Mukadimah: CINTA

03. Baliho WK Desember 2015 copy
Mukadimah Waro’ Kaprawiran Desember 2015

Tema kali ini sengaja kita angkat tentang cinta karena secara pemahaman kata cinta ini sangat variatif di kalangan masyarakat pada umumnya, ada yang mengartikan cinta itu pengorbanan, memberi, kasih sayang bahkan tidak bisa diungkap dengan kata kata. Namun dalam Maiyah kita memahami makna cinta dalam satu tunggal yang terurai dalam wujud cinta Allah SWT, Rasulullah SAW dan alam semesta atau sering disebut cinta segitiga.

Dalam aplikasinya kata cinta bisa menjadi proses olah rasa namun setelah keluar/output terhadap objek, cinta itu berkembang meluas menjadi sikap yang tidak hanya dalam hubungan batin/rasa antara satu dengan yang lain tapi terwujud dalam tindakan dan perilaku. Hubungan ini biasa kita sebut dengan “saling mencintai”.

Memang tidak akan pernah ada habisnya membahas kata cinta, karena cinta itu abstrak hanya bersifat rasa, mencintai proses pengaplikasian atau aktualisasi dari rasa cinta akan sesuatu. Cinta itu luas makna dan spektrumnya serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, begitupun mencintai, beragam konteksnya dalam kehidupan. Sebagaimana Surah Alfatihah ayat pertama: Bismillahirrahmanirrahim, ayat yang sering kita ucap sebagai awal akan semua doa dan ibadah kita, baik yang bersifat verbal maupun non verbal yang pasti kita semua tahu maknanya, di situ terkandung kata Arrahman yang berarti Maha Pengasih. Arrahman menunjukan sifat kasih sayang Allah. Allah tetap menerbitkan matahari tanpa peduli kita (makhluk-Nya) setia kepada-Nya atau tidak, itu adalah salah satu wujud nyata cinta dan kasih sayang-Nya, sifat Rahman-Nya.

Sementara Arrahim adalah sifat Allah yang memiliki makna kata kerja dari rahmat — Yang merahmati, Yang menyayangi — Allah menyayangi setiap makhluk yang dikasihi-Nya. Keduanya merupakan nilai yang ada dalam cinta, dan itu merupakan sifat Allah diantara nama-nama asmaul husna lainnya.

Oleh sebab itu bisa kita jadikan petunjuk bahwa Allah maha cinta. Jika Allah saja mempunyai sifat Arrahman dan Arrahim lantas kenapa tidak kita jadikan pedoman dalam hidup dan acuan dalam setiap kemashalatan hidup di dunia. Begitupun dengan agama islam yang Allah turunkan sebagai rahmatan lilalamin merupakan wujud rasa cinta Allah, dan sebagai khalifah seharusnya manusia bisa menjadi cermin pemantul maupun mediator akan rahmat Allah bagi alam semesta dan tidak berhenti pada manusia itu sendiri. Dan tidaklah Allah mengutus kita kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam, wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil alamin.

Namun sepertinya kita harus mawas diri dan terus bertanya apakah benar kita sudah mempunyai rasa cinta bagi sesama manusia bahkan bagi semesta. Karena di negeri ini orang mencintai dirinya sendiri hingga lupa mencintai sesama bahkan apalagi alam semesta. Berbagai dialektika baik sesama manusia dan dengan semesta, serta segala sejarah yang telah berlalu menunjukan bahwa kita masih miskin rasa cinta dan tidak punya kearifan untuk menaklukan egosentrisme pribadi. Semua kerusakan dan kelaliman yang terjadi selama ini merupakan bentuk kegagalan kita mengaplikasikan cinta dalam kehidupan.

Seperti kata Jalaludin Rumi tentang cinta. Apa itu cinta? Sangat fenomenal… dia tidak berwujud tapi bisa dirasakan. Kata pujangga, cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh, cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cinta lah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta.

Begitupun sebaliknya jika kita salah dalam pengaplikasian cinta. Dengan mengangkat tema cinta kali ini bertujuan ingin menaburkan rasa cinta terhadap sesama dan seluruh alam semesta guna membangun peradaban baru yang dilandasi rasa kasih sayang dan cinta kita terhadap yang Maha Cinta dan Rasul-Nya. Cinta bukanlah bertahan seberapa lama, tetapi seberapa jelas dan ke arah mana, cinta harus dibangun! Selamat membangun cinta.

Tataplah dunia

Pandanglah kehidupan

Dengan cinta

Merunduklah ke bumi

Kemudian ke langit

Dengan cinta

Tengoklah kiri kananmu

Tersenyumlah

Dengan cinta

(Cuplikan puisi Cinta: Emha Ainun Nadjib)