Garis Miring Telenovela Jakarta

Mungkin masih banyak yang mengingat tokoh-tokoh seperti Maria Mercedes, Santiago Del Olmo, George Luis, Malvina, Rudolfo, atau Dingna. Ya, mereka adalah tokoh-tokoh dalam sebuah telenovela yang sangat populer terutama di kalangan ibu-ibu pada tahun 90-an. Banyak tokoh-tokoh yang diperankan dengan berbagai karakter yang menarik perhatian dalam telenovela itu, mempertontonkan rangkaian adegan-adegan dramatis yang alur ceritanya sulit ditebak. Karenanya, kalangan pecinta telenovela terpaksa menjadwalkan waktunya untuk menonton televisi pada setiap jam tayang di setiap episode-nya. Rasa penasaran penonton begitu kuat sehingga tertarik untuk menantikan adegan-adegan yang akan terjadi pada episode berikutnya. Tidak jarang nuansa maya telenovela mengalahkan nuansa nyata kehidupan mereka sehari-hari.

Maria si gadis desa yang jelita menjadi tokoh utamanya. Santiago yang tua dan kaya raya tanpa sengaja bertemu dengannya, lantas memperistri Maria dan membawanya ke kota untuk tinggal di rumah mewahnya. Namun tujuan utama Santiago bukanlah benar-benar menjadikan Maria sebagai pasangan hidup, melainkan sekedar untuk mempermainkan sepupunya yaitu Malvina yang selalu mengincar harta kekayaan warisannya. Setelah kematian Santiago, Maria menjadi penguasa rumah mewah itu. Namun Malviana terus saja berusaha merebut warisan yang selama ini diincar dengan cara memperalat Luis, pria tampan anak Santiago yang dicintai Maria. Cerita semakin menarik, karena pada episode-episode selanjutnya justru Luis yang jatuh cinta pada Maria. Kompleksitas cerita tambah dramatis dengan keterlibatan tokoh-tokoh figuran yang keluar-masuk pada setiap adegan-adegannya. Alur ceritanya kadang tidak sambung dengan alur cerita utama, bahkan adegan-adegan dari cerita tambahan ditampilkan lebih dramatis. Yang terjadi penonton hanyut terombang-ambing oleh alur-cerita yang dimainkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita.

Dalam beberapa telenovela yang populer seperti Marimar atau Maria Mercedes, tokoh utamanya adalah gadis desa yang miskin. Si gadis itu kemudian masuk kedalam lingkungan orang-orang kaya dikarenakan soal nasib atau-pun persoalan percintaan. Dalam telenovela, tokoh utama sering kali jadi objek penderita sekaligus sebagai subjek pembawa nuansa-cerita. Ceritanya dibuat semenarik mungkin pada setiap episode dengan memunculkan percintaan-intrik-konflik-perselisihan antara tiap-tiap tokoh di setiap adegan. Keterkaitan peran antar tokoh sangat mungkin berubah-ubah pada tiap episode. Bisa saja yang tadinya bermusuhan, lantas pada episode berikutnya jadi teman, dan pada episode berikutnya lagi mereka menikah, kemudian bercerai dan menikah lagi dengan yang sebelumnya jadi musuh. Yang tadinya teman setia dari tokoh utama, bisa saja pada episode berikutnya hanya menjadi teman biasa karena sudah tidak lagi dibutuhkan peranannya.

Telenovela hanyalah cerita fiksi rekayasa yang diangkat dari novel, kemudian disajikan kembali melalui televisi dalam rangkaian panjang episode-episode video tayangan peran. Telenovela pada dasarnya tidak berbeda dengan sinetron-sinetron yang ditayangkan stasiun-stasiun televisi swasta nasional saat ini. Bagi kalangan masyarakat tertentu, cerita telenovela memang sangat menarik untuk ditonton. Namun, cerita rekayasa telenovela bisa jadi merugikan siapa saja yang aktivitas kehidupannya terbawa arus cerita telenovela. Bapak-bapak masih harus tetap konsentrasi kerja meskipun si gadis desa di telenovela sedang merana. Dan ibu-ibu juga tidak perlu cemburu karena tokoh utamanya dimadu. Telenovela hanyalah cerita rekayasa yang bersifat hiburan semata dan tidak perlu dibawa-bawa ke kehidupan nyata. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada tahun 90-an popularitas dan wabah demam telenovela pernah melanda masyarakat Indonesia.

Pada era ‘reality show’, jangan-jangan itu juga berakibat terjadinya pemutakhiran telenovela. Dugaan itu menjadi beralasan, karena kalau kita coba cermati adegan-adegan yang dimainkan tokoh-tokoh yang berseliweran di tayangan berbagai media masa akhir-akhir ini, mereka mempunyai banyak sekali kemiripan dengan karakter-karakter yang diperankan di telenovela. Nampak yang dipertontonkan adalah adegan-adegan yang bersifat dramatikal-sementara. Sangat jarang bahkan hampir tidak ada tokoh yang berkarakter setia, konsisten dan nyata-nyata mengorientasikan perannya terhadap keabadian. Garis miring drama telenovela biarlah terus terjadi begitu adanya, sedangkan kita teruslah saja berusaha menemukan tegaknya garis lurus keabadian dalam setiap aktivitas kehidupan nyata.