Mukadimah: KABAR ESOK HARI

DULU, untuk mengetahui informasi terkini, kita harus menunggu sekian jam bahkan harus sampai berganti hari agar kita up to date dengan kabar terbaru. Bagi yang memiliki televisi, mungkin bisa menyaksikan informasi terbaru melalui tayangan berita di malam hari. Esoknya, melalui surat kabar, informasi lebih detail akan diterima. Berbeda dengan hari ini. Kecanggihan teknologi internet memungkinkan kita untuk selalu up to date dengan informasi apapun, di belahan dunia manapun.

Coba kita hitung sendiri, berapa jam setiap hari yang kita habiskan untuk scrolling linimasa media sosial melalui gadget di tangan kita? Mungkin, 50% dari 24 jam yang kita miliki dalam satu hari kita habiskan untuk menikmati asupan informasi yang setiap detik selalu tersaji di hadapan kita. Tantangannya adalah filter informasi itu sendiri yang mungkin karena kita mengalami banjir informasi setiap hari, filter informasi tersebut tidak berjalan dengan baik, karena kita sendiri yang akhirnya merasa tidak kuat menghadapi arusnya.

Belum lagi, ada sebagian dari kita yang mengalami FOMO (fear of missing oout), satu kondisi dimana orang mengalami kekhawatiran akan ketertinggalan informasi terkini atau tren yang sedang berlangsung. Meskipun ada juga orang yang acuh, peduli setan dengan perubahan dmei perubahan yang terjadi. Dan nyatanya, mereka juga bisa hidup dengan tenang dan semua berjalan seperti biasanya. Toh problematika hidup pun tetap terus ada. Tidak lantas kemudian hidup berjalan lancar dan baik-baik saja meskipun kita up to date terhadap tren yang sedang berlangsung saat ini.

Kita sendiri pun sering tidak menyadari, kebiasaan-kebiasaan kita terhadap gadget yang kita miliki saat ini. Bunyi nada notifikasi yang mungkin hanya terdengar simpel, sangat mudah mendistraksi fokus kita dalam suatu kegiatan. Begitu sukar rasanya untuk abai terhadap suara notifikasi gadget kita. Karena alam bawah sadar kita saat ini tertanam kesadaran bahwa jangan sampai kita ketinggalan informasi apapun di sekitar kita.

Allah sendiri adalah Al Khobiir, Yang Maha Mengabarkan. Sementara informasi yang kita terima setiap hari adalah hasil olahan manusia, Allah sendiri sebenarnya juga selalu menyampaikan informasi-Nya kepada kita. Ada yang berupa wahyu, ada yang berupa hidayah, ada yang berupa ilham, ada yang berupa ide. Semua ada tahapannya, semua ada klausulnya, semua ada tingkatannya. Bagaimana kita mampu mengakses informasi tersebut, semua bergantung pada mekanisme internal dalam diri kita.

Cak Nun selalu menyampaikan agar kita mampu membaca ayat-ayat yang tidak difirmankan. Al Qur`an yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yang kemudian hari ini sampai kepada kita dalam bentuk mushaf-mushaf yang sudah dibukukan, adalah jenis dari ayat-ayat yang difirmankan. Sementara, ada banyak sekali ayat-ayat yang tidak difirmankan seperti Al Qur`an yang Allah sendiri setiap hari menyampaikan kepada seluruh makhluk-Nya di alam semesta.

Allah berfirman dalam Surat Al Hasyr ayat 18:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

 Dalam khasanah Bahasa Arab, kata Khabiir memiliki makna mengetahui dan juga mengabarkan. Ada banyak tafsir mengenai Khabiir. Di Maiyah, kita memahaminya lebih luas dari sekadar makna mengetahui. Dalam terjemah Al Qur`an Bahasa Indonesia sendiri, kata Khabiir dimaknai sebagai Maha Teliti. Dalam ayat yang lain diterjemahkan sebagai Maha Mengetahui. Meskipun ada nama Asmaul Husna yang lain yaitu Al ‘Aliim yang juga memiliki pemahaman Maha Mengetahui.

Kemarin adalah masa lalu, sementara esok hari adalah masa depan. Apa yang sudah kita lalui, sudah menjadi sejarah. Dan apa yang akan kita jalani esok hari adalah tentang apa yang akan kita tuliskan dalam buku sejarah kita, sehingga di masa depan menjadi pelajaran bagi generasi penerus kita.

Tadabbur dari surat Al Hasyr ayat 18 tadi adalah, bahwa dengan kita bertakwa kepada Allah, maka kita menjadi manusia yang penuh dengan kewaspadaan, karena apa yang kita perbuat hari ini akan kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah.

Dalam konteks keimanan kita kepada Allah swt, terdapat entitas yang kita sebut dengan husnudhon. Dengan bekal berbaik sangka itulah, kita meyakini bahwa Allah akan menyiapkan masa depan yang indah untuk kita. Mungkin hari-hari yang kita jalani tidak selalu berjalan dengan mulus, ada hambatan, ada rintangan, ada ujian, ada cobaan, ada kebahagiaan, ada kesedihan, ada kegembiraan dan seterusnya. Tetapi dengan husnudhon kita merasa aman, bahwa kelak ada hari yang indah, yang akan kita capai.