Maiyah, Kenduri Cinta dan Popularitas

JUNI 2019 ini Kenduri Cinta (KC) memasuki tahun ke-19. Ukuran usia yang cukup matang memasuki masa keemasan dalam konteks produktivitas.

Ribuan orang telah datang di forum ini. Ada yang rutin datang setiap bulan, ada yang datang sesekali, ada yang hanya sekali datang kemudian tidak datang lagi, ada juga yang hanya menikmati forum ini dari kejauhan, melalui dunia maya. Lihatlah betapa ramainya forum ini pada setiap gelarannya. Di area parkir Taman Ismail Marzuki, orang duduk berkumpul bersama, sejak selepas isya’ hingga menjelang subuh.

Memang tidak mudah untuk suatu entitas yang tidak hanya tampil beda, bahkan cenderung melawan arus, untuk dapat menarik minat kalau bukan dikatakan memperoleh pengikut.

Saya akan coba melakukan sedikit riset kecil-kecilan dari sisi media sosial YouTube dengan metode yang sangat sederhana, melihat jumlah viewer untuk kata kunci Cak Nun, Maiyah, Kenduri Cinta, dan Atta Halilintar.

Kita bisa melihat atau bahkan mengamati, aktifitas seperti maiyahan ini di YouTube.

Dengan kata kunci “Cak Nun” dari 10 tayangan random rata-rata dilihat oleh 49 ribu viewer.

Kata kunci “Maiyah” sendiri rata-rata memiliki viewer 49,3 ribu dari 10 unggahan secara random.

Bagaimana apabila kita memasukkan kata kunci “Kenduri Cinta”?.

Secara random dari 10 unggahan, rerata viewer di kisaran 23,8 ribu kali.

Bandingkan dengan “Atta Halilintar” misalnya dari 10 tayangan, viewernya rerata 1,86 juta.

Data diambil dari situs Youtube 13 Juni sekitar pukul 23:40 WIB. Tentu ini bisa berubah dengan cepat, bergantung pada situasi dan kondisi yang kadang menjadi trending topic.

Jadi untuk kata kunci ‘Cak Nun” dan “Maiyah” hampir sama dilihat oleh lebih sedikit 37 kali viewer dibandingkan Atta Halilintar.

Dan untuk kata kunci “Kenduri Cinta” dilihat lebih sedikit 78 kali dibandingkan unggahan “Atta Halilintar”. Sekitar setengah lebih sedikit dari viewer kata kunci “Cak Nun” dan “Maiyah”.

Apa yang dapat kita coba analisa sedikit lebih dalam dengan paparan angka tersebut?

Yang pasti baik Cak Nun, Maiyah maupun Kenduri Cinta sama-sama kalah populer dibanding Atta Halilintar di YouTube.

Apakah kekalahpopuleran ini adalah kondisi real bahwa baik Cak Nun, Maiyah, dan khususnya Kenduri Cinta benar-benar kalah dalam arti yang sebenarnya? Bahwa apa yang disampaikan oleh Kenduri Cinta sebagai Simpul Maiyah di Jakarta kontennya kalah makna, kalah manfaat untuk bekal kehidupan keseharian atau sekedar kalah populer karena bergesernya makna-makna dan nilai-nilai kehidupan dari seorang Atta Halilintar?

Bahwa yang utama dan bermakna sekarang adalah tampil di media. Entah menampilkan apa di  media, bahwa apabila tampil di media itu dianggap suatu kebenaran dan kebaikan.

Tentu kita masih dapat memperdebatkan, kenapa dibandingkan dengan seorang Atta Halilintar. Kenapa misalnya tidak dibandingkan dengan konten sejenis seperti konten-konten kajian-kajian yang lain. Hal ini dimungkinkan saja dan tak tertutup kemungkinan dilakukan di kemudian hari. Seperti yang disebutkan diatas, ini hanya sekedar riset kecil-kecilan dan sederhana. Bersama-sama suatu saat mungkin kita dapat melakukan riset yang lebih serius. Untuk saat ini abaikan saja hal tersebut terlebih dahulu dan kita lihat hasil yang ada sementara ini.

Untungnya Kenduri Cinta adalah forum independen yang tak pernah menargetkan apapun dalam artian pengikut, profit atau kembalinya modal penyelenggaraan acara rutin bulanan. Apa yang Kenduri Cinta lakukan ya menanam, menyebar benih kebaikan, memberi piweling untuk diri dan sesamanya. Dan kesini lebih kita kenal dengan forum Sinau Bareng. Sinau, belajar, adalah proses pencarian akan apa saja yang memperkaya hidup dan kehidupan. Bareng, bersama-sama, belajar bersama untuk sama-sama mencari kesejatian hidup sebagai bekal untuk keabadian. Forum Kenduri Cinta adalah forum sinau bareng, dimana seluruh yang hadir mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan pandangannya tentang apa saja. Apabila terjadi perbedaan, yang hadir dalam forum tersebut juga lah yang akan saling mengkoreksi, meluruskan, dalam suasana sedulur yang hangat dan saling menguatkan.

Dan forum ini sudah berjalan 19 tahun dan memasuki edisi ke-202 Jumat 14 Juni  2019 ini. Forum yang multi apapun, menerima apa dan siapapun, tanpa sponsor dari mana dan siapa pun, tanpa kepentingan apapun kecuali menebar benih kebaikan sesama. Sembilan belas tahun yang penuh dengan dinamika yang memperkaya jiwa dan karakter para penggiat dan jamaah yang hadir. Sungguh forum yang seharusnya ada dan dipertahankan karena ia penyeimbang, penyelaras, pengayom di tengah-tengah masyarakat Jakarta yang semakin kering akan nilai-nilai.

Memasuki edisi ke-202, dan Kenduri Cinta tetap konsisten atau istiqomah pada penyampaian nilai-nilai untuk kebaikan bersama. Dan selama 19 tahun, forum ini sunyi dari pemberitaan media arus utama. Berita, kabar dan informasi yang jauh dari prioritas kalau tidak dikatakan “sampah” lebih sesak memenuhi halaman utama media arus utama. Semboyan bad news is a good news diterapkan dengan sangat baik. Ditambah dengan makin terbukanya keran komunikasi dan informasi. Setiap individu memilliki akses untuk mencari dan mengunggah informasinya sendiri, baik dia melakukan atau tidak tabayyun kepada sumber tertentu ataupun sekedar pendapat pribadi.

Perubahan ini memang tak terhindarkan, kebijaksaan diri kita lah yang dipertanyakan. Mengutip apa yang disampaikan oleh Simbah Nun, pencetus maiyah yang juga tentunya Kenduri Cinta, bijaksana terhadap yang kita ketahui dan rendah hari terhadap yang kita tidak mengetahuinya.

Semoga Kenduri Cinta dapat terus istiqomah ke depannya dalam penyampaian nilai, sesuai semboyannya, “Merangkai Nilai Merajut Makna”. Penggiat akan terus datang silih berganti, menghidupi dan belajar dari Kenduri Cinta, bukan hidup dari Kenduri Cinta. Karena mendapat hidup dari Kenduri Cinta adalah efek barokah serta rahmat dari Alloh semata bukan tujuan utama. Ketika kecintaan pada nilai merasuk dalam jiwa setiap penggiat, mereka akan selalu bertanya, “apa yang bisa kuberikan untuk Kenduri Cinta?”.

Selamat ulang tahun Kenduri Cinta ke-19. Semoga para penggiat semakin produktif dan terus istiqomah bermaiyah kepada diri dan sesamanya.