Mukadimah: MAIYAH PENANGKAL PETIR

MEMASUKI tahun 2022, setelah melewati masa hibernasi selama dua tahun, Kenduri Cinta kembali diselenggarakan. Tentu saja dengan menyesuaikan situasi dan kondisi terkini. Keterbatasan yang ada bukan menjadi sebuah halangan, justru menjadi sumber kreatifitas untuk terus diolah, sehingga menemukan ketepatan langkah dan posisi.

Padhangmbulan, embrio dari Maiyah sudah berlangsung hampir 30 tahun. Kenduri Cinta sendiri akan memasuki tahun ke-22. Sebagai laboratorium ilmu kehidupan, baik Padhangmbulan, Kenduri Cinta dan juga Simpul Maiyah lainnya adalah sebuah pohon rindang yang menjadi tempat berteduh bagi kita. Tak terhitung sudah berapa banyak khasanah keilmuan yang kita dapatkan di Maiyah, yang kemudian kita jadikan pijakan hidup.

Maiyah membangun atmosfer Sinau Bareng, sebuah sistem yang komperhensif dan lengkap. Tidak ada yang merasa menggurui dan digurui. Semua memiliki kedudukan yang sama: egaliter.

Sebagai sebuah sistem pengetahuan, Maiyah adalah sebuah lelaku ilmu yang membuat pelakunya memiliki daya tahan yang tinggi. Para salikul Maiyah mempunya kepegasan bahkan sampai pada tahap sistem kekebalan, yang sekurang-kurangnya membuat mereka tidak mudah tersambar oleh petir-petir zaman, kebusukan politik, atau masalah-masalah sosial apapun saja. Baik secara individu maupun secara kolektif dalam lingkup keluarga dan juga komunitas.

Maiyah menawarkan semacam teknologi penangkal petir. Teknologi Penangkal Petir Maiyah terdiri dari keluaran wacana, cara berfikir yang spesifik, metode ketahanan mental hingga pada tahap perbekalan spiritual seperti wirid, hizib, riyadloh dan lain sebagainya. Sehingga, para pelaku Maiyah mendapatkan keseimbangan dalam segala hal.

Maiyah, bisa dikatakan juga menggagas sikap paling radikal dan juga sekaligus melatih para pelakunya untuk berpikir liberal. Namun tetap pada pijakan keseimbangan. Dan juga, yang perlu kita ingat selalu adalah bahwa Maiyah mengajarkan satu nilai kepada kita bahwa hidup itu menanam. Entah siapa yang akan panen nantinya, tetapi apa yang kita lakukan hari ini sejatinya adalah menanam. Karena di Maiyah kita memahami bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang, hidup adalah perjuangan rakaat panjang.

Di Maiyah, kita belajar untuk membongkar cara berfikir kita, sehingga kita mampu memahami segala peristiwa sesuai dengan konteksnya, pada tahap selanjutnya kita mencapai titik yang seimbang saat berinteraksi dengan sesama manusia terlebih lagi dengan Tuhan. Salah satu modal utama kita di Maiyah adalah kesadaran.

Tidak ada yang bisa memaksa kita untuk datang ke Maiyahan, kecuali kita hadir atas kesadaran diri kita sendiri. Kita bisa berdebat panjang soal alasan yang mendasar tentang motivasi kita untuk datang ke Maiyahan. Tetapi, kita semua sepakat bahwa tidak ada seorangpun yang bisa memaksa kita untuk datang ke Maiyahan. Itulah kenapa kemudian Cak Nun memberi nama Kenduri Cinta untuk Simpul Maiyah di Jakarta. Karena kita semua datang ke Maiyahan atas dasar cinta.

Tentu saja, para pelaku Maiyah sebagai manusia biasa tidak serta-merta mulus dan lancar selalu dalam menjalani kehidupan. Meskipun sudah membekali dirinya dengan banyak hal yang didapatkan di Maiyah tersebut, sebagai manusia yang normal, pastinya sangat manusiawi jika para pelaku Maiyah juga menemukan lubang-lubang, tikungan, jalan zig-zag, tanjakan dan turunan yang curam, bahkan mungkin ada yang pernah sesekali terperosok ke jurang. Dinamika kehidupan yang dijalani justru semakin mendewasakan para pelaku Maiyah itu sendiri.

Tidak terkecuali dengan momentum hibernasi selama pandemi dua tahun terakhir. Ada banyak hal yang terjadi dan harus diadaptasi. Tidak mudah menjalani hidup di masa pandemi, karena semua lini terkena dampaknya. Namun, bukti nyata bahwa setiap dari kita, setidaknya sampai hari ini mampu untuk tetap survive, adalah satu hal yang harus kita syukuri.

Kita juga harus bersyukur, dengan bekal yang sudah kita dapatkan dari Maiyah, pada akhirnya mengantarkan kita menjadi manusia yang lebih dewasa, lebih bijaksana dan tentu menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya. Bukan untuk menyombongkan diri, melainkan dalam rangka tahadduts bi-n-ni’mah sebagai pijakan bagi kita untuk tajdiidu-n-niyaat memasuki tahun 2022 ini.

Kita semua berharap, agar di tahun 2022 ini, Kenduri Cinta dapat kembali rutin terselenggara setiap bulan, karena kita semua sudah sangat rindu, kita sudah sangat kangen satu sama lain, untuk kembali bertatap muka secara langsung. Semoga.