Mas Toto

SERI PATANGPULUHAN EDISI 23

DALAM AKTIVITAS Cak Nun dan KiaiKanjeng, sangat kerap nama Toto Rahadjo disertakan. Banyak kalangan lingkaran maiyah terkini, para jamaah, belum tentu tahu persis siapa sesungguhnya ‘makhluk’ ’yang bernama Toto Rahardjo ini.

Saya memanggilnya Mas Toto. Beberapa yang lain menyebut Mas Tok atau Pak Toto. Belakangan, kerap juga dipanggil sebagai Yai Tohar, dari sebutan Kyai Toto Rahardjo. Ada pula yang agak “kurang ajar,”menyebut Gus Dob, kepanjangan dari, maaf, Gus Dobol, meminjam dari kalimat-kalimat yang sering dilontarkan Mas Toto sendiri dalam cuitan atau status di media sosial twitter, dengan tagar #Dobol, untuk mengomentari kahanan perpolitikan yang sedang hangat di Bumi Pertiwi ini.

Sesungguhnya saya pun tidak tahu pasti sejak kapan Mas Toto merapat ke rumah Patangpuluhan. Manusia ini berasal dari planet mana, saya juga tidak tahu persis, hanya logat medok banyumasan yang bisa dirunut berasal dari daerah mana ia berasal-usul. Kedatangan saya ke rumah Patangpuluhan, jelas berbeda habitat dengan Mas Toto. Saya bersama kawan-kawan dari pegiat kampus, sedangkan Mas Toto adalah aktifis LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

MasToto merupakan orang kepercayaan, bahkan boleh disebut sebagai “anak” kesayangan YB Mangunwijaya.YB Mangunwijaya atau Romo Mangun, adalah seorang Pastur, seorang Imam Katholik,bahkan lebih banyak beraktifitas sebagai seorang seniman. Pelaku kebudayaan. Beberapa karya novelnya telah diterbitkan dan mendapat sambutan yang sangat bagus dari pembacanya. Romo Mangun juga seorang insinyur arsitek dan dosen di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Sebuah perkampungan kumuh di sepanjang bantaran Kali Code, dirancang bangun, tertata dan menjadi layak huni. Dinding yang terbuat dari anyaman bambu, dicat warna warni, dengan sentuhan Art Color. Sangat artistik.

Kerekatan Mas Toto dengan Romo Mangun, sangat masuk akal, karena istri Mas Toto, Mbak Wahya, sekretaris pribadinya Romo Mangun, yang mengurusi berbagai hal, dari rumah tangga hingga mengatur schedule acara-acara Romo Mangun di berbagai venue.

Sebagai dedengkotnya LSM, Mas Toto sering ikut mendanai para mahasiswa yang akan berdemo (demonstrasi). Di era Orde Baru, aksi demonstrasi sangat menakutkan bagi kalangan aktifis mahasiswa maupun LSM. Tokoh-tokohnya yang vokal dalam menyuarakan kritik, baik yang diungkap dalam aksi demo maupun dalam tulisan-tulisan selebaran yang terpasang di dinding-dinding kampus, atau di tempel di sepanjang tembok-tembok pinggir jalan; sering menjadi kejaran aparat yang berwajib.Banyak dari mereka tidak pulang ke rumah atau tempat kost-nya, sering-sering di sekitaran tempat tinggalnya sudah ditunggui para intel aparat yang berwajib.

Oleh Mas Toto, Para Korlap Demo (Koordinator Lapangan) dikumpulkan di rumah Patangpuluhan untuk diberikan teknik-teknik berdemonstrasi dengan berbagai strategi. Posisi Cak Nun, ditempatkan sebagai, sebut saja supervisor demo. Memberikan info-info yang didapat dari berbagai sumber. Mengusulkan tema-tema yang akan diangkat. Tak jarang memberikan draft naskah puisi untuk dibacakan saat berdemo. Kala itu, para aktifis demo yang dikenal antara lain Brotoseno dan Japrak dari ISI, Rizal Mallarangeng, UGM, dan beberapa yang lain dari kampus-kampus Perguruan Tinggi di Yogyakarta; UII, IAIN Sunan Kalijaga, dst.

Usai kumpul-kumpul, tak lupa Mas Toto membuka dompetnya, memberikan dana operasional. Hal ini yang menjadi pertanyaan saya, sampai hari ini, juga pertanyaan para penghuni lain di Patangpuluhan, sumber uangnya dari mana Mas Toto itu?

Tiba-tiba Cak Nun memanggil, saya mendekat. Berbisik agak keras.

“Ambil lima slop rokok!”

Tanpa menjawab “iya,” segera saya beranjak ke kamar Cak Nun. Di atas lemari ada kardus besar warna coklat, merk rokok terbaca jelas, Djarum 76. Saya ambil lima slop, yang masing-masing slop berisi sepuluh bungkus rokok.

Sengaja saya sebut merk Djarum 76. Karena tiap bulan, perusahaan rokok yang pabriknya ada di Kudus ini, mengirim paket rokok ke rumah Patangpuluhan. Cak Nun sendiri adalah penikmat rokok Djarum 76.

Sampai di sini dulu, kisah Mas Toto belum selesai.