Mukadimah BAYANG-BAYANG PARA KSATRIA

SEUMPAMA MANUSIA, Kenduri Cinta tengah menjejaki masa remaja. Usianya pada bulan Juni 2014 ini, genap 14 tahun. Namun, bila diukur dari kematangan sebuah paguyuban, tentulah Kenduri Cinta sudah lebih dari sekadar remaja. Dalam kurun waktu itu, Kenduri Cinta telah berhasil menjaga konsistensi, untuk terus tegak berdiri. Melewati beragam keadaan, dari yang enteng hingga sulit, dengan tetap tampil sebagai dirinya yang sederhana. Menjaga kesetiaan untuk terus mengulas persoalan-persoalan sosial dari sudut pandang berpikir yang luas dan lengkap, lewat diskusi-diskusi yang segar di pelataran Taman Ismail Marzuki Jakarta.Pada hari Jumat minggu kedua tiap bulannya, Kenduri Cinta selalu disesaki oleh jamaah yang datang dari berbagai lapisan sosial. Dimulai selepas petang, berakhir hingga larut malam. Bahkan, tak jarang, gelaran tersebut ditutup menjelang subuh. Kenduri Cinta adalah forum fenomenal yang sanggup membuat para hadirinnya duduk menekun hingga lebih dari 6 jam. Bukan hanya disebabkan oleh menariknya bahasan, namun juga karena suasana yang dibangun pada tiap acaranya begitu akrab, merdeka dan egaliter.

Kenduri Cinta yang didirikan pada tahun 2000, memang diniatkan sebagai wahana olah pikir, untuk memahami kehidupan dari lintas disiplin ilmu. Komunitas ini lahir dan tumbuh karena terinspirasi dari pemikiran-pemikiran Cak Nun yang multi dimensi. Hadir sebagai salah satu bagian dari forum yang lebih besar lagi yaitu Maiyah Nusantara. Di dalam naungan Maiyah Nusantara, juga tumbuh komunitas-komunitas selain Kenduri Cinta, yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Ada Padhang Mbulan di Jombang, BangbangWetan di Surabaya, Gambang Syafaat di Semarang, Mocopat Syafaat di Yogyakarta, Obor Illahi di Malang, Paparandeng Ate di Makassar serta Juguran Syafaat di Banyumas. Di luar nama-nama yang disebutkan itu, masih banyak forum-forum rutin kecil yang belum bernama, tersebar di berbagai tempat.

Seperti rutinnya, Kenduri Cinta akan menggelar acara khusus untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-14. Dengan memilih hari Senin pada tanggal 16 Juni 2014 pukul 20:00 WIB, Kenduri Cinta ditemani juga oleh KiaiKanjeng serta pagelaran kesenian oleh Komunitas Lima Gunung akan disuguhkan. Kelompok tersebut, akan mementaskan tari tari khas dan pagelaran wayang kulit berpadu pada panggung seni instalasi. Merupakan sajian yang unik untuk sebuah pertunjukkan terbuka di Jakarta.


Komunitas Lima Gunung adalah sebuah komunitas yang terdiri dari seniman pekerja kesenian tradisional dan sekaligus mereka adalah para petani yang ada didaerah sekitar lima Gunung di seputaran Magelang, yaitu Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong dan Menoreh. Setiap tahun sejak 2002 komunitas ini rutin menggelar festival budaya yang bernama “Festival Lima Gunung”. Ini adalah acara pesta tahunan yang berbiaya ratusan juta rupiah yang diselenggarakan atas inisiatif dari para seniman yang tergabung didalamnya secara swadaya mandiri, tidak ada ketergantungan pada siapa-siapa.

KiaiKanjeng dan Komunitas Lima Gunung, mereka adalah Ksatria-ksatria budaya yang istiqomah, walaupun apa yang mereka usahakan selama ini tidak atau belum diperhatikan Negara, padahal pelestarian, kreasi, dan inovasi budaya semestinya adalah satu di antara banyak fungsi Negara. Mereka menjadi penerang dalam gelapnya kebudayaan, menginspirasi kita untuk dapat menemukan harmoni ditengah carut-marut keadaan, menemukan yang sejati di tengah zaman penuh kepalsuan. Ksatria-ksatria yang dalam setiap gerak, suara, dan tindakannya berusaha tidak meninggalkan bekas bayangan gelap pada apa atau siapa saja dan senantiasa memancarkan cahaya penerang, Allah Tuhan Semesta Alam.

Peran mereka sangat bertolak belakang dengan peran-peran para ‘ksatria-ksatria’ yang saat ini sedang berperan dalam pertunjukan Pilpres (Pemilihan Presiden). Mereka yang saat ini mengisi setiap menit dan inci media massa, nyaris hanya ‘ksatria-ksatria’ yang berusaha meninggalkan citra supaya Capres (Calon Presiden) yang diusung dapat menang pada Pilpres nanti. ‘Ksatria-ksatria’ ini dengan kecerdikan intelektual, kecanggihan jurus, kemampuan menelikung, kekuatan membanting, dan kelihaian mengelak, berusaha memenangkan pertarungan dengan tujuan memperoleh sebanyak-banyaknya dukungan suara rakyat. Meraka akan sangat lantang membela mati-matian Capres yang didukungnya, pada setiap debat. Mereka akan sangat tega menggantungkan harapan Rakyat-Bangsa-Negara ini hanya kepada Capres yang mereka usung. Tanpa segan mereka mengobarkan peperangan yang bisa saja terpicu di meja makan keluarga, warung kopi, obrolan-obrolan perkawanan hingga menjadi ajang perang. Ksatria-ksatria ini sangat rakus merayah dukungan, tak peduli bersebrangan ideologi dan gagasan. Mereka tak peduli, bahkan tanpa sadar menyebarkan bayang-bayang yang menghalangi rahmat dari Tuhan.

Demi penyelenggaraan 14 Tahun Kenduri Cinta tersebut, dimohonkan untuk semuanya menjadi kenduri pengiring doa, agar Kenduri Cinta tetap dianugerahi kemampuan untuk terus mempertahankan konsistensinya. Menjadi tikar bagi pemikiran-pemikiran yang cerdas untuk kemaslahatan bersama. Juga dalam rangka semacam selamatan bagi Indonesia, yang sedang berproses menemukan dirinya.

Dapur Kenduri Cinta, 6 Juni 2014