Tidak Pernah Melibatkan Allah

SESUNGGUHNYA PADA setiap kesulitan ada kemudahan. Itulah janji Allah dalam surat Al Insyiroh. Hanya saja, kemudahan itu tidak diberikan oleh Allah secara cuma-cuma. Allah memerintahkan manusia untuk terus berjuang agar menemukan kemudahan yang tersembunyi pada setiap kesulitan yang dihadapi. Sangat jelas pernyataan Allah di surat Al Baqoroh; Laa yukallifullaha nafsan illa wusahaa. Bahwa Allah tidak akan memberikan beban melebihi kemampuan hamba-Nya.

Yang ditagih oleh Allah merupakan proses perjuangannya. Yang ditagih oleh Allah adalah kesungguhan petani dalam menanam padi. Kepastian akan memanen adalah hak prerogatif Allah. Manusia memang diberi mandat oleh Allah untuk menjadi Khalifah di muka bumi, sayangnya manusia hari ini terlampau percaya diri merasa bahwa dirinya merupakan titik pusat penentu dari seluruh yang berlaku dalam kehidupan ini. Manusia terlampau yakin bahwa mandat kekhalifahan yang dianugerahkan kepada mereka anggap sebagai tongkat kekuasaan penuh atas semua yang ada di muka bumi.

Faktanya, sebelum Adam diciptakan oleh Allah, Iblis menyatakan bahwa kelak manusia hanya akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di muka bumi. Sebuah adegan yang sangat indah yang diatur oleh Allah bahwa peringatan tersebut justru disampaikan oleh Iblis, makhluk antagonis yang hampir selalu disalahkan oleh manusia ketika mereka berbuat dosa. Manusia tidak mau mengakui kesalahan dirinya ketika berbuat dosa, selalu saja berlindung dibelakang tameng godaan iblis dan setan yang terkutuk, padahal sudah sangat jelas bahwa dalam diri manusia terdapat syahwat yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya. Bersamaan dengan Akal dan Hati, manusia dituntut untuk mengelola ketiga hal tersebut agar kesemuanya saling bersinergi dan seimbang.

Semua persoalan yang terjadi di muka bumi hari ini merupakan akibat sombongnya manusia karena dirinya merasa mampu menjadi Khalifah di muka bumi. Manusia melupakan faktor utama dari mandat Khalifah tersebut. Manusia lupa bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini merupakan hak prerogatif Allah. Dan manusia hari ini terlalu percaya diri untuk tidak melibatkan Allah dalam laku kehidupan mereka.

Nur Muhammad, cahaya yang terpuji, kekasih Allah, makhluk yang paling dicintai oleh Allah, yang diwujudkan oleh Allah dalam diri Muhammad bin Abdullah; Rasulullah Muhammad SAW. Rasul akhir zaman yang memiliki password berupa Syafaat yang akan diberikan kepada Ummatnya kelak, adalah faktor penguat agar Allah membukakan pintu-Nya ketika kita mengetuk pintu Allah. Dan sayangnya, manusia sangat percaya diri untuk tidak menggunakan fasilitas ini ketika memegang mandat kekhalifahan di muka bumi.

Kenapa Rasulullah SAW? Sangat jelas tersirat dalam Surat Ali Imron; Qul inkuntum tuhibbunallaha fattabiuunii, yuhbibkumullah wayaghfirlakum dzunuubakum, wallahu ghofuurun rohiimun. Bahwa Rasulullah SAW merupakan kunci utama agar kita mendapat ridhlo Allah swt. Rasulullah SAW merupakan syarat utama agar kita dicintai oleh Allah swt. Bahkan lebih jauh dari itu, tidak hanya dicintai oleh Allah, tetapi juga semua dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah apabila kita mengikuti Rasulullah SAW.

Dan ketika Allah benar-benar melibatkan diri dalam sebuah peristiwa, manusia tidak mampu menyadarinya. Sebut saja aksi Bela Islam 212, Al Maidah 51 di Kepulauan Seribu, Booming Om Telolet Om yang mendunia, dan sekian peristiwa lain yang mampu mengalihkan fokus seluruh rakyat Indonesi akhir-akhir ini tidak disadari bahwa subjek utama dari semua peristiwa tersebut adalah Allah.

Mungkin, karena terbiasa tidak menyadari adanya peran Allah sebagai subjek utama inilah yang kemudian manusia dengan mudah tidak melibatkan Allah dalam setiap laku kehidupannya. Mulai dari Presiden, Menteri, Gubernur, Anggota Parlemen hingga pejabat-pejabat di daerah benar-benar tidak pernah melibatkan Allah dalam setiap keputusan yang mereka ambil. Padahal, mereka semua disumpah jabatan dengan menggunakan Kitab Allah. Sesungguhnya Allah tidak merasa rugi jika seluruh manusia kufur kepada-Nya, tetapi Allah akan murka jika manusia pura-pura tunduk kepada-Nya.

Jakarta dan beberapa daerah lain di Indonesia dalam waktu yang tidak lama lagi akan melakukan Pemilihan Kepala Daerah, sebuah konsekuensi logis dari sistem Demokrasi yang dianut oleh Indonesia. Sekian pasangan calon Kepala Daerah sudah mendaftarkan diri dan dinyatakan layak untuk menjadi orang yang akan dipilih oleh rakyat, meskipun pada fakta yang sebenarnya rakyat tidak memiliki hak penuh untuk memilih siapa pemimpin mereka, rakyat hanya memilih pilihan yang sudah disiapkan oleh Partai Politik.

Sungguh ironis, rakyat yang sebenarna adalah pihak yang menjadi subjek utama bagi sebuah pemerintahan, namun setiap lima tahun sekali mereka hanya dieksploitasi oleh Partai Politik demi kepentingan segelintir kelompok.

Maka, Maiyah sejak awal sudah memiliki formula Segitiga Cinta; Allah-Rasulullah-Manusia. Sebuah formula yang sebenarnya merupakan formula paling mujarab untuk menyelesaikan persoalan seluruh ummat manusia saat ini. Allah sebagai puncak dari Segitiga Cinta, Rasulullah sebagai faktor untuk memperkuat posisi manusia ketika berhadapan dengan Allah, 3 kesatuan yang saling bekesinambungan, tidak mungkin kita melepaskan salah satu dari tiga pihak tersebut.

Sudah tidak ada waktu lagi bagi manusia untuk tidak menyadari kesombongannya. Segitiga Cinta merupakan sebuah solusi kongkrit untuk menyelamatkan manusia dari semua persoalan yang mereka hadapi hari ini. Jika manusia masih saja terus untuk tidak melibatkan Allah dalam kehidupan mereka, maka bersiaplah; Wa makaruu wa makarallah Wallahu khoiru-l-maakiriin.