Mukadimah DARI SANA SINI KEMARI

Dalam bahasa Brebes-nya “SING KANA KENE MRENE“. Dari keempat kata tersebut setiap orang memiliki persepsi, pemikiran dan pengartian yang berbeda-beda. Dari sana sini kemari, semuanya kata penunjuk untuk pemberitahuan, menerangkan sesuatu kepada orang lain. Dari sana dapat berarti jawaban pertanyaan “Dari mana?” begitu juga dari sini. Kemari dapat diartikan ajakan seperti lagunya Titiek Puspa, “Marilah kemari, hey kawan“. Namun bila kata-kata tersebut digabung dan dibaca tanpa koma, kalimat tersebut menjelaskan sesuatu, ada apa dan kenapa. Katakan kenapa Tanya bukan Tanya kenapa.

Dari sana sini kemari, menerangkan ada suatu kejadian, sedang atau telah berlangsung. Menandakan ada sesuatu bergerak dari tempat lain kesuatu tempat. Misalkan, di perempatan jalan ada kecelakaan, sepeda motor menabrak anak kecil, pengendara motor dan anak kecil tersebut pingsan. Seketika orang-orang datang mengerubungi keduanya, ada orang yang tanpa tahu siapa yang kecelakaan. Dari sana sini kemari, orang berdatangan dengan niat dan tujuan berbeda, ada yang benar-benar tulus membantu, ada yang sekedar ingin melihat, ada yang penasaran siapa yang kecelakaan. Ada yang ingin tahu, siapatahu yang mengalami kecelakaan adalah teman, saudara, atau keluarganya, ada yang sekedar sepintas tahu lalu pergi, ada yang mencari tahu kenapa terjadi kecelakaan. Bahkan ada juga yang mencari mau dari kecelakaan tersebut. Pokoknya macam-macam niatan.

Misal dalam suatu hajatan, dari sana sini kemari, dapat diucapkan oleh tuan rumah atau tetangganya, untuk memberitahu bahwa tamu yang dating bukan hanya dari keluarga dekat, tetangga, atau teman saja, tetapi orang jauh dari kampung seberang juga datang padahajatan tersebut, sang tuan rumah mengatakan “Tamunya dari sana sini dating kemari“ tetangga atau temannya yang melihat peristiwa tersebut juga mengatakan “Tamunya banyak sekali, dating dari kampung sana, kampung sini kemari“, orang Jakarta atau Betawi bilang “Dari sane sini pade kemari“  semuanya benar.

Kalau mengikuti perjalanan air dari berbagai macam sungai, selatan, utara, timur, barat dan sebagainya, artinya, dari sana sini bermuara atau berkumpulnya kemari (Laut). Manusia dari tidak ada kemudian ada, dan akan kembali tidak ada. Tidak adanya manusia berulang, dalam QS. Ali Imran 158 yang artinya “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati“. Dari sana sini kemari(Mati).

Hidup manusia laksana sebuah pendulum yang berputar ke segala arah, namun akan berhenti di suatu perhentian titik awal. Fenomena mudik (pulang kampung) merupakan salah satu keniscyaan hidup yang menuju asal kelahiran nya. Demikian pula dengan teknologi, informasi hingga inovasi secara tidak sadar merefleksikan kembali ke jaman sebelumnya. Model produk tanpa rasa malu mulai mengadopsi model lama. Lagu-lagu lama didaur ulang seakan hal yang baru.

Semakin modern peradaban manusia sampai saat ini belum berhasil bersaing dengan peradaban sebelumnya. Umur sebuah bangsa hingga peninggalannya yang mencapai ratusan tahun lamanya masih berdiri mengalahkan keberlangsungan bangsa modern beserta karyanya. Peradaban modern hanya membuat manusia semakin lemah dan bergantung dengan teknologi. Manusia dimudahkan sekaligus diperbudak oleh banyak instrumen peradaban modern. Penelitian, riset hingga pendidikan hanya menciptakan manusia modern nan pandai hidup seperti robot mengikuti bahasa program. Hilang rasa hingga kepedulian terhadap sesama, hingga tak heran umur sebuah bangsa habis karena digerogoti oleh keserakahan manusianya.

Banyak fatamorgana kemajuan yang di dengungkan oleh peradaban modern akhirnya tidak lebih baik nasibnya dengan peradaban sebelumnya. Dinamika kehidupan digerakkan ke segala penjuru arah, kesana, kesini, namun jangan-jangan hanya berputar di titik awal. Seperti nasib bangsa Yahudi yang dihukum selama 40 tahun tersesat di padang Tih Gurun Sinai tidak mampu memasuki tanah yang dijanjikan. Mereka sebenarnya  mengetahui tujuan dan arahnya. Namun, entah mengapa perasaan bingung mendominasi pikiran mereka. Hukuman karena mereka menjadi bangsa yang oportunis yang hanya mau menikmati hasil dengan mengorbankan perjuangan orang lain. Dalam QS. Al Maa-idah 24 yang artinya “Pergilah kamu (Musa) bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya, kami hanya duduk menanti di sini”.

Bak ironi hukuman bangsa Yahudi itu mulai membayangi bangsa ini. Semua jargon perbaikan seakan tak beringsut dari awalnya. Penegakan keadilan tak beranjak hanya jalan di tempat. Pemerataan seakan sebuah kiasan entah kapan terealisasi. Semua beramai-ramai menyalahkan sang pemimpin. Berkaca kepada bangsa Yahudi tersebut, boleh jadi rakyat yang bermental Yahudi inilah penyebab hukuman terjadi. Ketika perjuangan menghadapi ketidakberesan hanya diserahkan kepada para utusan. Saat semua kebobrokan terjadi dianggap suatu yang biasa dan merasa tdk mampu mengatasinya. Masyarakat telah tenggelam dalam kesibukan mempertahankan hidupnya masing-masing hingga lupa akan energi kebersamaan yang dapat menjadi solusi.

Berangkat dari kegelisahan itulah maka Kenduri Cinta pada tanggal 10 Juni 2011 mengangkat tema “Dari sana… sini… Kemari”. Semoga segala sesuatu yang didapatkan merupakan inspirasi bagi kemajuan bangsa ini. WALLAHU A’LAM BIS SHAWAB