Mukadimah KASUSUBAN

TBUH MANUSIA, diciptakandengan teknologi respon yang istimewa. Begitu merasakan gejala yang tidak menyamankan dirinya, segera ditanggapi dengan upaya penghindaran, penghalauan atau bahkan penolakan. Sebuah sistem pertahanan yang bekerja serentak untuk melindungi kehidupannya dari marabahaya. Tameng preventif dari ancaman yang berakibat kerusakan kecil hingga yang menggerantang nyawa.Kasusuban, adalah istilah unik yang mencontohkan ancaman kecil, yang akrab dengan keseharian. Peristiwa tak terduga diikuti dampak kesakitan yang menjalar masif ke sekujur badan. Benda tajam mungil yang menancam di satu bagian tubuh, hingga mengganggu kemapanan kerja bagian lainnya. Duri, paku, ataupun benda sejenis yang menusuk, menjadi momok yang menebarkan ketidaknyamanan, bahkan nyeri yang menyiksa. Idealnya, saraf-saraf tertentu akan segera melakukan deteksi, begitu kasusuban terjadi. Meski itupun, tidak dengan otomatis, menepis rasa sakit. Namun, pengetahuan atas lokasi luka dan unsur penyebab, minimal bisa memberi wacana, tentang bagaimana menyiapkan jurus-jurus solusinya. Mencabut benda yang menusuk, mengobatinya supaya tidak meradang infeksi. Sebab jika terlambat, kemungkinan buruk yang lebih berbahaya, sangat mungkin terjadi.

Kecerobohan, boleh jadi merupakan pangkal dari kasusuban. Tindakan serampangan dan tergesa-gesa, yang menyebabkan koordinasi anggota tubuh berjalan keliru. Peristiwa kasusuban boleh jadi peringatan supaya orang lebih berhati-hati dalam melangkah. Tak hanya berkisar dengan lingkup individu, secara metaforis, kasusuban juga bisa menyerang ruang-ruang sosial. Perlambang tentang masyarakat atau organisasi bentukkannya, yang mengalami kesakitan atas persoalan-persoalan runcing. Masalah yang memencar meroyak risau berkepanjangan. Sedikit demi sedikit persoalan-persoalan dari masing-masing aktor sosial, lantas terakumulasi. Lambat laun, menjelma ke wujud baru yaitu perkara kelembagaan. Ini adalah keniscayaan. Sebab terdapat hubungan saling mempengaruhi, antara arah dan sifat bangunan sosial tersebut dengan para pemrakarsanya. Manusia-manusia adalah organ yang menjalankan sebuah sistem organisasi. Baik itu yang bernama rumah tangga hingga negara. Apabila pelakunya sakit, maka demikian pula dengan organisasi yang digerakkannya.

Hari-hari ini, Indonesia sedang mengalami kasusuban di banyak bagian tubuhnya. Situasi jungkir balik dan melecehkan akal sehat, terjadi di sana-sini. Kasus-kasus perilaku individu hingga yang bersifat sistemik,  seperti benang kusut yang saling melilit. Silang sengkarut, hingga susah mencari ujung-pangkalnya. Situasi ini adalah buah dari cara penyelesaian masalah yang kerap keliru bidik sejak awalnya. Terdapat musabab besar, yang terabaikan hingga sekarang. Kasusuban dari tancapan tajam masalah fundamental yang tidak kunjung dipahami. Tentang identitas berbangsa yang belum terumuskan tuntas, pilihan-pilihan sistem kenegaraan yang bimbang maupun kegalauan karakter penghuninya yang gamang, dan seakan-akan tak punya masa lalu. Orang kerap bingung menjawab pertanyaan, bagaimana menjadi Indonesia itu? Apa parameter-parameter spiritual, teknis dan kontekstualnya?

Menjadi manusia Indonesia, adalah bersiap untuk menyandang pribadi yang turut mengerang sebab kasusuban warisan. Tancapan tajam dari masa-masa sebelumnya, yang melebam hingga kini. Kesakitan kolektif dari dirintis dari perilaku-perilaku individu, yang keliru langkah bertahun-tahun. Nilai-nilai luhur kehidupan, ditafsir lantas diimplentasikan dengan gagap. Ketiadaan pemahaman terhadap jatidiri merupakan penyebabnya. Sehingga, sebaik apapun konsep tentang keluhuran itu, terpental ketika hendak diserap. Bangsa yang gagal memahami apakah dirinya garuda atau emprit. Kandas mengerti fungsi, apakah harus mengepak sayap atau mencuit kicau. kondisi ini yang akhirnya membawa Indonesia, kepada kebingungan untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Harus dari kiri atau kanan dulu. Hendak mencabut susub atau menahan teriakan mengaduh. Makin lama, kian kalang kabut meraskan jalaran ngilu disekujur tubuh. Sementara, duri yang menancap itu bertambah busuk, membentuk borok.

Kasusuban menjadi judul Kenduri Cinta Oktober 2013, merupakan upaya bersama kita dalam usaha membuka jendela. Paling tidak dengan berkumpul bersama kita dapat saling menyapa, siapa tahu terjadi deteksi dini pada diri kita sendiri bahwa kita sendiri kasusuban. Salam.