Mukadimah: Memulai Putus Asa

memulai putus asa

MUKADIMAH MAIYAH JUGURAN SYAFAAT EDISI JANUARI 2015

Dalam satu dekade terakhir, obat herbal tradisional tumbuh subur. Jamu yang biasanya hanya ditumbuk di desa, kini sudah difabrikasi, terjual laris hingga ke mancanegara. Tumbuh suburnya obat herbal non-kimia bisa terjadi karena orang putus asa dengan obat-obat modern berbahan kimia yang menjanjikan kesembuhan di satu sisi, tapi menjadi ancaman tersendiri bagi ginjal.

Di bidang lain, sistem ekonomi tanggung renteng yang ber-ruh gotong royong juga sudah lahir kembali. Sistem yang lebih win-win solution ini lahir setelah orang putus asa dengan sistem dan lembaga keuangan kapitalistik yang menguntungkan satu golongan tapi menghisap habis golongan lain.

Hadirnya tradisi obat herbal di era modern, kembalinya spirit gotong royong berbagai aplikasi sistem ekonomi tanggung renteng ditengah zaman yang sangat individualistik tidak lain merupakan produk-produk kongkrit dari orang-orang putus asa. Putus asa dari cara hidup yang didikte dan disuapi habis-habisan oleh entah siapa ini.

Lalu sudahkah kita melahirkan sebuah produk kongkrit? Kalau belum ada produk kongkrit yang kita hasilkan, jangan-jangan karena kita belum mencoba memulai putus asa. Tidak putus asa melihat sebegitu seringnya pengajian yang hanya deklamasi, sekolah yang hanya komoditasi dan pembangunan yang ternyata cuma eksploitasi.

Di ujung batas keputusasaan itulah, ide brillian seseorang bisa terdorong keluar, kekuatan tersembunyi seseorang bisa mendadak muncul, lucky factor bisa mencuat, pertolongan ajaib bisa datang. Kecuali memang kita belum benar-benar yakin bahwa cara hidup yang didikte dan disuapi entah siapa kepada kita ini adalah jalan buntu. Jika begitu, tak ada salahnya untuk kita timbang dan ukur lagi potensi kemungkinan kemajuan dan hadirnya solusi dari cara hidup mainstream kita itu, barangkali memang kita belum harus putus asa.