Mukadimah: Tawakal Reformasi

tawakal reformasi2

Mukadimah Juguran Syafaat Mei 2015

Tentu Allah tidak sedang iseng, ia menciptakan gurameh yang merupakan hewan air, tapi ia menciptakan pakannya di darat, yakni daun talas. Bukankah yang masuk akal adalah hewan yang hidup di air, pakannya juga harus ada di air? Tapi tidak, Allah sengaja menciptakan jarak sedemikian rupa antara permukaan air yang menjadi habitat sang gurameh dengan daun talas sebagai pakannya. Dan diantara jarak itulah ruang bagi Allah memberi kita kesempatan menyaksikan kehadiran-Nya. Diantara jarak itulah, ruang gurameh untuk tawakal tidak sok-sokan bisa mengatasi sandang pakan sendiri. Di habitatnya, gurameh mengerjakan apa yang dia bisa kerjakan, sedangkan Allah yang akan mengerjakan untuk mendatangkan daun talas dari atas permukaan air dengan mekanisme-Nya.

Refleksi bagi 17 tahun perjalanan reformasi bangsa kita adalah kalau reformasi beres tuntas dalam sehari berarti tidak ada interval waktu sebagai prosesnya. Mungkin kejadiannya akan seperti bila Allah menciptakan bagi gurameh daun talas di dalam air, tak ada interval jarak. Kalau reformasi beres tuntas dalam sehari, jangan-jangan yang ada hanyalah sikap sombong dan berbangga diri masyarakat Indonesia menyubya-nyubya keberhasilannya sendiri tapi gagal menyaksikan betapa nyatanya kehadiran Allah dalam banyak bentuk peran dan intervensi. Sama seperti gurameh yang gagal menyaksikan mekanisme ciptaan Allah atas datangnya daun talas dari darat ke dalam air.

Allah tak memberi kita reformasi yang sehari jadi itu mungkin seperti orang tua kita sewaktu kita masih kost dulu tak mau memberikan uang saku 100 juta untuk empat tahun di awal sekaligus. Orang tua dengan begitu “reseh” mencicilnya setengah juta demi setengah juta setiap minggu, karena mereka ingin sering-sering datang menjumpai kita. Allah mengirim kita untuk “kost” di bumi untuk menjalankan sebuah penugasan. Tapi seperti orang tua kita tadi, Allah mencicil pertolongannya dalam tahap-tahap yang seringkali panjang, karena Ia ingin sering-sering hadir untuk kita jumpai kehadirannya.

Maka, tak ada lagi ruang untuk su’udzon kepada Allah atas proses panjang reformasi. Yang ada adalah kita mulai isi ruang-ruang tawakal untuk melanjutkan mengerjakan tugas-tugas kita masing-masing. Bermodal tawakal pasti lebih aman untuk mengerjakan reformasi, sementara kita saksikan mereka yang bermodal jabatan justru banyak terjerumus masuk bui.