Maiyahan Gimhae, Korea – (edisi satu)

Jumat siang 24 Januari 2014 pukul 14:25 WIB, Cak Nun dan Mbak Via bertolak dari Jakarta menuju Gimhae, Busan, Korea Selatan, untuk memenuhi undangan dari rekan-rekan tenaga kerja Indonesia yang ada disana. Perjalanan ke Gimhae ditempuh sekitar 8 jam 5 menit melalui Hongkong. Setelah transit 6 jam di Hongkong, perjalanan dilanjutkan kembali menempuh waktu 3 jam 5 menit.

Setelah memakan waktu perjalanan yang cukup lama akhirnya Cak Nun dan Mbak Via mendarat Sabtu pagi di Gimhae pukul 06:40 waktu setempat. Sebelum berangkat ke Gimhae ter-monitoring suhu di negara tersebut -6 C, dan ketika mendarat suhu sudah berada pada 6 C, masih cukup kondusif.

Di pintu keluar bandara tampak rekan-rekan TKI sudah menunggu untuk menjemput. Layaknya seperti saudara jauh yang sudah lama tidak bertemu, mereka menyalami Cak Nun dan Mbak Via penuh keakraban dan kehangatan. Seperti biasa, di Hongkong, Malaysia, Arab Saudi atau di negara lainnya, Cak Nun dan Mbak Via selalu berlaku sebagai bapak dan ibu bagi mereka, dan bukan sebagai tamu yang harus dilayani secara berlebihan, maka mereka tidak tampak canggung dan seketika langsung melebur dalam silaturahmi yang utuh.

Mayoritas para TKI di Korea Selatan ini bekerja di pabrik-pabrik. Pabrik onderdil mobil, Hyundai, KIA, juga onderdil handphone seperti Samsung, sebagian bekerja di peleburan besi dan baja. Selain itu ada juga yang bekerja di pabrik tekstil namun jumlahnya tidak dominan. Sebagian lainnya ada yang menjadi mahasiswa dan bekerja professional di kantor-kantor.

Upah minimum rata-rata (UMR) di Korea bisa 6 hingga 8 kali lipat dibandingkan dengan Indonesia. Waktu kerja 8 jam per hari, dengan jumlah 6 hari kerja, dalam sebulan mereka mendapatkan upah sekitar 11 hingga 13 juta. Belum lagi kalau sedang ada lemburan, mereka bisa mendapatkan 2 kali lipatnya dari upah tersebut. Korea tidak membedakan pekerja asing dengan pekerja dalam negeri dari segi penghasilan, mereka memberlakukan sama. Bahkan dari sebagian TKI yang memiliki kemampuan khusus, yaitu keahlian nyetting mesin, mereka mendapatkan penghasilan sekitar 4 juta won per bulan, setara dengan 44 juta. Mulai sekarang jangan bilang Hyundai, KIA, dan Samsung adalah produk Korea, karena tangan anak-anak Indonesia-lah yang bekerja di pabrik-pabrik mereka.

Di Korea hampir mustahil ada majikan atau direktur berani menyiksa TKI, sebab pemuda-pemuda Indonesia disamping menyenangkan karena suka guyon, tapi mereka juga “ganas” bergaya preman, berani bikin pedang diam-diam di pabrik tempat kerjanya. Berani trek-trekan balapan liar, berani tawur diantara mereka. TKI di Busan sangat dibutuhkan oleh pabrik-pabrik, kebanyakan illegal dan dipertahankan oleh perusahaan-perusahaan setempat. Sebab TKI kita paling terampil dan pandai, mereka pilihan utama, penghasilannya terbesar, dibawahnya baru tenaga kerja dari Vietnam, Filipina, dan rangking terbawah dan penghasilan murah dari Srilangka.

GIMHAE

Tak terasa kendaraan sudah jauh meninggalkan bandara, rekan-rekan TKI mengajak untuk mampir sejenak mencari sarapan dan menghangatkan badan. Memang cuaca diluar masih cukup dingin namun tidak sampai pada kondisi minus seperti beberapa hari sebelumnya bahkan sehari sebelum tiba di Gimhae. Tempat makan yang dipilih mereka bergaya lesehan dengan lantai yang diberi penghangat, tampaknya pelayan sudah hapal betul dengan mereka, terutama ‘guyonnya’, tak heran pelayan sesekali terpingkal-pingkal entah apa yang sedang mereka bicarakan. Makanan disuguhkan satu persatu diatas meja yang ditengah-tengahnya terdapat kompor yang sudah disiapkan untuk merebus sayur, ikan, dan daging. Menurut rekan-rekan TKI, masyarakat Korea memang hoby makan-makanan yang segar dan direbus, mungkin itu juga yang membuat mereka lebih sehat.

Obrolan ringan menemani sarapan pagi itu, mereka menceritakan beberapa permasalahan disana, seperti permasalahan pemuda-pemuda kita di Korea yang sukses dengan gaji besar, tapi kurang bersyukur. Menurut beberapa tokoh TKI mereka banyak menggunakan uang tersebut untuk berjudi dan mabuk. Dengan pertimbangan itulah mereka mengundang Cak Nun dan Mbak Via, karena biasanya pengajian-pengajian yang datang hanya “kaum putih”—begitu istilah rekan-rekan TKI di Busan—tapi dengan maiyahan maka “kaum hitam” bisa turut hadir tanpa mereka harus merasa minder dan mengajak pelan-pelan untuk kembali ke masjid, begitu misi mereka. Biasanya acara-acara pengajian di kalangan TKI dan masyarakat Indonesia di Korea Selatan berada di ayoman atau “kekuasaan” KBRI atau KJRI dan dua lembaga penyerap dana—yang berafilisasi ke parpol Islam. Namun, yang mengundang Cak Nun dan Mbak Via ini sebuah perusahaan kecil bernama Nusantara Express Cargo yang baru saja dibuka dan dikelola oleh seorang warga Korea, Mr. Lee dan seorang TKI bernama Mas Silok. Dalam rangka itulah mereka meminta Cak Nun untuk hadir, sekaligus juga menghadiri Milad Masjid Al-Hidayah yang ke-6 yang juga diurus oleh Mas Silok dengan komunitasnya.

Pendekatan dan cara kerja yang dilakukan Mas Silok dengan komunitasnya kebetulan bersifat Maiyah; tidak menomersatukan hubungan transaksional melainkan diproses berdasarkan prinsip kerjasama yang saling transparan dan saling arif terhadap kondisi dan kemampuan kedua belah pihak. Pihak Yogya dan Pihak Busan menjadi satu tim, saling bersikap dharma, menciptakan rasa aman satu sama lain, saling memberi setiap tahap proses dan semua harus berlandaskan rasa syukur, rasa saling memperoleh manfaat, rasa tidak mau kehilangan satu sama lain, serta kegembiraan karena saling bermanfaat satu sama lain.

DARI PENJUDI KE HIDAYAH

Usai istirahat sejenak, pukul 19:30 Cak Nun dan mbak Via dijemput untuk menghadiri acara Milad Masjid Al-Hidayah ke-6, masjid yang dimaksud disini merupakan satu unit semacam apartemen yang mereka sewa untuk kemudian dijadikan masjid. Ada cukup banyak masjid semacam ini di Korea—yang mayoritas disewa oleh TKI-TKI kita disana—total ada 34 masjid, yang sudah mandiri milik sendiri dan tidak sewa sekitar 7 masjid. Masjid Al-Hidayah ini semula merupakan tempat komunitas penjudi berat dan pemabuk yang kemudian mendapatkan hidayah yang kini dialih fungsikan menjadi masjid. Tiba dilokasi yang jaraknya sekitar 35 menit dari penginapan, tampak bangunan tinggi dan lorong lengkap dengan tangga yang hanya dapat dilalui 2 orang dewasa, dimana lokasi Masjid Al-Hidayah berada dilantai 2 bangunan tersebut. Disana sudah ramai oleh pengurus Masjid A-Hidayah dan beberapa dari pengurus masjid lainnya yang berkumpul menunggu kehadiran Cak Nun dan Mbak Via, yang langsung diminta untuk memberikan bekal bagi mereka semua.

NUR MUHAMMAD

Cak Nun membuka dialog dengan menjelaskan proses penciptaan alam semesta. Yang paling mendasar; Allah, Nur Muhammad dan alam semesta beserta isinya. Rasulullah SAW adalah Nur Muhammad ketika dia bertugas sebagai anak dari Abdullah dan Aminah yang jatah hidupnya 63 tahun. Jadi Nur Muhammad itu big bang cahaya yang diciptakan Allah, kemudian karena Dia sangat mencintai ciptaannya itu, kemudian Allah mengatakan: Laulaka ya Muhammad, ma kholaqtul aflaaq — Kalau tidak Aku cinta kepadamu ya Muhammad, maka aku tidak menciptakan seluruh alam raya, jagad raya ini. Sedangkan surga neraka itu adalah “jebakan” yang diciptakan oleh Allah untuk manusia. Karena yang seharusnya dicari oleh manusia adalah Allah. Jika manusia mencari Allah, maka sudah pasti akan mendapat surga, namun jika manusia mencari surga belum tentu akan menemukan Allah.

Nur Muhammad adalah makhluk ciptaan Allah yang paling senior. Nur Muhammad kemudian cahayanya memancar. Cahaya pancaran tersebut terbagi menjadi dua yang rohani dan jasmani. Diantara yang rohani adalah Malaikat. Malaikat yang paling senior adalah Kanzul Jannah, dia adalah bendaharawan surga. Kelak, Kanzul Jannah inilah yang ditugaskan menjadi Iblis oleh Allah. Menurut Kanzul Jannah, dunia ini membutuhkan densitas positif dan negatif agar tidak linier.

Ijtihad adalah berusaha secara fikiran dan hati. Mencari-cari sendiri, memutuskan sendiri dengan pengetahuan yang dimiliki. Kalau ittiba’ yaitu mengikuti sesuatu dengan pengetahuan dan pemahaman apa yang diikuti tersebut. Sedangkan taqlid, hanya ikut-ikutan tanpa ada pengetahuan terhadap hal yang diikuti.

Alam semesta tidak akan hidup jika tidak ada dialektika. Sehingga manusia harus digoda, harus diberi tantangan. Anda harus pernah sakit, harus pernah menderita, supaya kuat. Anda harus punya musuh, supaya anda membangun kekuatan. Kemudian Allah menunjuk Kanzul Jannah menjadi Iblis sebagai pemimpin densitas negatif di alam semesta ini. Jika anda latihan karate, latihan yang pertama adalah memukul. Karena jika kamu sakit, kamu akan punya antibodi. Lapar itu baik, yang tidak baik adalah kelaparan. Ajaran Rasulullah adalah, kalau sudah lapar, baru makan. Sebelum kenyang, selesaikan makanmu. Begitu kamu lapar, sel-sel dalam tubuhmu akan memperkuat dirinya. Dia mempertahankan dirinya. Orang yang banyak lapar dalam hidupnya, dialah yang paling kuat dari sakit. Orang yang selalu kenyang, tidak pernah latihan memperkuat jasadnya.

Iblis kemudian diperkuat pasukan setan, jin dan sebagainya dalam membangun kekuatan menjadi densitas negatif di alam semesta. Sekarang banyak sekali setan yang menyamar menjadi manusia. “Maka anda jangan percaya kepada pakaian, gelar, ustaz, habib, gus, kyai, syeikh dan sebagainya. Maka saya juga datang dengan pakaian yang tidak mesti kepada anda. Kadang saya pakai peci putih, pakai kaos dan sebagainya, maka saya membuat anda merasa aman dan anda tidak salah tuding kepada saya. Misalkan saya melakukan salat, itu jangan dijadikan patokan bahwa saya adalah muslim. Bisa saja salat yang saya lakukan hanya akting. Salat yang dilakukan oleh saya bisa saja hanyalah pura-pura. Maka jangan sekali-sekali menyimpulkan orang itu baik atau tidak sebelum melihat output akhlakul karimah-nya. Jangan menilai dari pecinya, dari gus-nya, habib-nya dan sebagainya. Anda harus mencari bukti otentik untuk membuktikan bahwa saya adalah muslim.”

IJTIHAD-ITTIBA-TAQLID

Posisi manusia berada pada segitiga Allah dan Rasulullah. Ketika anda lahir, anda lahir sendiri. Dalam Islam, anda berhubungan langsung dengan Allah. Ketika anda salat, adanya imam dan makmum hanyalah syarat administratif untuk hubungan anda dengan Allah. Ketika anda mencium hajar aswad bukan karena anda cinta kepada batunya. Begitu juga ketika anda thawaf mengelilingi Kabah, bukan Kabahnya yang hebat. Seandainya dulu Allah menyuruh kita thawaf di Roma, juga mungkin saja. Maka bukan berarti disini bukan baitullah. Karena tidak ada tempat yang bukan tempatnya Allah. Ketika kita naik haji, bukan berarti kemudian Allah hanya berada di Mekkah. Meskipun anda menunaikan ibadah haji bersama 2,5 juta manusia, tapi hatinya kan sendiri-sendiri menghadap Allah.

Prinsip saya, saya tidak mau mengganggu hubungan anda sama Allah. Hubungan anda sama Allah sudah diganggu oleh banyak hal: Kabah, Jokowi, NU, Muhammadiyah, MTA dan sebagainya. Jadi apapun yang terjadi dalam hidup anda, jangan sampai hubungan anda dengan Allah terganggu oleh hal-hal selain Allah dan Rasulullah. Maka Allah mengatakan: Athii’ullah wa athii’u rasuul wa ulil amri minkum. Jadi kalau sama Allah dan Rasulullah, ketaatan kita itu mutlak. Tapi kalau kepada ulil amri minkum, itu relatif. Taat atau tidak, keputusannya ada pada diri manusia.

Maka dalam Islam ada prinsip; ijtihad, ittiba’ dan taqlid. Subyeknya: mujtahid, muttabi’ dan muqollid. Ijtihad adalah berusaha secara fikiran dan hati. Mencari-cari sendiri, memutuskan sendiri dengan pengetahuan yang dimiliki. Kalau ittiba’ yaitu mengikuti sesuatu dengan pengetahuan dan pemahaman apa yang diikuti tersebut. Sedangkan taqlid, hanya ikut-ikutan tanpa ada pengetahuan terhadap hal yang diikuti. Jika anda belanja ke pasar, seharusnya anda bisa memasak. Jika anda memegang gergaji, maka anda harus memiliki kemampuan menggunakan gergaji.

INSAN-ABDULLAH-KHALIFATULLAH

Cak Nun kembali mennguraikan, “Akhir dari perjalanan manusia adalah Allah. Meskipun anda tidak beragama, anda sekarang sudah faham bahwa endingnya anda yaitu kembali kepada Allah. Maka saya sarankan anda sekarang harus mulai berdamai kepada Allah.

“Ikan tidak tahu bahwa dirinya adalah ikan. Tetapi manusia mengerti bahwa dirinya manusia, karena manusia mempunyai akal. Karena itulah manusia disebut insan. Tetapi ada manusia yang dia fikir bahwa dia hidup dengan alam sekitarnya, dia tidak menyadari bahwa ada Tuhan diatasnya. Sebagian manusia ada yang mengatakan bahwa ia memiliki Hak Asasi Manusia. Seorang suami memiliki hak atas istrinya karena dia memberi nafkah kepada istrinya. Negara melindungi rakyatnya setelah negara menunaikan kewajibannya melindungi rakyatnya. Manusia menuntut hak asasi atas dasar apa? Manusia tidak bisa membikin dirinya sendiri. Manusia bahkan tidak bisa mengendalikan metabolisme dalam tubuhnya. Manusia tidak memiliki kemampuan mengatur jadwal kapan ia kencing. Seandainya Allah tidak menghentikan pertumbuhan gigi, apa yang terjadi? Manusia atas dirinya sendiri saja tidak berkuasa, lantas apa alasannya manusia menuntut hak asasi manusia? Manusia punya jasa atas apa terhadap dirinya sehingga dia memiliki hak asasi?

“Manusia terbagi menjadi abdullah dan khalifatullah. Seorang abdullah, adalah manusia yang menyadari bahwa ada yang berkuasa atas dirinya, yaitu Allah. Salat lima waktu adalah pajak dalam sehari yang disetorkan oleh seorang abdullah kepada Allah. Dalam sholat, tidak ada syarat khusus dalam ilmu fikih bahwa dalam salat harus ingat Allah. Secara fikih, salat hanya diatur bahwa salat adalah sebuah ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Ingat Allah dalam bahasa sehari-harinya adalah khusyuk. Khusyuk letaknya dalam hal akhlaq. Misalkan saya menyapa anda, kemudian saya mengajak anda bersalaman namun saya tidak menghadapkan wajah saya kepada anda, anda pasti akan merasa tersinggung. Begitu juga ketika kita salat, Allah akan tersinggung apabila saat kita salat, kita tidak ingat kepada Allah. Meskipun hal ini tidak diatur dalam ilmu fikih. Ilmu fikih hanya mengurusi persyaratan teknis, tidak mengatur urusan normatif.

“Hidup manusia itu nomor satu adalah membikin hatinya Allah senang, supaya Allah menyenangkan hatimu juga. Al-Quran misalnya, seandainya seumur hidup anda hanya membaca Al-Quran, tanpa menghafalnya, Allah akan tetap seneng kepada anda. Ibaratnya anda punya lagu, dinyanyikan sama anak-anak di kampung, meskipun yang menyanyikan tidak faham syair lagu anda, anda pasti akan merasa senang. Syukur anda bisa hafal Al-Quran, bisa faham tafsirnya, namun bila tidak juga ndak apa-apa. Maka ketika anda memutuskan hukum suatu ibadah, jangan menggunakan idomatik “qoola ustadz… qoola syeikh…” dsb. Tapi gunakanlah idomatik “menurut Allah, berdasarkan Al-Quran surat ini, ayat sekian, kemudian diperkuat Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh….” dan seterusnya. Dalam Islam, manusia tidak hanya menjadi hamba Allah, tetapi juga menjadi khalifatullah. Kalau Nabi ia memiliki nubuwah. Rasul memiliki risalah, Wali memiliki walayah, dan Khalifah memiliki khilafah.

“Ketika Islam dibawa ke Indonesia pada abad ke 8 oleh saudagar (pedagang), tidak ada orang yang tertarik masuk Islam. Dalam pandangan masyarakat nusantara, saudagar adalah wakil dari orang yang kaya secara harta. Orang yang kaya secara harta dalam kebudayaan masyarakat nusantara berada di level terendah. Dalam kebudayaan masyarakat nusantara, level tertinggi tatanan manusia adalah seorang brahmana atau rohaniawan, ia sudah memutuskan dirinya dari dunia. Di bawah rohaniawan adalah orang pintar secara ilmu pengetahuan, kemudian dibawahnya adalah orang yang berkuasa secara konstitusi seperti raja, menteri dan sebagainya. Di bawah orang yang berkuasa adalah seorang pendekar, orang yang memiliki kekuatan fisik. Dibawah orang yang kuat secara fisik adalah orang yang kaya secara harta.

“Sekarang di Indonesia terbalik idiomatiknya, orang yang kaya diposisikan menjadi orang yang paling terhormat, dibawah orang kaya adalah penguasa, pejabat, menteri dan sebagainya. Maka yang terjadi sekarang, seseorang mengejar jabatan tertentu untuk memperkaya dirinya. Di bawahnya adalah orang pintar secara ilmu, yang faktanya sekarang menjadi pembantu orang yang berkuasa. Orang pintar di Indonesia menjadi buruh para penguasa mencari kapling-kapling sendiri di departemen-departemen tertentu. Rohaniawan alias orang alim berada di level terbawah, sehingga para rohaniawan menjadi orang yang tidak dihargai, akibatnya ustaz menjadi profesi sehingga ketika ia berdakwah maka urusannya adalah mencari uang.

Saya dan Kiai Kanjeng tidak mengambil posisi ini. Saya dan Kiai Kanjeng ndak ada tarifnya, tapi ketika anda mengundang saya dan Kiai Kanjeng maka anda satu tim dengan saya, kita fikirkan bareng-bareng keadaan masing-masing. Yang saya gunakan adalah transaksi model Rasulullah dalam berdagang. Ketika beliau menjual barang dagangan, beliau mengatakan: Barang ini saya beli harganya sekian, silahkan anda beri keuntungan sewajarnya terserah anda. Semua orang butuh duit, tetapi bagaimana caranya mendatangkan duit sesuai dengan fungsinya. Orang yang paling kurang kaya adalah orang yang mendapat uang dari transaksi. Tapi kalau anda ingin lebih tinggi barokahnya, carilah uang syukur, yaitu uang hasil perdagangan yang antara konsumen dan produsen sama-sama bersyukur atas transaksi tersebut.

SESI TANYA JAWAB

Apakah di Indonesia stok penambahan rohaniawan itu memang sedikit?

Indonesia itu justru jumlah rohaniawan, panembahan/brahmana itu sangat banyak. Tetapi sistemnya menghilangkan idiomatik panembahan. Sehingga tidak ada tempat bagi para panembahan itu. Yang ada di Indonesia sekarang adalah MPR, DPR, DPD dan sebagainya. Sistem pemerintahan Indonesia tidak memberi tempat kepada para panembahan tadi. Dahulu dalam keraton ada yang namanya Parentah Agung, sebagai tempat para panembahan. Gadjah Mada dahulu tidak berani mengambil keputusan tanpa persetujuan Hayam Wuruk. Hayam wuruk tidak akan berani mengambil keputusan pertimbangan para panembahan  panembahan, dibelakangnya yang berada di dalam Parentah Agung. Parentah Agung bisa dikatakan sebagai Tim Brahmana, yang memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada raja.

Negara kita ini sekarang dikendalikan oleh Israel dan undang-undang di Indonesia dikendalikan oleh Yahudi. Di Indonesia kalau ingin mencalonkan diri menjadi presiden harus diusung oleh partai politik. Hal ini saja sudah menyempitkan makna Indonesia itu sendiri menjadi partai politik. Partai politik sendiri sebenarnya tidak mencari pemimpin untuk anda. Mereka mencari pemimpin adalah yang menguntungkan partainya. Artis-artis diusung menjadi calon legislatif hanya untuk dalam rangka menguntungkan partai, tanpa memperhitungkan latar belakang pendidikan politiknya. Dan indonesia tidak akan diserbu secara militer. Indonesia diserbu dengan cara infiltrasi fikiran.

Darimana saya akan mulai perbaikan untuk Indonesia?

Itulah kenapa tadi kita membahas khalifatullah. Khalifatullah itu juga ada skalanya, dan harus kita tentukan. Apakah skalanya nasional, lokal, atau hanya dalam keluargamu. Ada idiomatik think global, act local tapi kita tidak mampu mempraktekkan. Saya ini lebih baik merasa lemah, meskipun secara rasional saya harus mengungkapkan kekuatan saya. Saya punya cita-cita menyelamatkan Indonesia, dan saya bergerak tidak di satu tempat. Silahkan cek di website saya, cek jadwalnya. Meskipun itu bukan tanggung jawab, saya tangani.

Penyerbuan ini, bentrok itu saya tangani, saya pasang badan. Dengan resiko segala fitnah yang harus saya terima, dan saya tidak perduli. Jamaah Maiyah, maunya saya melakukan take over terhadap Indonesia. Tetapi saya memiliki prinsip, sepanjang hidup saya tidak akan pernah mencalonkan diri, tidak akan menawarkan diri dari masalah yang kecil sampai masalah yang besar. Dan apabila dicalonkan, tergantung berapa jumlahnya, signifikan atau tidak, dan harus saya pertimbangkan tingkat kompatibilitasnya dengan irodatullah.

Jadi kalau anda punya kehendak, harus kompatibel dengan irodatullah. Misalkan hal yang kecil saja, kalau anda ingin jadi imam salat berjamaah, anda kan tidak mungkin menawarkan diri menjadi imam di sebuah masjid atau mushola. Begitu juga dalam hal skala kekhalifahan yang saya pilih. Mulai dari turunnya Soeharto, naiknya Gus Dur, turunnya Gus Dur hingga kemudian penyusunan kabinet SBY pada putaran pertama saya ikut menyusun, tapi kemudian saya meninggalkan itu semua, tapi saya terus bergerak. Karena saya merasa disuruh oleh Allah. Ada kuburan diserbu, saya pasang badan. Ada orang dituduh syiah, saya pasang badan, sampai saya sekarang sudah dianggap lebih berbahaya dari syiah.

Apa yang anda miliki di dunia ini hanya wasilah, anda mau NU, Muhammadiyah, PKS dan lain sebagainya terserah anda, tapi anda harus ingat bahwa ghoyah-nya adalah Allah SWT. Tapi saya tidak mengambil posisi-posisi seperti itu, saya memerdekakan diri saya untuk tidak bergabung dalam organisasi-organisasi tertentu. Dan bukan hanya skala NU-Muhammadiyah, tapi juga dalam skala nasional.

Beginilah Islam, kalau anda menjauhi semua orang yang bersalah, anda membuang semua orang yang kafir, lantas bagaimana dulu cara Rasulullah SAW berdakwah Islam? Kalau anda berdakwah Islam dihadapan orang Islam apa gunanya? Saya setiap kali melakukan apa-apa harus berijtihad, harus menemukan niat yang tepat. Niat saya sederhana, saya ini mau setor sama Allah, setiap hari saya setor sama Allah. Siapa tahu setoran saya ini mencukupi untuk keluarga saya, kalau saya ditinggalkan, mereka dilindungi oleh Allah. Siapa tahu setoran saya ini bisa memberkahi orang lain, siapa tahu se-Indonesia. Saya mencontoh Rasulullah, mencari sesuatu yang baik dari sesuatu yang buruk sekalipun. Harapan saya setor sama Allah, kalau suatu hari anak saya atau jamaah saya terkena masalah, Allah akan membela mereka. Prinsipnya seperti dalam Al-Quran, bahwa apa yang saya lalukan adalah atas perintah Allah.

Segala sesuatu itu baik atau tidak bukan tergantung pada bendanya. Salat itu belum tentu baik juga, misalkan salat subuh jam 11 siang. Maka salat menjadi tidak baik. Bahkan nasi kalau terlalu banyak saja bisa jelek akibatnya. Apa saja yang tidak tepat, itu jelek. Baik ruangnya, waktunya, dosisnya dan sebagainya. Harus tepat. Air mineral dalam kemasan, tidak serta merta kita mudah mengatakan bahwa air itu halal. Anda harus mencari tahu dulu sampai detail asal-usulnya, seperti apa perusahaannya, bagaimana perusahaannya mengayomi karyawannya di pabrik atau tidak, dari mana asal modal usaha pabriknya dan seterusnya. Jadi bukan hanya wujud bendanya saja yang menjadi pertimbangan kita untuk menentukan halam atau haram air tersebut.


Bagaimana kita menyikapi aliran-aliran yang dianggap sesat sekarang ini?

Semua orang itu tidak pinter 100% atau bodoh 100%. Setiap orang pinter dalam sebuah ilmu, tapi bisa juga bodoh dalam hal yang lain. Setiap orang memiliki kelebihan dan memiliki kekurangan. Saya pernah diundang oleh Mahkamah Konstitusi untuk memberi pertimbangan pada saat terjadi perselisihan apakah undang-undang penistaan agama akan dicabut atau tidak. Saya mengatakan, apabila anda ingin celaka di Indonesia biarkan undang-undang ini berlaku, tetapi kalau anda lebih celaka lagi cabutlah undang-undang ini.

Rekomendasi kultural saya adalah Pak Mahfud MD diluar posisi sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi saat itu, tetapi sebagai ahli hukum, mengadakan diskusi publik membahas undang-undang tersebut dengan mengundang ulama, budayawan, orang kecil dan lain sebagainya untuk mempermatang undang-undang tersebut. Karena menurut saya undang-undang tersebut belum soleh. Soleh itu dalam Al-Quran artinya adalah kebaikan. Dalam Al-Quran, kebaikan itu ada banyak idiom kebaikan, ada khoir yang artinya kebenaran atau kebaikan yang universal. Ma’ruf adalah kebaikan yang sudah disepakati menjadi pasal. Maka treatment-nya berbeda kalau khoir itu dianjurkan, tetapi ma’ruf itu diperintahkan. Ihsan adalah kebaikan yang lahir dari manusia. Birr (birrun) adalah kebaikan yang khusus dalam hubungan yang sangat privat dengan Allah, maka puncak Haji adalah mabrur. Soleh adalah kebaikan yang sudah disimulasi, sudah dieksperimentasi sekian kali sehingga kita menemukan sesuatu yang tepat yang sesuai dan baik. Jadi Anda kalau dituduh kafir, musyrik atau sesat tenang saja, karena hanya Allah yang tahu apa yang tersimpan dalam keyakinan di hati anda. Menurut saya, orang-orang yang dianggap liberal dan sebagainya itu hanya puber dalam pemikiran.

Jangan anda kira bahwa Iblis itu melawan Allah. Perhatikan ayat Al-Quran: Wa idz qulna lil malaaikati-s-juduu li aadama fasajaduu illa iblis. Ayat ini menerangkan bahwa Allah memerintahkan kepada Malaikat untuk bersujud kepada Adam, kecuali Iblis. Kalau anda jeli, dalam ayat tersebut bahwa Allah memerintahkan kepada Malaikat untuk bersujud kepada Adam, sedangkan Iblis tidak diperintahkan untuk bersujud. Dalam proses penciptaan manusia sendiri, Iblis sudah mengatakan kepada Allah untuk apa menciptakan manusia yang pada akhirnya hanya akan menumpahkan darah dan merusak bumi. Iblis itu sendiri adalah salah satu makhluk Allah yang kemudian memang ditugaskan untuk menggoda manusia di dunia ini. Adam adalah hibrida baru ciptaan Allah.

Dalam sebuah ayat Allah berfirman: Innii jaa’ilun fil ardlhi khalifah. Allah menciptakan khalifah untuk di bumi, bukan di planet yang lain. Tapi ketika Adam diciptakan pertama kali ditempatkan di surga bukan di bumi. Dalam proses penciptaan Adam, terjadi tiga kali bersin. Bersin pertama adalah simbol hidupnya bagian kepala (fikiran), kemudian bersin yang kedua adalah simbol hidupnya dada (hati) dan bersin yang ketiga adalah simbol hidupnya syahwat. Dari situlah manajemen tiga potensi manusia; akal, hati dan syahwat. Hal ini berlaku dalam segala hal, baik politik, kebudayaan, ekonomi dan sebagainya. Nah, ketika Adam tinggal di surga, Iblis lah yang menggoda Adam berbuat sebuah kesalahan sehingga Adam dihukum dan kemudian dipindahkan ke bumi. Dari cerita ini apakah Iblis adalah rival Allah? Bisa jadi memang skenarionya yang disusun Allah memang demikian, bahwa Iblis diperintah untuk melakukan hal tersebut, sehingga kemudian Adam menjadi khalifah di bumi.

Bagimana cara kita menuju Allah, tetapi saya merasa tidak mampu sehingga saya membutuhkan pembimbing, sedangkan teori Cak Nun tadi adalah segitiga cinta Allah-Rasulullah-Manusia. Yang dimaksud dengan guru sejati itu apa?

Jangan juga terlalu percaya pada kata-kata “mencari diri sendiri”, kalau anda tidak tuntas dalam mepelajari ilmunya. Kalau anda bertauhid, menyatu dengan Allah itu apakah kira-kira anda berdampingan dengan Allah atau anda menghilangkan diri anda sendiri dihadapan Allah? Memang kamu itu selain Allah? Misalnya kayu. Kayu berasal dari pohon. Ada bahan utamanya. Nah, bagaimana Allah menciptakan bumi? Allah menciptakan bumi dari diri-Nya sendiri. Segala sesuatu yang selain Allah menyatu dengan Allah, maka ia hilang, hanya tinggal Allah. Anda menyatu dengan Allah, maka diri anda sendiri hilang. Jangan mencari diri anda sendiri, namun hadirkan Allah dalam dirimu, penuhi dirimu dengan Allah. Kita ini milik penuh Allah, hari ini dilahirkan dapat dimatikan kapan saja terserah Allah. Penuhi dirimu dengan Allah, itulah dirimu.

Jadi kesadaran tentang diri sendiri seringkali mempelesetkan kita kepada diri individu selain Allah, padahal kita itu include dengan Allah. Kalau tidak ada Allah, maka tidak ada dirimu. Namun tanpa dirimu, Allah tetap ada. Maka anda jangan cari dirimu sendiri, tapi carilah Allah, hadirkan Allah.

Jadi hidup itu sederhana, hadirkan Allah disetiap yang kamu alami, disetiap kamu melihat apapun. Kalau anda dikepung Allah, maka anda tidak akan terpengaruh oleh hal lain selain Allah. Saya ini sampai hari ini masih bertanya-tanya, siapa sebenarnya saya. Bangunlah kesadaran berlapis-lapis dalam dirimu untuk mengingat Allah. Orang yang terbiasa wiridan, maka akan terbangun kesadaran dalam dirinya, dalam detak jantungnya, dalam aliran darahnya untuk mengingat Allah. Dalam keramaian sekalipun, ia mampu wiridan mengingat Allah.

Nah, murysid itu juga posisinya bukan yang diatas kamu, tapi adalah partnermu. Seperti halnya dokter. Dokter yang sebenarnya adalah dirimu sendiri, kalaupun ada profesi dokter, ia merupakan partnermu dalam hal sakit dimana anda meminta saran dan informasi terkait penyakit yang anda derita. Sama dengan mursyid, ustaz dan sebagainya, mereka adalah partnermu dalam mencari Allah. Bukan mereka yang memiliki kemampuan mengantarkan anda kepada Allah, tapi anda sendiri yang mampu mengantarkan diri anda kepada Allah.

+

Menjelang pukul 12 malam, maiyahan di Masjid Al-Hidayah diakhiri dengan pemotongan tumpeng sebagai tanda syukur Milad Masjid Al-Hidayah yang ke-6, serta tutup doa untuk kebaikan bersama.