Mukadimah: TEKNOKRASI CINTA SEMESTA

PADA beberapa hal, dalam sebuah periode pemerintahan dapat diilustrasikan layaknya sebuah pertunjukan wayang. Dalang beserta pengrawit bekerjasama menjalankan pertunjukan pegelaran wayang kulit. Setiap orang yang terlibat dalam pertunjukan wayang berperan penting. Dalang dalam menentukan team pengrawit tidak cukup jika hanya memilih secara demokratis saja. Faktor kedekatan dengan dalang, kekayaan dan kekuasaan politik seseorang juga tidak dapat digunakan sebagai parameter untuk dapat terlibat dalam pertunjukan.  Ada proses panjang sehingga keahlian teknis setiap personel  sudah sedemikian dapat diandalkan untuk bersama-sama menyajikan pagelaran wayang kulit supaya memuaskan penonton. Begitupun hendaknya sebuah pemerintahan merupakan sekumpulan orang yang tepat pada waktu dan posisi yang tepat dalam menjalankan perannya berdasarkan keahlian teknis dalam melayani rakyatnya.

Teknokrat adalah kaum cerdik cendekia yang berkiprah pada pemerintahan. Setidaknya begitulah KBBI merumuskan istilah teknokrat. Sebuah istilah yang konon pertama kali dimunculkan oleh seorang insinyur asal Amerika; William Henry Smyth. Jika diperjelas pada makna yang lebih luas, teknokrat adalah mereka yang ahli dalam bidangnya masing-masing, yang kemudian diberi mandat untuk mengurusi sebuah pemerintahan. Sehingga pengelolaan sebuah Negara berdasarkan atas pemikiran orang-orang yang memang ahli dalam bidangnya. Mereka yang ahli keuangan, diberi mandat untuk mengurusi bidang ekonomi. Mereka yang memang ahli dalam bidang hukum, tidak mungkin diberi mandat untuk mengurusi perdagangan. Semua berlaku atas porsinya yang sesuai.

Teknokrasi dipahami sebagai sebuah sistem pemerintahan yang diisi oleh para ahli yang diberi mandat untuk memegang jabatan politik yang kemudian mereka mendedikasikan dirinya untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas. Sebuah kebijakan yang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat akan diambil berdasarkan kepentingan publik, bukan atas dasar kepentingan segelintir pihak. Keputusan yang diambil oleh para teknokrat dalam mengurusi kebijakan publik ditentukan oleh masing-masing individu yang memang ahli dalam bidangnya masing-masing, sehingga kebijakan yang lahir diupayakan sedemikian rupa untuk memberi manfaat sebanyak mungkin terhadap publik. Maka, kaum teknokrat adalah mereka yang dipilih dan diberi mandat memang berdasarkan atas keahliannya, bukan atas pilihan politiknya.

Sebuah sistem pemerintahan yang memiliki fondasi teknokrasi memiliki tujuan agar setiap kebijakan melahirkan sebuah efisiensi dan efektivitas yang berlandaskan ilmu pengetahuan serta tinjauan ilmiah untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Sejarah Indonesia pernah mencatat dalam satu periode pemerintahan Orde Baru, kabinet pembangunan yang disusun oleh Presiden Soeharto diisi oleh para teknokrat. Beberapa teknokrat yang dipilih oleh Soeharto saat itu dipandang memiliki kecakapan ilmu dan pengetahuan dalam bidang ekonomi, sehingga mampu menyelamatkan Negara Indonesia dari sebuah krisis ekonomi yang dialami. Kehadiran Teknokrat dalam sebuah pemerintahan tentu tidak berjalan mulus begitu saja, sudah tentu ada pro dan kontra.

Bahkan, setelah Soeharto lengser, Indonesia dipimpin oleh seorang Presiden dengan latar belakang Teknokrat: B.J. Habibie. Hasilnya, Habibie mampu menurunkan nilai tukar rupiah terhadap US dollar yang sempat menyentuh angka Rp.16.000 , berhasil diturunkan menjadi di kisaran Rp. 8.000 per 1 US dollar. Setidaknya, begitulah gambaran sebuah pemerintahan jika dikelola oleh teknokrat.

Salah satu pesan yang diwanti-wanti oleh Rasulullah SAW adalah bahwa ummat muslim pada satu masa akan menjadi sebuah komunal yang dikerubuti oleh musuh-musuhnya. Namun tidak sedikitpun musuh-musuhnya itu merasa takut, padahal ummat muslim begitu banyak jumlahnya. Hal itu dikarenakan ummat muslim sudah dijangkiti penyakit Wahn. Rasululllah SAW menjelaskan bahwa penyakit Wahn adalah: Hubbu-d-dunya wa karohiyatu-l-maut. Cinta dunia dan takut akan kematian.

Cak Nun pernah menulis bahwa Cinta adalah suatu keadaan di dalam jiwa manusia. Suatu situasi yang bergulung-gulung  di batas kedalaman jiwa. Sedangkan mencintai adalah keputusan sosial. Mencintai adalah perilaku, langkah perbuatan kepada yang bukan diri kita sendiri. Tulisan Cak Nun lebih lengkapnya bisa dibaca disini: Mempelajari Cinta dan Belajar Mencintai.

Jika mencermati pesan Rasulullah SAW mengenai penyakit Wahn itu, kata cinta sudah terjangkit makna yang negatif. Mencintai dunia sudah dimaknai sebagai satu tindakan yang buruk. Karena selama ini kesan yang menancap dalam pemahaman manusia adalah bahwa mencintai dunia adalah perilaku yang lebih banyak mendatangkan mudharat daripada manfaat. Sementara, Allah SWT sendiri dalam surat Al Qashash ayat 77 berfirman; wabtaghiy fiima aatakallahu-d-daara-l-aakhirota wa laa tansa nashiibaka mina-d-dunya, wa ashin kamaa ahsana-l-llahu ilaika wa laa tabghi-l-fasaada fii-l-ardhli innallaha laa yuhibbu-l-mufsidiin.

Dalam ayat tersebut pesan utama Allah adalah bahwa perjuangan manusia menuju akhirat, tetapi Allah juga berpesan agar kita sebagai manusia juga memiliki hak untuk menikmati dunia. Dengan syarat bahwa menikmati dunia untuk berbuat baik dan tidak menciptakan kerusakan di muka bumi.

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman; Qul inkuntum tuhibbuunallaha fa-t-tabi’uunii yuhbibkumullah wa yaghfirlakum dzunuubakum wallahu ghofuurun rohiimun. ”Katakanlah (Wahai Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Satu kata kunci: cinta. Ketika kita mencintai Allah, salah satu implementasinya adalah kita mengikuti Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga kemudian kita akan mendapat balasan cintanya Allah, dan mendapat bonus berupa pengampunan atas dosa-dosa kita.

Makna dari ”Teknokrasi Cinta Semesta” pada akhirnya akan bermuara pada sebuah harapan, jika pada sebuah organisasi, seberapa besarpun itu luasannya, jika memang para ahli, cerdik dan cendekia berkumpul dan diberi amanah, atas dasar pengetahuan dan keilmuwannya untuk mengurusi sebuah persoalan, dan mereka memiliki landasan cinta terhadap semesta, maka harapan akan terwujudnya sebuah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan, kegembiraan dan keindahan sangat mungkin dapat terwujud.

Luasan organisasi itu bisa hanya dalam lingkup keluarga, RT, kampung, Karang Taruna, Ormas, Pemerintah Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi hingga Negara.

Kenduri Cinta edisi April 2024 ini, dalam balutan nuansa Idul Fitri, dalam suasana penuh cinta, Letto turut hadir pada edisi Kenduri Cinta kali ini, mari kita duduk melingkar bersama, sinau bareng lagi di Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.