Kenduri Cinta, Rumah Sejuk di Jakarta

ADA BANYAK cerita cinta yang menginspirasi kita. Cerita yang tidak hanya dilakoni oleh antar sesama manusia, tetapi juga antara manusia dengan makhluk lain. Manusia dengan binatang, manusia dengan tumbuhan, bahkan manusia dengan sebuah tempat.

Di Jepang, siapa yang tak pernah mendengar kisah cinta dan kesetiaan yang begitu memilukan antara seekor anjing dengan tuannya, yang mana si anjing semasa hidupnya begitu setia menemani dan selalu menanti kedatangan sang Tuan diseberang stasiun tempat kedatangan Tuannya selepas bekerja di kota lain. Bahkan kisah anjing yang sangat setia dan mencintai tuannya ini diabadikan dalam sebuah maha karya, dibangunlah patung Hachiko -nama dari anjing tersebut-, diseberang stasiun Shibuya tempat si anjing Hachi menanti profesor Ueno -sang tuannya-.

Di Jakarta, saya menemukan interaksi cinta dan kesetiaan yang tak kalah mengharukan dengan kisah Hachiko. Sebuah rumah yang menurut saya dibangun begitu kokoh dengan fondasi cinta dan keistiqomahan dari semua elemen yang ada didalamnya. Semua! Iya, semua!

Rumah ini terletak di tengah padatnya hunian dan ramainya Jakarta. Namun seolah sudah menjadi jodoh, justru karena terletak di pusat keramaian inilah banyak orang bernaung di dalamnya. Mencari keteduhan dan kenyamanan, menemukan kehangatan dan melepas dahaga kerinduan akan kehadiran sosok yang dicintai menjadi alasan bagi mereka, para pendatang, singgah ditempat ini.

Dimulai dari para penggiatnya. Saya menyaksikan sendiri, bagaimana setiap Jumat minggu kedua para penggiat sudah sejak sore mempersiapkan pelayanannya. Ya, mereka semua adalah pelayan. Bagaimana mungkin tenda akan berdiri sendiri? Bagaimana mungkin alas duduk akan tergelar sendiri? Sound system, lampu, juga perlatan lain tidak akan mungkin berfungsi dengan sendirinya tanpa ada operatornya bukan? Poster juga tak akan bisa terpasang tiba-tiba dengan sendirinya pula. Semua membutuhkan pelayan dengan sistem kordinasi yang terorganisir pastinya. Dan pada “bangunan” ini, saya yakin sudah memiliki sistem itu dengan sangat baik dan penuh cinta.

Ketika malam tiba, sesuai dengan hasil koordinasi, mereka yang telah ditunjuk duduk di panggung dan memulai acara. Rangkaian demi rangkaian rundown dilalui dengan baik. Hadirin terus berdatangan memadati area panggung. Mereka yang hadir beragam latar belakang. Pedagang, PNS, petani, pilot, penjual koran dan berbagai profesi lainnya tidak menjadi penyekat untuk ikut duduk melingkar mengikuti setiap hembusan ilmu yang disampaikan para narasumber. Ya, bangunan ini berupa sebuah forum dengan seribu podium. Siapapun yang hadir boleh mengemukakan pendapatnya.

Di sisi lain, ada mereka yang mencari berkah dengan berjualan didalam “bangunan” ini. Ibarat Tumbu Ketemu Tutup, kehadiran pedagang ini seolah menjadi pelengkap. Mereka berlalu lalang menjajakan dagangannya. Ada yang menggunakan suara klinthingan, ada yang menawarkan dengan berteriak, ada juga yang menggunakan bel-bel yang mereka ciptakan sendiri. Anehnya suara-suara ini tidak mengganggu dan tidak mengurangi kekhusyukan mereka yang ngaji di forum ini. Saya sendiri adalah salah satu penikmat Tahu Gejrot ketika hadir disini. Dan belum sampai tengah malam, dagangan Pak Tahu Gejrot selalu sudah ludes tak bersisa. Barakallah!

Juga hal yang tak kalah menarik setiap perhelatan forum ini digelar, selalu ada saja donatur yang menyumbangkan apapun yang bisa mereka sumbangkan, ada penyumbang makanan dengan jumlah banyak sehingga bisa dinikmati para penggiat bersama-sama, ada penyumbang karpet sebagai alas duduk, juga ada yang menyumbangkan tenaga nya untuk membantu membersihkan lokasi seusai acara. Ada sesuatu yang menggerakkan mereka untuk berbuat lebih dalam forum ini, tak lain adalah sosok penggagas forum ini yang selalu menanamkan dan menebarkan cinta dan kasih sayang. Semoga Beliau –Cak Nun- selalu sehat dan diberikan panjang umur. Amin!

Rumah ini bernama Kenduri Cinta. Sesuai namanya, Kenduri adalah sebuah acara berkumpul, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan. Dalam hal ini, Kenduri Cinta menjadi wadah berkumpulnya orang-orang yang dipenuhi kerinduan kehadiran dan kasih sayang Rasulullah melalui shalawat bersama. Menjadi wadah berkumpulnya orang-orang yang penuh cinta dan ketulusan sehingga menimbulkan kerinduan di setiap bulan untuk kembali melingkar. Juga menjadi ladang mencari nafkah bagi mereka para pedagang.

Bulan ini, Kenduri Cinta berulang tahun ke-18. Usia yang tidak lagi diragukan kematangannya. 18 tahun adalah waktu yang relatif panjang untuk bisa istiqomah melayani dan menjadi taman pasinaon. Selamat Ulang Tahun Kenduri Cinta! Semoga istiqomahmu tak lekang oleh waktu, dan semoga “Bangunan”mu tetap kokoh berdiri, menjadi inspirasi cerita cinta hingga usia-usia yang tak terbatas.