Ruang Waktu Tidur

jaburan edisi kesepuluh

SUDAH menjadi pengetahuan umum, bahwa tidurnya orang berpuasa itu berpahala, ya kita bersabar untuk mencoba mengepung masalah ini dari berbagai sudut secara singkat. Pertama, pasti tidak ada tidur adalah baik segala sesuatu itu baik dan buruk tergantung ruangya, waktunya, konteksnya, suasananya dan seterusnya.

Sama dengan makan dalam keadaan sangat kenyang, makan itu ya nggak baik. Dalam keadaan sangat lapar, tidak makan yang nggak baik. Tidur juga begitu, setiap shubuh kita mendengar assholatu khairun mina an-naum sholat itu lebih baik dari tidur, berarti tidur baik, cuma sholat lebih baik. Nah, cuman masalahnya tidur yang bagaimana yang baik?

Saya ngantor puasa romadlan, jam setengah sepuluh saya ngantuk saya tidur, terus saya digertak sama bos saya terus saya bilang; “lho pak, tidurnya orang berpuasa itu berpahala”, boleh ngomong begitu, tapi harus siap memperdebatkan konteksnya sebab yang disebut tidur tidak hanya bahwa anda memejamkan mata terus menghilangkan kesadaran.

Tidur itu bermacam-macam, tidur itu luar biasa banyak ilmunya, bahwa saya kemarin itu tidur sampai 6 jam, biasanya 2 jam, itu saya dapat pahala karena ketika saya tidur itu banyak orang mencuri. Lah saya tidak. Jadi kadang-kadang tidur itu menguntungkan, tapi begitu saya berada dalam satu komitmen untuk tidak tidur, pada jam tertentu misalnya karena kantor dan lain sebagainya, maka begitu saya tidur pada saat itu, tidak bisa kita sebut baik.

Jadi, di sini ini peluang bagi kita untuk memasuki pintu makna tidur ini secara seluas-luasnya dan ini tidak bisa kita bicarakan dalam waktu satu dua menit. Tapi tidur pun ternyata adalah satu ilmu yang luar biasa.