Maiyah Amerika: Hari Terakhir di Amerika

KULIAH SUBUH KEDUA di IMAAM Center yang merupakan agenda acara terakhir di Washington DC sudah selesai. Teman-teman Masjid Al-Falah Philadelphia turut hadir dalam kuliah subuh tersebut. 28 September pukul dua dini hari mereka berangkat dari Philadelphia menuju Washington melalui perjalanan darat sekitar 3 jam untuk menjemput Cak Nun sekaligus mengejar bisa ikut kuliah subuh di masjid IMAAM.

Ya, agenda Cak Nun dan Bu Via selepas di Washington DC adalah kembali lagi ke Philadelphia. Di Philadelphia agendanya tinggal satu yaitu pertemuan atau silaturahmi dengan teman-teman pengurus Masjid Al-Falah sekaligus pamitan untuk kembali ke tanah air pada esoknya 29 September 2015.

Usai kuliah subuh tadi Cak Nun dan Ibu Via dijamu sarapan pagi di IMAAM Center. Setelah itu beliau berdua bergerak ke KBRI Washington DC. Teman-teman KBRI Washington DC sejak hari pertama sudah ingin sekali dikunjungi Cak Nun dan Ibu Via. Dan beliau berdua memenuhi harapan mereka. Di KBRI ini Cak Nun dan Ibu Via diajak masuk ke dalam dan melihat-lihat gedung, bangungan, dan ruang-ruang yang ada di dalam lingkungan KBRI.

Macam-macam obrolan yang berlangsung dengan pihak KBRI saat itu. Ada yang tentang Nyi Roro Kidul, Jenglot dan yang sejenis. Ini bermula dari kisah-kisah dunia lain yang melingkupi bangunan KBRI Washington DC yang sudah berdiri sejak 1903 ini. Obrolan kemudian mengalir ke soal media sosial di mana dalam bahasa Maiyah ada fenomena yang bernama sop buntut. Yaitu, nyuplik-nyuplik seenaknya sendiri dengan melepaskan konteksnya dan biasanya untuk kepentingan si penyuplik. Banyak pemikiran atau ungkapan-ungkapan Cak Nun dipotong untuk kepentingan tertentu.

Dari KBRI, Cak Nun dan Ibu Via beserta panitia dan teman-teman Al-Falah Philadelphia berkeliling kota Washington, di antaranya mampir ke Gedung Pentagon. Hari sebelumnya beliau berdua juga sempat diajak mengunjungi Gedung Putih atau White House. Dan suasana di Gedung Putih saat itu salah satunya adalah terlihat sekelompok orang sedang melakukan aksi unjuk rasa atau demo.

Di Gedung Putih ini secara tidak sengaja Cak Nun dan Ibu Via sempat bertemu dengan Mas Dicky. Ia berasal dari Kepanjen Malang dan menikah di Minomartani Yogyakarta. Sekarang Mas Dicky tinggal di Washington dan bekerja sebagai mekanik atau montir Air Force One, yang merupakan pesawat kepresidenan AS.

Selesai menyusuri kota Washington DC, Cak Nun dan Ibu via kembali menuju Philadelphia melalui perjalanan darat selama tiga jam. Dan mengisi waktu perjalanan ini, beliau berbincang-bincang ringan dengan pengurus Masjid Al Falah yang menjemput beliau. Tiba di Philadelphia, malam hari 28 September Cak Nun dan Ibu Via berkumpul di masjid Al Falah bersama para pengurus, sekaligus untuk pamitan kembali ke Indonesia.

Tanpa terasa rangkaian sejak tanggal 19 September sudah tiba di penghujungnya dan telah dilalui dengan baik. Selama meng-handle dan menemani Cak Nun dan Ibu Via, teman-teman tak hanya mendapatkan ilmu dan pengalaman berharga, tetapi kedekatan silaturahmi dengan beliau berdua. Itulah sebabnya, setelah rangkaian panjang itu, usai kumpul-kumpul di Masjid Al-Falah tadi, salah satu di antara mereka memberanikan diri memijit kaki Cak Nun. Dia ingin mengurangi capek-capek di badan beliau, meskipun sejauh ini beliau selalu fresh, sama seperti beliau selalu segar meskipun dari malam ke malam harus bergiliran maiyahan dari satu tempat ke tempat lain di tanah air.