Selamat Jalan, Mas Zainul Arifin

Berita duka itu sangat menyentak. Di usia yang relatif sangat muda (39) Allah memanggil kekasih-Nya, Muhammad Zainul Arifin.

Zainul, seorang qori. Pelantun ayat-ayat suci Alquran yang menguasai berbagai cengkok lisanul arabi khas Timur Tengah, berasal dari sebuah desa di Mojokerto, Jawa Timur. Ia, salah satu vokalis utama Kiai Kanjeng yang bergabung lebih dari lima belas tahun. Mengikuti tur-tur keliling dunia; dari kawasan Timur Tengah, Eropa, Hongkong, Taiwan, Macau sampai ke negeri tetangga, Malaysia.

Zainul juga adalah seorang guru bagi qori-qori dari berbagai daerah yang akan berlomba mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran tingkat nasional maupun internasional.

Tidak mengherankan tatkala tampil di beberapa tempat kota di Mesir, Abu Dhabi dan Maroko, Zainul dielu-elukan. Mendapat aplus panjang. Bahkan Driss Ouaouicha, Rektor Universitas Al Akhawayn, Maroko, secara khusus meminta bertemu dengan Zainul. Rektor bersama Ketua Lembaga Bahasa universitas tersebut terkagum-kagum terhadap suaranya dalam membawakan suluk-suluk atau lagu-lagu berbahasa Arab.

Di Mojokerto, Zainul melatih qori-qori muda dan membina grup-grup shalawat. Acara Banawa Sekar, di Pendopo Agung Triwulan, Mojokerto, Mei 2014, yang menampilkan ribuan jamaah shalawat adalah atas kerja keras Zainul Arifin.

Di saat-saat terbaring di Rumah Sakit Haji Sukolilo, Surabaya, Zainul masih menciptakan lagu untuk shalawat yang direkam pada tanggal 7 Juni 2015 lalu melalui handphone, yang diberi judul Harapan Dan Doa.

Kini, raja shalawat itu telah pergi. Kita kehilangan mutiara di antara bebatuan. Kiai Kanjeng berduka. Jamaah Maiyah Nusantara menitikkan air mata. Seorang pelantun shalawat terbaik di Jawa Timur, bahkan di Indonesia.