Tagged kabar

Kegembiraan Cinta yang Radikal

Bagi Syeikh Kamba, Maiyah adalah katalisator, penyeimbang peradaban. Kegembiraan, kebersamaan, kenyamanan, keamanan yang kita alami di Maiyah adalah bukti bahwa Maiyah adalah hidayah dari Allah. Dan Maiyah ini bukanlah kreasi manusia, melainkan kreasi Allah. Kita, setiap individu diperjalankan untuk bertemu dan bersentuhan dengan Maiyah. Konsep-konsep serta nilai hidup yang diajarkan di Maiyah adalah sesuatu yang secara hakikat adalah nilai dasar yang harus dipegang oleh setiap manusia. Maiyah menjadikan nilai-nilai substantif yang sempat tercerabut dari akar kehidupan itu untuk kembali ditancapkan dalam diri manusia.

Kenduri Cinta, Menanam Benih Manusia Indonesia Baru

Cak Nun menjelaskan bahwa manusia dalam satu detik hanya mampu merekam 40 frame peristiwa. Sementara dalam alam bawah sadarnya terdapat sekitar 1,2 juta frame yang sudah terekam. Setiap keputusan hidup manusia lebih banyak dipengaruhi oleh 1,2 juta frame di alam bawah sadar. Manusia sangat jarang menggunakan akal untuk mengkonfirmasi setiap keputusan akalnya yang muncul secara spontan. Setiap pertanyaan tentang apapun akan dijawab spontan berdasarkan data yang tersedia di alam bawah sadar manusia. “Maka Anda jangan mengandalakan ilmu, dalam konteks bahwa Anda dikuasai secara terus menerus oleh alam bawah sadar Anda”, ungkap Cak Nun.

Menepi Dari Keramaian, Menemukan Kembali Kesejatian Diri

Kecenderungan masyarakat kita hari ini, memilih dengan menggunakan pijakan emosi dalam diri. Sabrang mengingatkan bahwa jika kita memilih dengan emosi, maka di kemudian hari yang akan kita alami adalah penyesalan. Dari sekian edisi Pemilihan Umum yang sudah kita alami saja, kita sudah mengalami penyesalan demi penyesalan. Namun, hebatnya orang Indonesia adalah akan segera melupakan penyesalan yang ia rasakan hari ini.

Mundur Selangkah Memahami Bumi Kembali

Kenduri Cinta ini bukan hanya sebuah majelis ilmu semata, nuansa egaliter yang sangat kental sangat terasa, sehingga siapapun saja asalkan datang dengan hati dan pikiran yang jernih, maka akan merasa nyaman seperti berada di rumah sendiri. Malam itu, Cak Nun bahkan hadir lebih awal dari biasanya, namun memutuskan untuk turut menikmati diskusi sesi awal, duduk di sayap panggung sebelah kanan bersama Pak Pipit Ruchiyat Kartawijaya. Pak Pipit adalah seorang sahabat lama Cak Nun ketika dahulu menggelandang di Jerman dan Belanda. Hubungan silaturahmi kedua sahabat ini terjalin sangat erat, hingga hari ini.

Menulis, Keberanian Meletakkan Kata

“Kebanyakan dari kita itu bisa menulis tetapi tidak semua mampu bercerita”, Erik Supit menerangkan bahwa kemampuan menulis tidak bisa dilepaskan dari kemampuan bertutur. Secara tidak langsung, seorang yang piawai dalam menulis pasti juga memiliki kemampuan public speaking yang baik. Salah satu contoh sosok yang sangat nyata bagi kita adalah Cak Nun. Kita melihat bagaimana Cak Nun adalah seorang penulis yang sangat produktif sekaligus memiliki kemampuan berbicara yang sangat baik.