Mukadimah LELUHUR MASA DEPAN

Beberapa tema Kenduri Cinta dalam kurun waktu satu tahun ini memiliki hubungan yang saling berkelanjutan. Tema bulan ini boleh anda maknai sebagai penutup akhir tahun, bisa juga anda maknai bab baru dalam hidup anda, Leluhur Masa Depan. Kami tidak mencoba memojokkan pemikiran kawan-kawan bahwa leluhur seluruh manusia ya Adam, titik. Karena bisa jadi anda masih berdebat persoalan dimana tanah Adam, kemudian pertama kali Adam minum. Kemudian buah apa atau daging hewan apa yang dimakan. Kemudian bisa jadi melahirkan aliran-aliran baru, seperti yang terjadi hari ini. Komunitas Kenduri Cinta kami berharap agar membawa komparasi yang berbeda apakah itu cara pandang, ilustrasi yang berbeda atau bahkan lebih kuat dan tajam untuk melakukan analisa. Leluhur bisa disamakan dengan nenek moyang atau dalam istilah Jawa lebih dikenal krandah. Kemudian di bagian masyarakat Sunda dimakanai karuhun atau di Bali lebih akrab dikenal kawitan. Tapi kita jangan juga direpotkan dengan apa persamaan istilah ini di seluruh Indonesia, tanya saja di sekitar anda atau di dunia maya. Leluhur tidak akan terlepas dari proses keprihatinan memperjuangkan tanah dan air serta entitas.

Mungkin bangsa Yahudi bisa memiliki cukup alasan untuk bisa pongah dan jumawa karena memiliki 12 nabi. Saking bangganya kemudian menjadi satu-satunya pemilik sah mayoritas saham di muka bumi ini sehingga bisa mencaplok wilayah manapun, bangsa apapun hingga kekayaan alam milik siapapun. Di sisi lain, yang merasa pemeluk Islam yang menyebut dirinya muslim sejati, pemilik khilafah satu-satunya hingga penerus nabi asal bergelar habib harus dikategorikan manusia terhormat, unggul dan mendapat privilege. Dianggapnya asal anda Islam lalu bisa mensejahterakan rakyat, otomatis adil dan menularkan perdamaian. Indonesia adalah bagian itu, yang merasa masyarakat Islam terbesar di dunia lalu selesai tugasnya. Merasa leluhurnya mewariskan tanah dan air yang tak ada habisnya. Berbeda dengan kisaran 4000 tahun yang lalu, yang hanya ada dua hal penting saat itu, yaitu Tanah dan Air. Mari membuka kembali cerita air zam-zam, kita terjemahkan maknanya, bagaimana keberadaan air lebih penting dari emas, lebih penting dari materi apapun saat itu, dimana pemegang saham keseluruhan adalah Siti Hajar dan anaknya Ismail. Dimana mata air zam-zam menjadi pusaran pertama terbangunnya wilayah pemukiman baru. Sebagai bagian tidak terpisahkan dari zam-zam, Siti Hajar menjadi orang yang dihormati dan disegani. Air yang menjadi penyambung hidup seluruh pemukiman, disepakati sebagai penyambung hidup seluruh manusia di padang tandus, Mekkah. Kemudian cerita ini berlanjut hingga jaman Nabi Yusuf yang berjuang di Mesir karena kekeringan menyebabkan gagal panen sepanjang 7 tahun lamanya. Sampai sekarang, identik di beberapa wilayah di Indonesia, tuan tanah yang lahannya subur identik adanya irigasi yang bagus. Sangat dihormati baik di desa-desa di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Itulah tanah dan air.

Jika anda membagi sedikit perhatian pada peristiwa pindahnya Nabi Ibrahim ke Makkah lalu bersama-sama Ismail membangun Kabah. Ada bagian penting yaitu dimana tanah yang diperintahkan Allah untuk ditinggali, sebelum dibangun, sudah dilengkapi dengan mata air zam-zam. Lalu bagaimana cerita Nabi Musa yang oleh kaumnya saat ini masih dianggap menjanjikan tanah spesial di Palestina. Kalau dilihat dari runtutan sejarahnya, mestinya pengacuan bangsa Israel mesti ke wilayah Ibrahim. Setidaknya di Arab Saudi dengan sumur zam-zam atau di Irak dengan sungai eufrat dan tigrisnya. Cerita nabi-nabinya cukup singkat saja.

Indonesia yang bagi anda yang lahir di Maluku mungkin di pulau-pulau kecil. Mungkin saja anda orang Madura yang lahir di Jakarta atau di Bangkalan. Mungkin juga bagi anda bangsa terkasih minang atau bugis-makasar hingga saudara kita dayak yang semuanya hidup di Jakarta. Mayoritas diantara saudara-saudara semua paham apa itu nasionalisme, patriotisme kemudian kemerdekaan. Kami mencoba menterjemahkan sebenarnya ada bagian yang sangat kuno, bagian yang sangat sakral sebelum istilah itu ada. Jaman Nabi Ibrahim, 4000 tahun yang lalu dimana hanya mengenal Tanah dan Air. Tempat yang diperintahkan untuk ditinggali, dengan segala kekurangan lalu dicukupkan oleh Allah. Saat itu hanya diperintahkan akan membawa berkah dan manfaat kelak untuk anak-cucu Ibrahim dan Ismail. Saat itu, masyarakat belum mengenal nasionalisme, atau bahkan patriotisme. Semua hanya sekedar bertahan hidup dan beribadah. Kenapa anda tidak berpikir, jangan-jangan bangsa Indonesia memang tidak membutuhkan penguatan-penguatan dalam Al-Quran karena memang segala yang terjadi di Timur Tengah sudah ada dan sangat melimpah di tanah air kita. Sehingga 4000 tahun yang lalu harus dipikirkan leluhur masa depan di Makkah.

Tanah yang setiap hari dikeruk potensi alamnya, dilubangi, di bor dan dihujan mesin-mesin pemotong kayu atau pemangkas gunung. Mata air gunung sangat melimpah yang dialirkan oleh perusahaan-perusahaan asing. Sampai kita lupa bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang menguasai hajad hidup orang banyak dikuasai negara. Seluruh mata air dialirkan menuju botol-botol, galon-galon hingga truk tangki tiap hari menghasilkan uang. Tetapi kita masih tertipu oleh kenaikan harga bensin dan solar. Bangsa Indonesia tetap tertawa seolah tidak mengerti. Karena anda tetap memiliki leluhur masa depan. Hebatnya kepercayaan diri kita masih besar terhadap keberlangsungan warisan leluhur. Warisannya apa? Apakah air itu warisan leluhur anda, atau tanah dan gunung itu leluhur anda yang membuat. Apakah minyak bumi manusia yang membuat, atau batubara, pasir besi hingga bebatuan. Komunitas Kenduri Cinta bulan ini mari kita membuat refleksi diri dan membuat catatan-catatan ke depan tentang proposal hidup dan perjuangan kita. Sehingga tema leluhur masa depan ini mampu membuat anda semua ber-tabayyun dengan Allah.