Puasa Menuju Taubat Nasuha

jaburan edisi kedelapan

SEMUA Ustadz, semua Kyai, semua Ulama dan semua Umat Islam sudah pernah mengucapkan dan mendengarkan bahwa kalau kita menjalani puasa ramadlan maka seluruh dosa-dosa kita sebelumnya akan diampuni oleh Allah. Pengampunan Allah kepada kita, di masa yang lalu, dosa-dosa sebelum kita berpuasa itu berbanding lurus dengan apa yang Allah menyebut sebagai kondisi atau syarat imanan wa ihtisaban.

Jadi pertama, puasa itu kita lakukan dengan landasan iman. Iman ini kita pahami secara intelektual, secara spiritual, secara hati, secara perasaan, secara apapun saja. Kemudian ihtisaban ini kita pahami benar-benar dengan logika, dengan kalkulasi. Jadi kita berpuasa, dengan melihat kembali lajur-lajur administrasi dari hidup kita. Jadi margin dosa kita seberapa? Jenis-jenis dosa kita apa saja? Kesalahan-kesalahan hidup kita apa saja? Kesalahan yang sifatnya keliru, atau khilaf, atau salah, atau dosa,  atau dosa besar kan ada kalkulasinya masing-masing. Terus margin pahala, margin plus-plus hidup kita berapa?

Kalau ihtisaban, atau kita mengaudit diri kita selama kita berpuasa itu itu kan memproduk satu keputusan untuk menjalani sesuatu yang baru sama sekali berdasarkan ihitisaban itu tadi. Nah, kalau ihtisaban atau perhitungan hidup ini benar-benar kita lakukan selama berpuasa, sehingga selesai berpuasa kita menjalankan sesuatu yang baru sama sekali, itu namanya taubat nasuha. Sehingga kalau orang bertaubat nasuha ya sudah pasti dia diampuni dosa-dosanya.