Merahasiakan Aurat

DALAM Kamus Besar Bahasa Indonesia, aurat diartikan sebagai bagian badan yang tidak boleh terlihat menurut hukum Islam. Secara fisik, beberapa bagian pada tubuh manusia dalam hukum Islam memang dilarang untuk diperlihatkan kepada orang lain selain muhrimnya. Tentu saja, aturan hukum Islam itu ada alasan kuat yang mendasarinya. Namun demikian, hakikatnya, aurat tidak sebatas pada bagian tubuh manusia yang harus ditutupi agar tidak terlihat oleh orang lain.

Dalam khasanah Maiyah, aurat dipahami sebagai segala sesuatu yang harus ditutupi, yang tidak tergantung pada baik atau buruk, benar atau salah, indah atau jelek. Namun lebih luas dari itu. Dan aurat, bukan hanya persoalan fisik tubuh manusia semata.

Dalam hubungan rumah tangga, sepasang suami-istri secara fisik sudah tidak ada aurat lagi yang harus ditutupi. Kemudian, segala rahasia rumah tangga mereka adalah rahasia dapur yang sebaiknya tidak diumbar di khalayak umum. Inilah yang dinamakan aurat. Segala sesuatu yang terjadi di dalam rumah, tidak semuanya harus diberitahukan kepada khalayak ramai, karena itu adalah aurat keluarga mereka.

Jika menggunakan matriks hukum Islam yang lima, maka ada informasi yang harus (wajib) kita ketahui. Ada juga informasi yang sifatnya kita sebaiknya mengetahui, kalaupun tidak mengetahui juga tidak ada masalah. Ada juga informasi yang kita boleh mengetahuinya. Ada juga informasi yang sifatnya sebaiknya kita tidak mengetahuinya. Dan juga, ada klausul bahwa sebuah informasi yang kita memang dilarang untuk mengetahuinya.

Dan sebagai manusia, toh pada hakikatnya tidak semua informasi kita ketahui baik kebenaran faktanya. Bisa jadi, justru dengan kita tidak mengetahui seluruh informasi yang ada, kita sedang diselamatkan agar tidak terjerumus ke dalam jurang kesombongan. Karena salah satu fakta bahwa penyebab seseorang berlaku sombong adalah karena ia merasa paling tahu tentang segala hal.

Kembali ke persoalan aurat, setelah kita bersama-sama memahami bahwa aurat itu bukan sekadar pemahaman tentang fisik tubuh manusia yang tidak boleh terlihat, namun lebih luas dari itu, bahwa segala sesuatu yang seharusnya bersifat rahasia adalah aurat yang memang sudah sepantasnya tidak kita umbar kepada khalayak ramai.

Dan sekarang, banyak dari kita justru mengumbar aurat kita masing-masing. Aurat itu bisa bernama kebenaran yang kita pahami tentang sesuatu hal. Padahal, kebenaran yang kita yakini belum tentu akan menjadi kebenaran bagi orang lain. Ada juga aurat yang bernama kesalehan dalam beragama. Seharusnya, kesungguhan kita dalam beribadah kepada Tuhan hanya kita perlihatkan kepada Tuhan saja, tidak perlu juga kita pamerkan kepada orang lain. Atas alasan untuk mengajak orang lain agar juga mampu berlaku saleh seperti kita? Apakah kita juga pernah mempertanyakan bahwa kesalehan kita ini sudah pasti diterima oleh Tuhan?

Celakanya, sekarang pada akhirnya ada banyak informasi yang seharusnya sifatnya rahasia justru diumbar-umbar di hadapan publik. Dalam hal politik misalnya. Jika memang kita hidup di Indonesia, dan kita sudah bersepakat bahwa salah satu asas Pemilihan Umum adalah rahasia, maka sudah seharusnya kita semua menjaga rahasia pilihan politik kita masing-masing. Coba saja kita prosentase, lebih banyak manfaat atau keburukan yang timbul ketika pilihan politik kita umbar-umbar di depan publik. Meskipun kita hidup di era kebebasan berpendapat, sebaiknya sebelum kita mengungkapkan pendapat kita, landasan yang kita jadikan pijakan untuk mengungkapkan pendapat itu musti kuat.

Akibat dari begitu bebasnya setiap orang mengungkapkan pendapat, ada banyak orang yang tidak memiliki pijakan yang kuat, sehingga mereka terjerumus ke dalam jurang fanatik buta yang dampaknya sangat membahayakan dalam hubungan sosial masyarakat. Dan ini berlaku di semua bidang, bukan hanya dalam pilihan politik saja.

Sayangnya, era kebebasan berpendapat hari ini tidak sepenuhnya digunakan oleh masyarakat dengan baik. Ada banyak orang yang hanya merasa bahwa sebuah kebenaran informasi sangat ia yakini, kemudian ia umbar di depan publik, namun tidak memikirkan bagaimana dampaknya.

Sebaiknya, kita sama-sama mulai memahami dan menahan diri, bahwa sebenar apapun informasi yang kita miliki, belum tentu benar di mata orang lain. Ketika kebenaran bertemu dengan kebenaran yang lain, belum tentu akan saling memperkuat, justru yang terjadi akhir-akhir ini adalah benturan demi benturan yang semakin meruncingkan perpecahan hubungan sosial masyarakat kita.

Tidak semua hal yang sifatnya keburukan adalah hal yang harus kita tutupi, ada momen ketika sebuah kebenaran, bahkan kebaikan justru lebih baik kita sembunyikan. Karena justru keindahan dalam hidup itu salah satunya adalah kenikmatan dalam menjaga rahasia yang kita miliki.