Kata Makna, Makna Kata

KALAU KITA tidak tepat, kurang teliti dan rendah kewaspadaan-nya, bisa jadi dalam memaknai sebuah kata atau sebuah peristiwa menjadi bergeser dari makna yang semestinya. Kalau dalam pemaknaan suatu kata tidak tepat, maka dapat dipastikan maksud dari rangkaian kata-kata dalam kalimat yang kita gunakan tidak sampai ke orang lain. Karena kurang teliti dalam menyikapi, jadinya banyak hal yang tercecer sehingga apa yang menjadi sikap-tanggap kita kurang komprehensif. Kalau kita dalam memaknai sebuah peristiwa kurang waspada, penyikapan kita kepada peristiwa itu kemungkinan besar akan salah-salah.

Setiap waktu informasi-informasi berupa text, gambar, maupun audio-video disebarkan melalui berbagai media disekitar kita. Oleh para penyebar informasi, informasi dikemas sedemikian rupa sebelum kita terima. Melalui berbagai media baik cetak, elektronik dan internet, informasi yang sudah dikemas disebarkan di tengah masyarakat memadukan berita dan opini. Berita dan opini yang sudah bercampur itu disebar supaya perhatian kita dapat ditarik menggunakan media-media yang mereka kuasai.

Propaganda yang sampai sekarang masih ada, ditujukan supaya opini dan tanggapan publik terhadap sebuah kata atau sebuah peristiwa dapat diarahkan. Opini publik dibentuk melalui serangkaian informasi yang disebarkan bertubi-tubi dan secara masif. Sebaliknya informasi yang bertentangan dengan opini yang sedang dibangun sedapat mungkin diredam. Sehingga lambat laun opini publik akan terkondisikan.

Propaganda memang bertujuan politis, namun ketika titik-berat persoalan masyarakat berada pada perihal ekonomi, maka propaganda hadir dalam bentuk iklan-iklan produk industri. Padahal propaganda pada awalnya adalah program pemerintah yang ditujukan untuk memperkuat eksistensi negara atas bangsa, menumbuhkan nasionalisme ditengah masyarakat dan juga sosialisasi program-program pemerintah. Disisi lain, propaganda digunakan oleh partai-politik untuk menghimpun dukungan dan aspirasi rakyat dalam usaha meraih kekuasaan-pemerintahan atau sebaliknya dalam rangka mengkritik pemerintah yang sedang berkuasa.

Sebagai contoh seperti pada zaman pemerintahan Soeharto, Departemen Penerangan dibuat oleh pemerintah agar opini publik dapat diarahkan supaya mendukung program-program pemerintah. Kata ‘penerangan’ disini digunakan padahal maksudnya adalah ‘pengarahan’. Realitanya penyamaran bahkan penggelapan informasi yang dilakukan Departemen Penerangan berhasil mensamarkan makna antara pemerintah dan aparat-negara.

Dengan maraknya group-group media online, setiap orang dengan mudah menjadi sumber dan penyebar berita atau-pun opini. Inisiatif menyebarkan informasi tidak jarang sekedar didasari keinginan iseng-iseng untuk lucu-lucu-an menarik perhatian anggota group. Yang terjadi informasi yang disebarkan seringkali menjadi tidak penting, lantas kita biarkan informasi itu berlalu begitu saja. Padahal tidak jarang Informasi yang bersifat penting berada dan tenggelam dalam campur-aduk banjir informasi yang kita terima.

Banjir informasi ‘sampah’ ditengah masyarakat dihasilkan oleh mesin-mesin propaganda yang otomatis tanpa kesadaran tersebar melalui media on-line. Banjir informasi itu mampu meredam informasi-informasi yang bersifat lebih mayor mengenai persoalan masyarakat. Hari-hari ini ada peluru-peluru kata yang mengepung masyarakat bagaikan pasukan siluman yang mengepung, mengurung dan menyandera masyarakat. Ada cyanida, patologi, toksikologi, aspat, padepokan, spiritual, mengusir atau memanggil jin, karomah penggandaan uang, dana amanah Bung Karno, trans-dimensi, tax amnesty, dan ratusan kata lainnya.