Mukadimah: NEGARA CANDA

FINLANDIA di tahun 2022 ini kembali menempati urutan pertama negara dengan tingkat kebahagian tertinggi berdasarkan World Happiness Report. Sedangkan Indonesia pada survei itu berada pada urutan 87 dari 150 negara. Tentu hasil survei sangat bisa didebat, tetapi tidak ada salahnya jika hasil survei itu digunakan sebagai cermin bagi bangsa ini dalam melihat keadaan negara.

Menilik keadaan negara yang sudah 77 tahun diproklamasikan kemerdekaannya, penilaian dari kacamata luar negeri dapat digunakan sebagai bahan introspeksi ke dalam negeri. Introspeksi ini sangat berguna bagi setiap periode pemerintah negara dalam mengevaluasi usaha negara meraih cita-cita bangsa.

Tapi jadi lain cerita jika pemerintah tidak mau dibanding-bandingke atau tidak lagi mampu disaing-saingke karena sudah terlanjur percaya bahwa tingkat kebahagiaan rakyat yang selama ini diperjuangkan kalah di kancah internasional. Ini bisa terjadi apabila pemerintah sudah merasa sangat berjuang membahagiakan rakyat tapi seolah rakyat masih merasa belum cukup puas dengan kinerja mereka. Apalagi kalau pemerintah sudah kurang mendapat kepercayaan, usaha pemerintah dalam membahagiakan rakyatnya akan semakin sulit. Dan pastinya kebahagiaan rakyat tidaklah cukup hanya dengan pembangunan infrastruktur dan janji-janji dari pemerintah yang belum terwujud.

Negara didirikan guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa. Setiap periode, pemerintah dipilih oleh rakyat dalam rangka keberlangsungan usaha negara meraih cita-cita itu. Naik turun kepercayaan publik terhadap pemerintah akan terkoreksi seiring waktu dengan setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Apakah setiap kebijakan itu mengutamakan kepentingan rakyat atau justru sebaliknya? Keadilan sosial, kepastian hukum, keamanan, ketersediaan bahan pokok, kesehatan, pendidikan, kelestarian budaya, harmoninya keberagaman dan keberlangsungan kehidupan beragama menjadi amanah rakyat yang diberikan kepada setiap pemerintahan yang terpilih.

Untuk itu pemerintah yang sudah dipilih oleh rakyat melalui pemilu harus siap dan mampu memerintah aparatur negara supaya sebaik mungkin dalam melayani rakyat selama periode pemerintahannya. Aparatur negara baik itu sipil maupun militer akan terikat pada peraturan perundang-undangan dalam menjalankan tugas-tugas. Tetapi bagaimana kualitas pelayanan aparatur negara kepada rakyat akan sangat tergantung dengan bagaimana cara pemerintah melayani rakyatnya. Apakah jalannya pemerintahan itu bersungguh-sungguh atau justru asal-asalan? Keseriusan pemerintah akan dirasakan langsung oleh rakyat melalui keberlangsungan pelayanan publik sehari-hari hingga usaha mencapai tujuan kemakmuran rakyat jangka panjang.

Kemajuan teknologi membuat cepat beredar informasi dan kuat ingatan publik terhadap setiap kejadian yang berlangsung di ranah publik. Begitupun dengan peristiwa yang melibatkan elite politik dan pemerintah akan sangat terpantau dan cepat menerima reaksi dari masyarakat. Konsistensi dari tiap tokoh akan mudah terukur berkat rekam digital. Ketidakberesan yang sedang terjadi sangat mudah terdeteksi, tetapi reaksi yang ada sering kali tidak sampai menjadi solusi. Pada batas tertentu arus informasi memang menjadi sangat efisien, namun ketika banjir informasi terjadi akibatnya justru distorsi. Masyarakat-pun bisa kehilangan fokus dari masalah utama yang sedang dihadapi.

Saking seringnya terjadi tindakan salah-salah dan konyol oknum pejabat publik, sehingga acap kali peristiwa itu berlalu begitu saja dan tidak ditanggapi sebagai sesuatu yang serius. Salah instruksi, korupsi, perselingkuhan hingga pembunuhan. Satu kasus belum usai muncul kasus lain dan lainnya lagi. Bertubi dan berganti-ganti. Tragedi-pun bisa dijadikan bahan komedi, “aparat yang saling tembak cctv-nya yang mati”.

Belum usai kasus ini dan setiap media pemberitaan masih heboh membahasnya, tetiba nyempil kabar ada badan usaha negara yang selalu rugi karena menanggung beban subsidi BBM. Pokoknya harga BBM harus segera dinaikan. Padahal infonya harga minyak mentah dunia justru sedang merosot. Lucunya yang terjadi macam tawar-menawar kaki lima. Langsung katrol harga jauh lebih tinggi agar ketika ada demonstrasi dapat direspon dengan penurunan harga. Tapi sebenarnya harga tetap naik.

Indonesia bukanlah negara candaan. Karena didirikannya negara ini adalah untuk suatu tujuan yang serius. Negara didirikan supaya distribusi rahmat Tuhan berupa sumber daya alam dapat menjadi sebesar-besarnya berkah kemakmuran rakyat, sehingga berkah itu masih dapat dirasakan hingga generasi penerus bangsa selanjutnya.

Tema Kenduri Cinta edisi September 2022, adalah Negara Canda. Bercanda dapat menjadi indikasi kebahagiaan, tetapi bercanda dengan orang pada waktu dan tempat yang tidak tepat justru bisa memicu amarah. Bercanda dengan sekumpulan orang yang sedang lapar dan putus asa bisa terjadi amuk. Karenanya canda perlu waktu dan tempat yang tepat sehingga dapat menghasilkan tawa kebahagiaan atau setidaknya dapat berbagi kegembiraan bersama orang-orang yang sedang berjuang menghadapi penderitaan.