Tafakur Internal Maiyah Jelang Upacara Tahlukah

Bertepatan malam tadi (24/9) di Pendopo Kadipiro, Rumah Budaya EAN Yogyakarta diadakan Tafakur Internal Maiyah menjelang Upacara Tahlukah yang akan diadakan pada malam Ahad 28 September 2013 ditempat yang sama. Internal Maiyah tersebut dihadiri oleh seluruh unit-unit dalam Inka/Progress, KiaiKanjeng, Letto, Perdikan, Salam, serta pengurus warga setempat. Selain persiapan upacara Tahlukah, juga meresmikan penerimaan amanat penyimpanan Quran kuno dari Pak Franky Welirang juga tadzakkur Quran terbakar dalam konflik Dayak Madura beberapa tahun yang lalu. Tafakur Internal Maiyah langsung dipimpin oleh Cak Nun, berikut pemaparan dari Cak Nun:

++

Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Syukur kepada Allah dan terima kasih atas kehadiran anda semua – teman-teman dari Progress, Letto, KiaiKanjeng, Perdikan, dan lain sebagainya.

Malam hari ini kita melaksanakan acara yang setengah spontan direncanakan berurutan dengan rencana tanggal 28, yaitu melaksanakan suatu bentuk doa, suatu bentuk perhitungan, suatu bentuk muhasabah juga mujahadah, permohonan-permohonan kepada Allah, karena pada dasarnya kita tidak pernah mengerti apa yang akan terjadi sehingga yang kita lakukan adalah mendekat kepada Yang Maha Menentukan.

Malam ini kita ketemu membawa seluruh isi hati kita yang menyangkut individu maupun keluarga masing-masing, juga yang menyangkut perjuangan di komunitas-komunitas kita maupun di seluruh jaringan Jamaah Maiyah, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Secara khusus kita juga ingin meneguhkan momentum mengenai berbagai hal.

Pertama, ini ada Al-Quran yang terbakar yang kita ambil ketika Kiai Kanjeng ditugasi untuk membentengi empat kabupaten di Kalimantan Barat supaya tidak terkena pelebaran konflik antara orang Dayak dengan masyarakat Madura.

Di lapangan Sanggau kita bermaiyah dengan seluruh masyarakat Madura dan masyarakat Dayak —Ahamdulillah bisa diizinkan Allah untuk kita damaikan. Pada perjalanan pulang dari sana, kita mampir di sebuah pesantren yang terbakar seluruh isinya— termasuk santri-santri dan kiainya. Hanya Bu Nyai dan beberapa santri yang selamat, termasuk Al-Qur’an ini.

Tidak ada yang klenik, tidak ada yang wingit, kecuali bahwa ini merupakan alat supaya kita mengingat bahwa keadaan kita sebagai masyarakat dan bangsa sebenarnya bukan hanya belum sembuh tapi semakin parah penyakitnya. Lambat atau cepat kita akan menemukan Al-Quran-Al-Quran yang terbakar secara fisik.

Sebab Al-Quran yang terbakar maknanya —yang diingkari, dibuang, dan diinjak-injak secara substansi— itu sudah merupakan kenyataan kita sehari-hari dan hal ini makin lama makin parah.

Malam hari ini mudah-mudahan Allah mengizinkan kita menjadi bagian dari hamba-hamba-Nya yang nguri-uri ajaran Allah itu dengan kedewasaan, kelembutan, kearifan, dan kesantunan.

Kedua, ini ada titipan untuk kita simpan, kita pelajari, dan kita pelihara nilainya, yaitu Al-Quran yang saya belum secara resmi mencari orang untuk bisa membaca dan menentukan ini dari abad keberapa.

Malam hari ini kita upacarakan bahwa kita menerima amanat dari Bapak Franky Welirang ini semampu-mampu kita. Perpustakaannya Roh, Progress, unit-unit yang lain, dan terutama maiyahan-maiyahan yang semuanya berada di bawah koordinasi Inka, semoga bisa mendapatkan cipratan dari keikhlasan menyimpan Al-Quran ini.

Kita bagi acara malam ini menjadi empat bagian. Nanti kita buka dengan ayat-ayat Allah dan satu-dua salawat, kemudian kita omong-omong untuk lebih memfokuskan hati kita ke dalam hajat kita pada malam hari ini, lalu kita upacarai lagi dengan salawat-salawat. Setelah itu pada ending-nya nanti Mas Manu akan dipandu oleh Sabrang untuk bisa saling mencari ilmu dengan kita bersama karena beliau berasal dari wilayah yang sangat berbeda, dari daerah yang sangat jauh. Tetapi mudah-mudahan dipertemukan oleh Allah supaya anda semua berada di dalam kehendak-kehendak Allah yang dimaksudkan di dalam apa yang kita sebut ruwatan.

Ruwatan itu menurut Mas Manu artinya penghancuran. Penghancuran itu artinya setiap hari kita harus merelakan sesuatu yang sudah tidak berlaku dan kita harus masuk ke dalam sesuatu yang bisa kita berlakukan. Kalau beras kita pertahankan beras, maka kita tidak akan pernah mendapat nasi. Oleh karena itu beras harus kita relakan tidak lagi menjadi beras supaya kita mendapatkan kenikmatan nasi. Dan ini bisa berlaku di bidang apa saja dalam konteks apa saja.

Mungkin ada di antara kita, termasuk saya, ada yang tidak akan pernah bisa mendapatkan nasi meskipun sudah merelakan beras. Ada kasus-kasus di dalam kehidupan yang sifatnya seperti itu. Artinya Allah meminta tingkat thariqat yang luar biasa tingginya.

Ada orang yang memang oleh Allah tidak dibiarkan untuk berbahagia di dunia karena seluruh kebahagiaannya dihimpun di akhirat. Hukum-hukum, logika, sebab-akibat atau kausalitasnya tidak sebagaimana orang pada umumnya di mana kalau orang menanam akan mengetam. Allah bisa mentakdirkan seseorang atau sejumlah orang yang kerjanya disuruh nanam terus dan tidak pernah mengetam. Itu juga salah satu kemungkinan yang harus kita sangga.

Saya mohon masing-masing konsentrasi kepada hidupnya sendiri-sendiri supaya bisa menemukan diri kita di dalam takdir Allah. Kita mohon kepada Allah agar anda semua sehat walafiat dengan seluruh keluarga, kemudian mendapatkan hidayah terus-menerus dari Allah di pagi, siang, sore, malam, sampai pagi lagi.

Semoga anda mendapatkan kemudahan-kemudahan, atau minimum diberi kekuatan di dalam kesulitan-kesulitan. Karena orang yang dapat kesulitan kemudian dapat kemudahan berbeda tingkat kualitasnya dengan orang yang diberi kesulitan dan tidak pernah diberi kemudahan tetapi dia disangoni kekuatan, ketabahan, dan keluasan yang luar biasa sehingga hidupnya hanya berisi kenikmatan-kenikmatan berupa kesulitan yang dikawinkan dengan ketabahan, kelegowoan, kearifan, keluasan, dan sumeleh.

Untuk awal saya akan baca Al-Hasyr mulai ayat ke-18 supaya Allah membimbing kita. Ini adalah ayat tentang anjuran Allah agar kita melihat ke depan dan pedoman untuk melihat ke depan adalah mengawali dan mengakhiri apapun saja dengan takwa.

Untuk hidayah Allah supaya tidak pernah berhenti menaburi anda semua, untuk penghormatan dan cinta kita kepada kekasih Allah Muhammad SAW, untuk seluruh hajat-hajat kita mendambakan keindahan hidup yang sedang kita jalani di tengah proses ini baik yang kecil maupun yang besar, baik yang menyangkut diri, keluarga, dan Maiyah kita maupun yang menyangkut bangsa, negara, dan dunia. Untuk semua itu, kita mulai dengan Al-Fatihah.

Yang hancur-hancur, Ya Allah, ciptakanlah kembali.Dan ciptaan-ciptaan-Mu yang baru itu, Ya Allah, di dalam diri kami tatalah. Dan apabila Engkau telah menata di dalam jiwa dan perilaku kami serta perjuangan kami, Ya Allah, maka perindahlah dengan asma-asma-Mu yang luar biasa, yang menguasai seluruh langit dan bumi, yang dipatuhi oleh seluruh jagad raya dan muatan-muatannya.

Saya mohon doa dan doa juga bagi semuanya. Salawat Ya Allah Ya Adzim ini mengibaratkan manusia yang ditimpa masalah besar.Saya sendiri sedang ditimpa masalah yang tidak mungkin saya selesaikan.Meskipun saya bayar dengan seluruh hidup saya, meskipun saya bayar dengan surga —kalau saya lulus ke surga— harga surga saya belum pernah akan melunasi kesalahan-kesalahan saya.

Tetapi dengan salawat-salawat ini tadi, Ya Allah Antal Adzim, Ya Allah Engkau Yang Maha Besar. Engkau sungguh-sungguh Yang Maha Besar, telah menimpaku dengan masalah yang sangat besar, tetapi masalah-masalah yang sangat besar itu, Ya Allah, menjadi sangat kecil di bawah kebesaran-Mu asal kami semua bergabung dalam kebesaran-Mu itu Ya Allah.

Maka seluruh-seluruh masalah itu, siapapun yang hadir maupun yang tidak hadir di sini, InsyaAllah seluruh masalah itu hanya kecil di hadapan Allah dan kita akan tertolong oleh kebesaran-Nya.

Salamun salamun kamiskil khitam

’Alaikum uhaiba bana Ya Kirom

Alal musthofa Ahmad syarifal maqoom

Shalatumminallah wa alfa salam

Alal musthofa Ahmad syarifal maqoom

Wa nuurun lana baina hadzal anam

Sakantun fu’adi wa Robbul ’Ibad

Wa Antum muna’i wa aqshol murood

Shalatumminallah wa alfa salam

Ya Allah Ridho, Ya Allah Ridho

Salah satu yang kita laksanakan dengan tahlukah atau ruwatan itu adalah diri kita sendiri supaya diresiki. Juga supaya kita tidak kebingungan di hadapan dan di tengah indonesia ini.

Ada istilah lolos dari lubang jarum yang belum pernah dibayangkan orang adalah kalau Anda berhadapan bukan dengan jarum yang lubangnya sangat sempit — sebab sesempit apapun kalau kita bisa melembutkan diri, kita bisa lolos. Tapi kalau kita berhadapan dengan jarum yang tak berlubang?

Dan ada jenis-jenis masalah dan peristiwa di mana jarum tidak ada lubangnya sehingga kita tidak bisa memasukkan benang. Kira-kira itu gambaran dari apa yang sedang kita alami secara nasional.

Ibarat seratus soal ujian, 99 bisa kita kerjakan dengan benar. Tapi satu soal yang tidak bisa kita kerjakan itu menghancurkan yang 99, sebab yang satu itu virus sangat ganas yang tidak mampu kita atasi sehingga 99 kebenaran bisa hancur olehnya.

Mohon Anda tetap berkonsentrasi. Jangan lupa bahwa setelah kita memikirkan yang besar-besar yang merupakan tanggung jawab sosial kita, kita punya hak untuk mboncengke masalah kita. Tapi truk besarnya adalah komitmen kita kepada bangsa, kepada masyarakat, dan kepada umat manusia. Kalau komitmen itu sudah kita laksanakan, maka kita boleh mboncengke masalah-masalah pribadi kita.

Allahuma inni as’aluka bi annaka Anta Allahu laa ilaha illa Anta

Al-Ahad, Ash-Shomad, Alladzi lam yalid wa lam yulad

Wa lam yakullahu kufuwan ahad

Allahuma inni as’aluka bi anna lakal hamdu laa ilaha illa Anta

Badiussamawati wal ardl,

Bumikan Langit

Langitkan Bumi

Ya Allah, tajalikan Langit ke Bumi

Ya Allah, ruhanikan Bumi ke Langit

Dzul jalali wal ikram

Ya Hayyu Ya Qoyyum

Ya Hayyu Ya Qoyyum

Engkaulah Yang Maha Mengerti apa dan siapa yang harus dimatikan

Dan Engkaulan Yang Maha Mengerti apa dan siapa yang harus dihidupkan

Ya Allah, matikan

Ya Allah, hidupkan

Nurul musthofa Nurul musthofa mala al akwam

Habibi Muhammad, Muhammad

Khayril mursalin

Innama amruhu idza aroda syai’an ayyaqula lahu Kun Fayakun

Fasubhanalladzi biyadihi malakutu kulli syai’in wailahi turja’un

Shadaqallahul adzim.