ibadah itu sifatya luas, jadi tidak usah rendah hati bila minim pengetahuan agama dan masih belum benar sholatnya.

Pemahaman yang berbeda tentang ibadah itulah yang membuat Kenduri Cinta semakin ramai diminati masyarakat. Dimana mereka sebenarnya rindu akan religiusitas, tapi terlalu berat dengan syiar agama pada umumnya, yang terlalu bertumpu pada ibadah mahdlhah. Walhasil, masyarakat perkotaan Jakarta, dengan berbagai latar belakang profesi pun berduyun-duyun datang ke Kenduri Cinta untuk melepas dahaga ilmu mereka. Dalam proses menghadiri Kenduri Cinta, terjadilah berbagai aktivitas sosial yang menyertai. Aktivitas sosial ini terlihat dari banyak sudut Kenduri Cinta. Mulai dari saat pertama orang mengenal Kenduri Cinta, seperti banyak diantaranya berawal dari interaksi sosial antara dua orang atau lebih. Salah satu menceritakan pengalamannya, lalu bersepakat untuk datang berduyun-duyun bersama ke Kenduri Cinta. Dalam sesi acara pun, jamaah mulai mengenal satu-sama lain, saling bercengkrama dan berkenalan. Terbentuklah suatu interaksi sosial lain, yang bisa jadi hubungan silaturahmi tersebut diteruskan dalam kehidupan pribadi masing-masing di luar Maiyahan. Begitu lah terus berlanjut, aktivitas sosial di Kenduri Cinta terus menyebar bagai jaring laba-laba.

“Kenduri Cinta merupakan jembatan bagi masyarakat yang rata-rata masih sederhana dalam ibadah dan pemahamannya terhadap ibadah mahdlhah.

HINGGA HARI INI saya mengikuti Kenduri Cinta, tidak hanya ilmu agama, tetapi berbagai ilmu lain rupanya juga diperoleh. Cak Nun dan berbagai narasumber lainnya, dalam berbagai sesi di Kenduri Cinta banyak menerangkan tentang ilmu sosial, politik, budaya, sejarah, teknologi, pertanian, seni, dan seterusnya. Yang menurut saya sangat banyak, hingga sulit mendiskripsikan satu persatu. Hal ini se,akin memperjelas bahwa Kenduri Cinta adalah sebuah forumwahana keilmuan yang menawarkan aktivitas pendidikan yang amat kental dan beragam. Cak Nun sempat menjelaskan, bahwa siapa saja pantas menjadi guru di Kenduri Cinta. Semua boleh mengungkapkan pendapatnya. Aktivitas dialog selalu terjadi dalam setiap sesi diskusinya. Dalam sesi diskusi satu dan sesi diskusi dua, selalu setelah narasumber berbicara, jamaah diberi kesempatan untuk bertanya, mengkritisi atau mengungkapkan pendapatnya, pro dan kontra tidak masalah. Jamaah dan narasumber di panggung tidak ada bedanya, semua dianggap memiliki kualitas ilmu yang setara.

Bisa dibilang, bahwa sebenarnya Kenduri Cinta adalah aktivitas pendidikan. Di sini jamaah banyak tercerahkan dengan berbagai pengetahuan baru, yang bahkan banyak diantaranya tidak dapat diakses di luar Kenduri Cinta atau Maiyahan pada umumnya. Alur diskusi di Kenduri Cinta selalu menarik, karena selalu ada ilmu baru. Suasana pembelajaran ilmu terasa akrab, membuat Kenduri Cinta berbeda dengan pengajian-pengajian atau forum-forum pada umumnya. Hal ini menjadi daya pikat tersendiri bagi masarakat yang terus ingin menambah wawasan.

Sesi diskusi terus berjalan, mendominasi acara dari pukul 20.00 WIB sampai pukul 03.30 WIB pagi hari. Durasi yang cukup panjang. Belajar? Iya. Pendidikan? iya. Tapi bila terus menerus berlangsung tanpa henti malah ilmunya bisa tumpah bagai gelas yang berlebih air, terbuang percuma. Bila dirasa telah demikian, maka dapat dipastikan jamaah sudah penat. Oleh karena itu, Kenduri Cinta selalu menampilkan aktivitas hiburan disela-sela sesi diskusi. Para seniman yang hadir di sini tampil dengan menawarkan berbagai hiburan nan segar, seperti musik, drama, tarian, puisi, wayang, pencak silat, dan beragam kesenian lainnya. Keragaman kesenian yang ditampilkan itu merupakan variasi tersendiri di setiap Kenduri Cinta. Jadwal perform setiap bulannya juga selalu diatur sehingga tidak membosankan. Sesi hiburan menjadi hal yang tidak terpisahkan dan tidak boleh dilewatkan di Kenduri Cinta. Menjadi salah satu sesi yang paling dinantikan jamaah, dan selalu membuat penasaran.

Berbagai aktivitas telah terjadi, di sisi lain, terdapat satu lagi aktivitas penting yang rupanya banyak luput dari pengamatan, yaitu aktivitas ekonomi di Kenduri Cinta. Layaknya suatu acara pada umumnya, ada gula ada semut, transaksi jual beli selalu terjadi dimana banyak orang berkumpul. Para pedagang memperoleh berkah di Kenduri Cinta. Omset mereka melonjak berkali-kali lipat malam itu. Bayangkan saja ada ribuan jamaah, dan tidak mungkin mereka hanya duduk-duduk saja menikmati Kenduri Cinta. Banyak penjaja kopi dan makanan menggelar dagangannya disekitaran lokasi. Melayani banyak jamaah, yang membutuhkannya. Suatu kebutuhan dasar manusia, jamaah pasti merasa lapar dan haus selama berlangsungnya acra. Dan para pedagang ini menjawab kebutuhan mereka.

Tentu tidak hanya penjaja makanan dan minuman. Bila jamaah merasa membutuhkan bacaan menarik tentang Maiyahan, tentang pemikiran Cak Nun, dan sebagainya. Ada pula yang menyediakan bahan-bahan bacaan tersebut, yang banyak diantaranya buku-buku itu sudah terbilang langka, tidak mudah diperoleh selain di acara-acara Maiyahan. Selain itu, dagangan kaos dan souvenir tentang Kenduri Cinta, atau Maiyahan, juga acap kali tersedia. Menarik jamaah untuk membeli, memenuhi kebutuhan mereka yang ingin menyematkan identitas bagi dirinya bahwa dia adalah Jamaah Maiyah.

Para pedagang adalah aktor penting yang tidak bisa dipisahkan dari Kenduri Cinta. Mereka sama pentingnya dengan Cak Nun, jamaah, para penggiat Kenduri Cinta, para narasumber, dan lain sebagainya. Karena tanpa itu semua tidak akan kita temui Kenduri Cinta sebagaimana saat ini. Yang mana jamaahnya semakin bertambah disetiap bulan perhelatannya.

Apa yang saya tuliskan diatas adalah hasil dari pengamatan dan survey singkat terhadap beberapa jamaah. Tentu validitas datanya hanya sebatas yang saya ketahui saja. Tulisan ini saya maksudkan bahwa, pada dasarnya setiap orang berhak memiliki pandangan terhadap apa itu Maiyah, apa itu Kenduri Cinta. Siapa pun, tanpa memandang dia seorang bergelar akademis atau bukan. Pada intinya setiap orang sebenarnya bisa berpendapat dan menulis tentang Maiyahan. Sebagaimana guru kita, Cak Nun adalah penulis handal, yang tak terkira luar biasa produktifitasnya. Banyak tulisan beliau tertuang di caknun.com serta berbagai tulisannya terdahulu. Disela berbagai kegiatannya hadir di forum-forum Maiyahan yang sangat padat, diseluruh Indonesia sampai luar negeri. Dengan Ridlo Allah, beliau adalah keajaiban. Itulah menurut saya.

Menutup tulisan ini, yang sudah terlalu panjang lebar. Bahwasanya, tulisan ini adalah cara saya, sebagai jamaah, memandang apa itu Kenduri Cinta. Tentu setiap jamaah mempunyai pandangan tersendiri. Pada setiap jamaah, di setiap simpul bisa jadi memiliki karakteristik yang sama atau berbeda dengan yang saya tulis. Juga pasti banyak hal yang terlewat pada tulisan saya. Yang jelas, saya berusaha menulis tentang Kenduri Cinta dari kaca mata jamaah. Karena ulasan tentang itu masih tergolong minim ditulis oleh jamaah sendiri, dibandingkan tulisan jamaah tentang Cak Nun dan pemikiran Cak Nun.

Akhirkata, semoga tulisan ini bermanfaat, untuk Maiyah, dan terutama untuk Kenduri Cinta, yang pada tanggal 8 Juni 2018 ini akan merayakan ulangtahunnya yang ke-18. Selamat ulang tahun Kenduri Cinta.