Dari Redaksi: Merindukan Kenduri Cinta

MEMASUKI tahun 2022, apa kira-kira doa yang pantas kita panjatkan? Memohon kelancaran dan keberkahan rezeki? Segera dipertemukan dengan jodoh? Mengharap agar pandemi Covid-19 segera berlalu? Semoga bisa Maiyahan lagi di Kenduri Cinta seperti biasanya? Apapun doa yang akan kita panjatkan, alangkah lebih baik jika dilandasi dengan ungkapan syukur karena sampai detik ini kita masih survive, masih mampu menjalani hidup dan masih diizinkan oleh Allah untuk menghirup nafas di dunia ini. Percayalah, sesulit apapun hidup kita saat ini, selalu ada hal-hal yang kita syukuri.

Menjalani masa pandemi dalam dua tahun terakhir ini bukan perjalanan yang mudah. Berapa banyak dari kita yang harus kehilangan sanak saudara, sahabat, handai taulan yang harus mendahului kita dalam dua tahun terakhi ini. Kita kehilangan Syeikh Nursamad Kamba, Bunda Cammana, Pak Iman Budi Santosa hingga Kyai Muzzammil. Para marja’ ilmu di Maiyah yang selama ini memperkaya wawasan keilmuan kita saat Maiyahan berlangsung.

Dalam persoalan untuk bertahan hidup, tidak mudah bagi kita jamaah Maiyah yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya untuk menjalaninya. Alhamdulillah, kita masih mampu untuk terus bertahan hidup hingga hari ini. Entah bagaimana caranya, kita bersyukur karena kita masih terus hidup sampai hari ini. Entah berapa banyak dari kita sudah kehilangan pekerjaan sebagai mata pencaharian, tapi kita tidak menyerah begitu saja bukan? Kita terus berjuang, bahkan jika memang harus mulai kembali dari titik 0, kita lakukan. Kita sangat yakin atas kemurahan hati Allah. Kita sangat meyakini Rahman dan rahimnya Allah.

Pertanyaan terbesar yang harus kita jawab adalah, apa yang bisa kita pelajari dari momentum 2 tahun hibernasi di gua kahfi kita masing-masing. Seharusnya, momentum menepi sejenak dari keriuhan dunia dalam dua tahun ini mengajarkan kita untuk mampu bersikap lebih arif, lebih dewasa dan tentu saja lebih bijak dari sebelumnya.

Di tahun 2021 ini, Kenduri Cinta menyelenggarakan 3 kali Maiyahan dalam keterbatasan. Semua serba terbatas. Penggiat Kenduri Cinta membatasi jamaha yang hadir. Arus informasi pun tidak disebar semasif biasanya. Kita semua harus memakluminya. Penggiat Kenduri Cinta berusaha untuk terus mencari konsep terbaik untuk menyelenggarakan kembali Maiyahan. Effort yang dibutuhkan saat ini lebih besar dari sebelumnya. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan juga dipertimbangkan.

Pada satu momen Kenduri Cinta edisi Maret 2021, Cak Nun menyampaikan; “Jangan sampai kita hanya mendapatkan kesengsaraan dan kelelahan atas pandemi ini”. Cak Nun saat itu memberi pesan bahwa orang Maiyah jangan sampai kalah dengan situasi pandemi ini. Kita semua sudah sepakat bahwa orang Maiyah adalah man of all seasons. Orang Maiyah adalah manusia yang mampu beradaptasi dalam segala situasi. Sebisa mungkin, kita harus ubet untuk terus bergerak.

Sudah pasti, kita semua merindukan suasana Maiyahan Kenduri Cinta seperti biasanya di Taman Ismail Marzuki, Cikini. Kita kangen dengan suasana senja di Cikini sembari menikmati kudapan angkringan di pojokan pelataran TIM. Kita kangen dengan suasana ndeprok sambil menikmati kacang rebus dan segelas kopi starling. Saat hujan, kita semua merapatkan diri, mengubah fungsi terpal yang sebelumnya alas tempat duduk menjadi payung untuk berteduh bersama. Syahdu.

Kita sudah lama tidak mendengar suara Cak Nun secara langsung. Kita sudah lama tidak merasakan momen khusyuk bersholawat dan bermunajat di tengah malam. Dan tentu saja, kita sudah lama tidak tertawa bersama-sama saat Cak Nun melempar celotehan-celotehan ringan saat Maiyahan. Kita sangat merindukan atmosfer Kenduri Cinta.

2 tahun sudah kita menjalani masa pandemi ini. Kerinduan kita semakin memuncak, dan kita berharap semoga akan segera bisa kita tumpahkan kerinduan itu di tahun 2022. Semoga, di tahun 2022, kita bisa bermuwajahah kembali, bertatap muka pada suasana yang sudah begitu lama kita rindukan.