Maiyahan Gimhae, Korea – (edisi dua)

Minggu pagi menjelang maiyahan Gimhae dimulai, cuaca cukup bersahabat, matahari tampak cerah dan menghangatkan kota Gimhae yang pada hari sebelum-sebelumnya suhu di kota ini sempat -6 C. Maiyahan Gimhae dimulai sekitar pukul 13:00 WIB waktu setempat, gedung olahraga yang dipergunakan untuk Maiyahan sudah dipenuhi oleh jamaah. Seluruh kalangan “hitam” dan “putih” membaur menjadi satu, mereka tidak sungkan untuk menghadiri maiyahan, tidak ada rasa minder bagi kalangan “hitam” untuk turut hadir. Back to Mosque menjadi tema yang dipilih pada maiyahan kali ini, penggagas acara berharap dengan pendekatan Cak Nun dapat mengajak teman-teman sesama TKI di Korea untuk kembali ke masjid.

Setelah sambutan dari pihak Nusantara Express Cargo, Cak Nun mengawali maiyahan Gimhae dengan mengajak jamaah bersalawat diiringi oleh Grup Lisan Hidayah, dan membawakan lagu Ilir-ilir yang disambut meriah oleh jamaah. Seusai menyapa jamaah dengan bersalawat Cak Nun meminta salah satu jamaah untuk maju dan memberikan kupluk Maiyah yang sedang digunakan Cak Nun ke Mr. Lee sebagai rasa cinta semua yang hadir kepada beliau.

Setelahnya Cak Nun menyampaikan bahwa kedatangannya ke Gimhae ini bukanlah sebagai kyai, ustaz, atau apapun, tetapi sebagai teman. Cak Nun melanjutkan, “Pengajiannya nanti dulu, di dunia ini tidak ada pengajian juga tidak ada masalah. Tidak ada nabi yang membikin pengajian, nabi itu memberi contoh kelakuan yang baik, tidak kebanyakan omong. Jadi saya kesini bukan untuk menasihati untuk tidak judi. Berjudi itu tidak jahat, tapi bodoh. Tidak apa-apa, teruskan saja, soalnya di dunia ini adanya persatuan preman, persatuan orang jahat, persatuan maling. Nah, persatuan orang bodoh tidak ada, jadi persatuan orang pekok itu tidak ada.”

Mengenai baik buruk, Cak Nun menjelaskan, “Apakah enaknya makanan itu bisa dilihat berdasarkan rupanya makanan? Apakah manusia itu baik atau buruk itu bisa dilihat dari kupluknya atau surbannya? Kalau bajunya seperti anda semua ini apa itu mesti kelakuannya buruk? Apa kalau pakai jin sobek-sobek itu mesti kelakuannya buruk? Jangan gampang dibohongi. Apa yang terlihat belum tentu benar, yang benar adalah dalamnya. Orang baik tidak mungkin mengaku baik, semua orang baik mengaku buruk. Merasa dirinya buruk. Semua nabi mengatakan: inni kuntum minadholimin.”

Mengenai kafir, Cak Nun menerangkan, bahwa yang tahu kafir atau tidaknya seseorang itu kafir hanya Allah dan diri kita sendiri. Orang lain tidak tahu, karena hal ini letaknya tidak di pecinya, tapi dalam hati dan pikirannya. Dan yang tahu hati dan pikirannya hanya Allah dan kita masing-masing. Hanya Allah, yang benar-benar punya pengetahuan untuk mengkafirkan dan memuslimkan orang.

“Jadi saya ini jangan kamu percaya, saya kesini ini tidak minta kalian percaya, saya kesini itu mendorong kalian untuk yang wajib dipercaya itu hanya Allah dan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Kalau dalam dirimu, carilah buruknya dirimu, sedangkan kepada orang lain, carilah baiknya. Lihat orang seburuk-buruknya orang, tetapi tetaplah mencari baik-baiknya dan doakan jadi orang yang baik dan beriman. Kalau kepada dirimu sendiri jangan dibagus-baguskan, karena banyak orang melihat orang lain buruk, itu karena orang itu tidak pernah melihat buruknya sendiri.”

Selanjutnya Cak Nun memaparkan konsep dakwah dan pengajian dengan melakukan beberapa pertanyaan kepada jamaah. “Kalau orang berdakwah itu seharusnya datang ke orang yang baik atau ke orang yang buruk? Kalau pengajian itu seharusnya yang datang itu santri-santri atau gentho-gentho, mbang-mbung mbang-mbung, preman-preman atau orang-orang alim? Kalau yang datang itu sudah alim, itu bukan pengajian namanya. Orang sudah alim, mau buat apa. Tapi kalau pengajian itu, dakwah itu, yang terpenting itu ketemu sama orang-orang yang belum alim, belum sadar, masih judi. Maka pada pengajian-pengajian bersama saya, saya tidak pernah mengatakan ini pengajian, saya cuma ketemu sedulur-sedulur, anak-anak, putu-putuku kabeh (red: cucu-cucuku semua), baik buruk tak terima semua, yang baik saya doakan tambah baik, yang buruk saya doakan bisa jadi baik. Semua orang kita doakan baik, jangankan manusia, jin setan saya doain baik.

KEARIFAN GUNDUL-GUNDUL PACUL

Usai menyampaikan paparannya Cak Nun mengajak jamaah untuk memaknai lagu Gundul-gundul Pacul. “Itu lagu dewasa yang dititipkan ke anak-anak. Pertamanya kamu masih kecil, masih gundul gundul, gembelengan, ngena-ngene, masih umbelan. Kalau masih kecil gundul tidak masalah, kamu gemblengan, main-main tidak apa-apa. Tapi kalau sudah nyunggi wakul, itu tidak boleh gembelengan. Sekalinya kamu nyunggi wakul terus gembelengan itu akan terjadi wakule ngglimpang.

“Sudah tahu maknanya ya? Sebelum maknanya, saya tanya bahasa Korea-nya nyekel, nyangking, nggendong, mikul, ada tidak? Ngempit? Nyunggi? Tidak ada kan? Jadi di Korea, kata memegang itu saja satu macam, di Inggris satu macam, di Barat juga satu macam. Bahasa Indonesia itu juga satu macam. Tapi di Jawa, banyak sekali. Sudah terserah mau yang model kayak apa dulu, setiap kata tergantung setiap fungsi kerjanya, ada mbopong, nggendong, ngempit, nyangking, nyunggi.”

Hubungan anda sama Allah yang sifatnya sangat privat, jangan dihalangi oleh apapun, jangan diganggu oleh apapun, kecuali oleh kesungguhan imanmu.

PENGAJIAN PROSES-INPUT-OUTPUT

Pengajian itu isinya bukan hanya sibuk untuk menyuruh dirimu sembahyang. Jadi, ada input ada output. Input itu masukannya, output itu keluarannya. Kalau anda pergi ke warung, anda ke dapurnya apa tidak? Dirimu menyelidiki tidak, wajannya merek apa, dan sebagainya. Apa yang terpenting di warung adalah makanannya yang sehat dan enak apa tidak. Kalau agama itu ibarat warung, maka salat itu dapurnya atau makanannya? Jadi salat itu adalah dapurnya, terserah dapurnya seperti apa yang penting makanannya enak. NU, Muhammadiyah itu dapur apa warungnya? Islam itu dapur apa warungnya? Makanya jangan ribut ini Islam, ini bukan, ini Muhammadiyah, NU, wahabi, syiah dan seterusnya. Itu urusan dapur. Yang terpenting makanannya enak apa tidak. Yang penting kelakuannya baik apa tidak. Hatinya sayang sama orang lain apa tidak, karena itu semua yang terpenting.

“Jadi, apakah kalau orang sembahyang lima waktu itu pasti baik hidupnya? Belum tentu. Karena yang terpenting itu bukan input-nya, tapi output-nya. Syukur-syukur input-nya lengkap, output-nya juga baik. Jadi tidak ada disini itu saya kasih persyaratan, misalnya saya mau pengajian di Korea kalau yang datang rajin sembahyang. Lah, terus gimana caranya ngecek? Atau saya kasih persyaratan, boleh masuk gedung ini pengajian, dengan syarat sudah khitan. Mau kamu dipersyarati demikian? Kalau belum sunat kamu tidak boleh masuk gedung ini. Jadi harus diperiksa satu satu begitu?” Disambut tawa meriah oleh jamaah.

Kemudian Cak Nun mengajak kembali jamaah untuk bersalawat bersama, kemudian disambung oleh Mbak Via membawakan lagu Asmara dan Ruang Rindu.

Cak Nun menjelaskan posisinya bahwa beliau dengan Mbak Via datang ke Gimhae ini bukan urusan professional, urusannya adalah paseduluran. Jadi jangan ditanya perkara honor. Cak Nun menambahkan bahwa beliau selama ini bersama Kiai Kanjeng keliling dunia tidak pernah pakai uang negara, tidak pernah pakai uang kedutaan, tidak pernah pakai uang APBD/APBN, bukan karena tidak mau, tetapi lebih cenderung kasihan kepada rakyat. Juga tidak pakai uang pengusaha, tidak pakai uang sponsor. Cak Nun dan Kiai Kanjeng keliling ke 55 kota besar di dunia hanya berdasarkan takdir Allah, dan kalau Allah suruh berangkat dikasih tiket, kalau Allah tidak suruh berangkat, tidak dikasih tiket.

Enaknya hidup manusia itu karena kita disuruh berproses terus menerus, berjuang mencari kebenaran. Sehinggga kita selalu punya peluang untuk memperbaiki terus-menerus.

INDONESIA BUTUH PERTOLONGAN ALLAH

Setelah mengupas mengenai zakat, Cak Nun mengajak jamaah untuk merenung serius.

“Pertama kita bisa membahas masalah diri kita masing-masing, yang kedua kita bisa bicara mengenai Indonesia. Mungkin kita bisa juga bicara mengenai diri kita dengan Indonesia, kerjaan kita disini dengan Indonesia. Saya akan persilahkan teman-teman untuk entah apa itu bertanya, apa itu menggugat, atau juga sambat, atau apapun itu. Tapi dengan dasar begini, saya mohon dengan sangat kalian semua memiliki kewaspadaan khusus memasuki tahun 2014, terutama sebagai warga negara Indonesia. Ada kemungkinan Indonesia akan mengalami perubahan yang sangat serius di tahun ini. Baik karena situasi politik kekuasaan dan rakyatnya, baik itu situasi ekonominya, maupun karena gejolak-gejolak alam.

“Saya tidak akan mempersoalkan siapapun nanti yang jadi pemimpin, untuk lewat Pemilu atau tidak, mudah-mudahan itu adalah bentuk pertolongan Allah kepada kita. Karena bangsa Indonesia ini bangsa yang luar biasa. Merdekanya selisih 2 hari dengan Korea. Sama-sama dijajah oleh Jepang. Kemudian Jepang dibom di Hiroshima dan Nagasaki lalu Korea merdeka saat itu juga. Di Indonesia, mencari Bung Karno dulu, setelah ketemu diminta untuk langsung memproklamasikan kemerdekaan. Jadi peristiwa dan nasib bangsa Indonesia dan Korea itu sama. Tapi kalau kita lihat dari SDM dan SDA-nya, Indonesia seharusnya sangat lebih unggul dibandingkan dengan Korea, tetapi yang kita lihat saat ini Korea jauh lebih maju. Karena di Indonesia tidak ada penataan yang baik, tidak ada pemerintahan yang baik. Sekarang ini saja, KPK sudah menangani 387 kasus. Laporan yang masuk ratusan ribu jumlahnya, sehingga sangat banyak kasus-kasus yang tidak akan tertangani sampai Pemilu nanti. Ditinjau dari satu kasus, itu yang korupsi sebenarnya banyak. Tidak ada korupsi sendirian, biasanya bersama-sama.

“Dan tingkat ketidaktertataan ekonomi dan politik kita sudah sedemikian rupa, sehingga rakyat harus sangat mandiri. Dirimu harus berhemat. Kalau nanti terjadi krisis pangan pertengahan tahun ini, kasihan anak istrimu dirumah, jadi kalian harus punya kesiapan. Hemat uangnya, jangan dipakai untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Kalau terjadi evakuasi-evakuasi, kalian juga harus siap. Kalau terjadi kegagalan Pilpres, kalian juga harus siap. Faktornya sangat banyak, saya tidak bisa cerita seperti presentasi politik. Tapi saya cuma mengingatkan, bisa terjadi hal-hal yang tidak kita duga-duga di 2014. Makanya setiap keluarga harus siap menghadapi situasi yang sifatnya tidak normal, tidak biasa.

“Sekarang ini sekjen ESDM, kementrian ESDM sudah di tersangkakan. Itu berarti kalau ditelurusi ada di menterinya. Karena tidak ada, Sekjen bisa korupsi menterinya tidak tahu. Kalau sampai menterinya kena, itu berarti bisa sampai ke Cikeas. Tapi sebenarnya, mbahnya rampok itu belum tertangkap hingga sekarang. Di Jawa Timur itu ada korupsi 50 T dalam 7 tahun. Dan itu masih belum bisa dipegang oleh KPK hingga hari ini. Artinya, Indonesia ini sedang berada di situasi genting. Saya tidak berani ngomong apa-apa, saya cuma mengingatkan kalian supaya berhati hati.”

IMG_3214

Cak Nun kembali mengingatkan, “Jadi saya hanya ingin mengatakan kepada kalian, kalau kalian dapat penghasilan banyak di Korea ini, bersyukurlah kepada Allah, dan simpanlah dengan hemat supaya bisa menjadi alat evakuasi, kalau sewaktu-waktu keluargamu dalam keadaan darurat. Yang penting kalian hemat, siap-siap ekstra ketat daripada sebelumnya. Yang pasti Indonesia harus mengalami perubahan, kalau tidak, kasihan anak-anak kalian. Banyak orang disini yang tidak mau pulang kan? Karena kecewa, karena tidak merasa aman, karena di Indonesia tidak jelas. Disini polisi beneran, tidak ada orang yang bohong. Tidak berani melanggar. Sistemnya membuat orang jujur. Di Indonesia hampir tidak mungkin berbuat jujur. Jangan sampai kehilangan nasionalisme Indonesia, tapi juga jangan sampai penghasilanmu dirampok oleh siapapun di Indonesia. Kalian semua ini memang tidak gampang posisinya, saya paham kenapa dirimu tidak mau pulang. Paham pol. Seumpama aku jadi kamu yang saya juga ndak mau pulang. Cuma karena tugas saya adalah menampung semua. Jadi saya harus pulang balik kesana kemari.

“Saya tidak perlu menasehati kalian apa-apa. Tapi ingatlah keluargamu di Indonesia, tidak mudah hidup di Indonesia sekarang. Saya tidak anti pemerintah. Saya melawan Soeharto, tidak berarti saya anti Soeharto. Saya banyak kritik kepada SBY diawal-awal pemerintahannya, bukan berarti saya anti dia. Saya nolongin dia untuk macam-macam info mengenai beras, mengenai minyak goreng. Tapi saya tidak bisa menolong lagi pada periode kedua, karena beliau menurut saya sudah tidak bisa mengendalikan dirinya. Tapi jangan senang dengan jeleknya orang. Jangan dirayakan.

“Sudah, yang penting disadari ini baik ini buruk, ini benar ini salah, tapi tidak kita rayakan. Dari semua itu, di Indonesia juga ada masalah yang mengancam, yaitu perpecahan rakyat. Perpecahan itu bisa karena Parpol, perpecahan bisa karena aliran-aliran Islam baru di Indonesia, yang mengharam-haramkan, mengkafir-kafirkan, membidah-bidahkan, yang itu semua bukan karena yang bersangkutan ingin mengkafirkan, tapi itu semua bayaran di-setup oleh Israel, yang dibayar oleh Saudi, yang melaksanakan Amerika Serikat. Kamu dipecah belah. Sebab kalau kamu rakyat Indonesia kompak, seluruh dunia tidak ada yang bisa mengutik-utik. Yang pertama dipecah belah adalah umat Islam, NU dan Muhammadiyah saling buruk jelekkan, syiah sunni saling buruk jelekkan, kalau umat islam pecah Indonesia bubar. Makanya harus sabar kepada teman-teman itu yang suka lancang mulutnya, mengakafir-kafirkan orang. Sebab yang hanya berhak untuk mengkafirkan memuslimkan orang itu hanya Allah, sampeyan sama saya saja itu tidak tahu saya itu muslim apa bukan. Tidak berarti karena saya diundang pengajian maka saya muslim. Jadi urusan islam, kafir atau musyrik, itu urusan Allah. Karena letaknya tidak kelihatan, karena letaknya ada didalam hati dan pikiran.

“Saya tidak mau rakyat Indonesia dipecah, tidak mau umat Islam dipecah. Jaga persatuan kesatuan, apapun namanya. Pokoknya jangan sampai bentrok. Kalau sampai rakyat Indonesia bentrok, yang senang itu Israel, yang senang itu perampok-perampok internasional. Akan dihabisin emasmu di Jawa Timur, untuk pemilu 2014, setelah Freeport dihabisin, sekarang di Banyuwangi-Jember dihabisin juga, Kalimantan dihabisin hutannya, tambangnya dihabisin. Itu milik kamu semua. Korea itu aslinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Indonesia. Maka pemimpin kita yang akan datang mudah mudahan yang memilih adalah Allah SWT. Mudah-mudahan pertemuan ini membuat jalan hidupmu lebih baik, lebih berkah, lebih melimpah rizki, lebih gembira hatinya, dan lebih akrab satu sama lain, tidak saling meniadakan dan membuang buang diantara kalian semua. Amin.”

Kalau bangsa Indonesia ini normal, mengerti kemampuannya, mengerti kekayaan sumber daya alamnya, mengerti kualitas sumber daya manusianya, lalu manajemennya bener, pemerintahnya beritikad baik, presidennya sayang sama rakyatnya dan mengerti potensi rakyatnya, maka seluruh dunia tidak ada yang bisa melawan.

SESI TANYA JAWAB

Setelah memberi paparannya, Cak Nun membuka sesi tanya jawab, yang dimulai dari Mas Yanto TKI asal Bantul yang menanyakan: Apakah yang disebut dengan kebenaran menurut diri kita sendiri, kebenaran banyak orang dan kebenaran yang sejati? Kemudian mengenai masalah tato itu hukumnya gimana di agama?

Pertanyaan selanjutnya dari Mas Kuswanto TKI asal Kebumen terkait apa hukumnya berjualan di masjid? Kemudian disambung dengan pertanyaaan dari Mas Amziral asal Brebes: Apakah orang nasrani dan yahudi itu disebut ahli kitab kita merujuk Al-Maidah ayat 5? Selain itu ada juga pertanyaan terkait tentang situs padang, sejarah Indonesia peninggalan Sulaiman, meminta pendapat Cak Nun tentang sejarah bahwa Indonesia adalah tanah para nabi?

Cak Nun mengelaborasi beberapa pertanyaan dari jamaah tersebut, “Kalau bisa hubungan anda sama Allah yang sifatnya sangat privat, jangan dihalangi oleh apapun, jangan diganggu oleh apapun, kecuali oleh kesungguhan imanmu. Jadi diantara anda sama Allah jangan ada saya, negara, NKRI, jangan ada apapun. Harus murni anda sama Allah. Termasuk jangan ada selain Rasulullah.

“Karena yang wajib ditaati itu Allah sama Rasulullah, tapi selain Allah sama Rasulullah itu belum tentu untuk ditaati. Harus dilihat-lihat dulu, dihitung-hitung dulu. Maka ayatnya: atimullah, wa atimu rasul, wa ulil amri minkum. Yang ada atiu hanya Allah sama Rasul, tapi setelah itu ulil amri tidak ada atiu-nya. Menurut saya itu sign (tanda), tanda dari Allah bahwa yang selain Allah dan Rasulullah untuk kamu taati itu, jangan tidak memikirkannya tidak memperhatikannya, harus dilihat-lihat dulu. Jadi termasuk saya, jangan taat kepada saya, tidak aman taat kepada saya.

“Makanya banyak baca Quran meskipun ndak bisa, kalo ndak bisa baca, pokoknya liat saja. Yang menilai Gusti Allah, pokoknya saya liat-liat, saya cium-cium. Sudah senang itu Gusti Allah. Syukur kapan-kapan mulai belajar membaca benaran.

“Yang pertama tentang kebenaran. Enaknya hidup manusia itu karena kita disuruh berproses terus menerus, berjuang mencari kebenaran. Sehinggga kita selalu punya peluang untuk memperbaiki terus-menerus. Artinya kalau anda sudah tahu kebenaran yang sejati, yang terang, itu namanya bukan hidup di dunia. Nanti kalau anda sudah tidak hidup di dunia baru anda tahu kebenaran yang sejati. Kalau sekarang kebenaran itu ya benarnya diri kita sendiri, benarnya orang banyak seperti demokrasi Pemilu NKRI, itu kedua-duanya belum tentu benar, maka kita selalu berkembang mencari kebenaran yang sejati. Nah itu gunanya sekolah, gunanya berdebat, berdiskusi dan seterusnya. Dan jangan ada yang mengklaim. Sak bener benere awakmu lak iku benermu. Sebener benere aku lak iku aku. Tapi ada pula yang sejati itu adalah kebenaran Allah. Itu terus menerus kita cari, satu satunya bekal adalah ayo saling berendah hati satu sama lain, jangan mengklaim bahwa kamu yang paling benar. Kita doakan orang berbeda dengan kita mudah-mudahan dia benar dimata Allah.

“Nah sekarang kita ubah, mudah-mudahan yang dimaksud muslimin itu sampeyan semua, kayaknya yang musyrikin itu saya, sehingga saya akan memperbaiki diri saya, bener ndak? Kalau menurut orang Jawa Tengah, lebih baik mana, rumangsa bisa apa bisa rumangsa? Pasti bisa rumangsa. Kebenaran sejati adalah hadiah dari Allah supaya kita terus menerus mencari, bekal untuk mencari adalah ijtihad. Bekalnya orang Islam itu milih dari tiga hal: ijtihad, ittiba’, dan taqlid. Ijtihad itu mencari sendiri, gini yang benar, Quran saya baca, apapun saya baca, cari sendiri, ambil keputusan sendiri, tanggung jawab sendiri. Yang kedua ittiba’, kata pak ustad gini kok, kata pak yai, kata ulama, oke ikutlah asal kamu tahu siapa yang kamu ikuti. Tapi tetap itu kata ulama. Kalau bisa katamu menurut Allah dan Rasulullah. Kalau bisa Allah dan Rasulullah saja. Ada orang yang manut ustaz, manut ulama tapi tidak tahu, asal ikut-ikutan, inilah yang disebut taqlid. Anda cenderung yang mana? Nah, kalau hari ini masih ada yang ber-taqlid, tolong tingkatkan sedikit menjadi ittiba’, ikut tapi tahu yang diikuti.”

IMG_3228

Cak Nun merespon pertanyaan mengenai masalah tato, “Terkait mengenai tato ini bisa diperdebatkan sampai kiamat. Ada yang mengatakan tidak sah, ada yang mengatakan sah. Wudhu itu intinya masalah fisik apa masalah non fisik? Ini saya tidak mengatakan saya yang benar lho ya. Kita membuka jendela, melihat parameter, ukuran. Wudhu itu kan anda mencuci diri anda dari hadast atau najis. Misalnya mau ke masjid, terus kentut, sehingga mau salat harus wudhu. Yang ngentut siapa? Apanya? Trus di wudhuin apanya? Ini hanya parameter, benar tidaknya silakan. Kalau wudhu itu masalah fisik, maka yang seharusnya diusapi itu yang sumber kentut itu sendiri.” Cak Nun memberi simulasi lainnya, “Kalau yang kentut adalah pantat, yang malu siapa? Yang malu adalah wajahnya. Kentut itu masalah fisik apa masalah martabat? Jadi wajah itu, adalah kepribadian kita, wakil dari kita, maka wudhu itu adalah mencuci akhlak kita. Mencuci kepribadian kita. Nah, semoga meskipun tatoan tetep diterima Allah, karena sebenarnya yang penting adalah dia sudah berwudhu bertul akhlak dan hatinya. Saya tidak mengatakan sah atau tidak sah, saya bukan basul mashail, saya bukan majelis tarjih Muhammadiyah, saya bukan MUI, saya hanya bisa memberi cara berfikir. Jadi ini silakan diputuskan dengan akal sehat, tidak ada agama kalau tidak pakai akal.”

Merespon pertanyaan mengenai berjualan dimasjid, Cak Nun memberi jawaban, “Ini gradasinya sangat tipis. Tatanan itu dibantu oleh kebudayaan. Budaya itu penting, kenapa? Karena misalnya hadist bilang: Barang siapa beriman pada hari akhir, maka hormatilah tamu. Cara menghormati tamu kan harus pakai kebudayaan. Kebudayaan itu contohnya gini: Nyuguhi tamu harus pakai budaya, pakai cangkir, baki, silakan diminum. Itu budaya kan? Makanya agama harus diterjemahkan secara budaya. Jeans shirt-nya diukur, Warna apa, peci mau warna apa, jasnya mau pake apa. Itu semua kan budaya. Kita tidak mengelak dari pentingnya budi daya atau estetik atau art. Jadi pertanyaan berjualan di masjid tadi secara prinsip tidak pantes. Jadi bukan soal hukum. Mungkin itu soal etika saja, ndak enak rek, mosok dodolan di mesjid. Tepuk tangan di masjid itu juga tidak ada fikihnya, tetapi kepantasan, tidak enak masak tepuk tangan di masjid, sama seperti di stadion dong. Dan itu soal etika budaya yang menyangkut agama.

“Kalau di Yogya, itu ada pembagian, di selatan alun-alun ada keraton, itu politik. Di barat ada mesjid, di utara alun-alun ada pasar, di timur alun-alun ada pusat kebudayaan. Jadi ada organisasi, desain, ada politik keraton, daulah, ada masjid, ada pasar orang jualan, ada kebudayaan, semuanya bekerja sama. Jangan jualan di keraton, jangan jualan di masjid, tapi juga jangan memasjid-masjidkan pasar, tapi prinsip orang dipasar juga harus prinsip di masjid, tapi jangan dicampur adukan ndak karuan.”

Mengenai pertanyaan dari jamaah terkait mengenai ada hadist yang menjelaskan bahwa: akhirat itu adanya di pikiran, surga di pikiran, neraka di pikiran. Cak Nun menjelaskan, “Anda bertanya itu karena, anda berfikirnya materiil. Disini, di dalam gedung, disana, diluar gedung. Begitu anda melihat garis cembung cekung saja anda bingung. Jadi, surga dan neraka itu urusan diatas, beyond materi. Allah, itu ada diluar dirimu apa di dalam dirimu? Ya di dalam dirimu, ya di luar dirimu. Memang Allah kecil ada di dalam dirimu? Saya tanya, itu ada baitullah di Mekkah, disini baitullah bukan, hatimu baitullah bukan? Saya tanya lagi, memang bisa alam semesta dan kamu menampung Allah. Sehingga Allah berumah dikamu? Kan tidak bisa seperti itu cara berpikirnya. Kita semua makhluk alam semesta yang kost didalam dirinya Allah. Bener ndak? Yang berada dalam Allah. Karena Allah sangat besar, dan kita sangat kecil. Jadi, itu soal usmu, soal retorika, soal bahasa, jangan memahaminya menurut saya dengan materialisme, dan matematika. Yang penting dipahami yang dimaksudkan oleh Allah.

BANGSA BESAR, BANGSA INDONESIA

Kalau bangsa Indonesia ini normal, mengerti kemampuannya, mengerti kekayaan sumber daya alamnya, mengerti kualitas sumber daya manusianya, lalu manajemennya bener, pemerintahnya beritikad baik, presidennya sayang sama rakyatnya dan mengerti potensi rakyatnya, maka seluruh dunia tidak ada yang bisa melawan. Anda pikir secara ekonomi, kalau kita diembargo, mungkin malah bagus kita jadi konsentrasi ke kekayaan kita. Tapi sekarang kita bukan diembargo tapi dirampok habis, melalui DPR, melalui departemen-departemen, melalui bupati, dirampok habis. Sampai ada satu gubernur yang korupsinya 50 T dalam waktu 7 tahun yang tidak tertangkap sampai saat ini.

“Kalau orang Indonesia seperti anda ini, punya disiplin seperti orang Korea, tidak akan ada yang berani diseluruh dunia, akan jadi rahmatan lil alamin. Kalau orang Indonesia berkuasa, tidak suka menginjak-injak orang. Mereka ngemong, nggendong. Kemana-mana nggendong orang, ditampung diajak guyon. Makanya anda dicintai disini. Mana ada orang Korea guyon cengengesan kayak awakmu. Mereka seneng karena anda suka guyon, ngomong yang tidak-tidak kadang kadang. Melakukan sesuatu yang ndak meraka bayangkan. Itulah manusia Indonesia. Semiskin-miskinnya keadaan ekonomi di negara kita sekarang, saya ingin katakan kepada anda, masih enak hidup di negara Indonesia daripada hidup dinegara manapun,” tutup Cak Nun.

Sebelum mengakhiri maiyahan di Gimhae Cak Nun meminta Mbak Via untuk membawakan lagu Sayang Padaku, yang kemudian disambung dengan salawat dan doa oleh Cak Nun.

Comments

Comments are closed.