Mukadimah DEMOKRASI JARAN KEPANG

KONON KATANYA hanya manusia yang berwadah besar yang mampu menerima, menyimpan dan meraga kan energi yang datang dari luar masuk kedalam dirinya. Sebut saja kesaktian. Diantara sekian banyak kesaktian yang dimiliki perjalanan panjang peradaban manusia adalah transformasi energi luar ke dalam dirinya atau ke diri orang lain. Dan diantara sekian bangsa yang ada didunia ini hanya bangsa Indonesia yang nuansa magis dan fenomena mistik masih sangat kental.Dalam kesenian asli Jawa misalnya. Kuda lumping, jaran kepang atau jathilan memakai daya magis tertentu sehingga pemain bahkan penonton pun ikut mengalami keadaan tidak sadar sehingga melakukan hal yang diluar logika manusia umum. Seperti makan beling, mengamuk, memegang api tanpa terbakar, kebal senjata tajam, meminum minyak tanah dan sebagainya. Fenomena tersebut kita menyebutnya kesurupan atau ‘ndadi‘. Ketika dalam proses ‘ndadi‘ itu manusia tidak sadar, tidak mengerti apa yang ia perbuat. Bahkan tidak merasakan apa yang tengah ia kerjakan. Meski terlihat dia dengan raganya tapi sejatinya bukan dia.Diluar pertunjukan kesenian jaran kepang tadi, dalam skala kecil kita seringkali disodorkan oleh hal hal yang membuat kita kesurupan. Kesurupan infotainment, berita politik, korupsi, bencana, sepakbola, trending topik, media sosial, gosip tetangga atau apapun yang membuat manusia tidak sadar, latah, lupa bahkan gila.Dalam skala besar nasional negara Indonesia, kita mengalami kesurupan yang tidak kunjung sadar bangun dari ketersurupan sejak bertahun tahun lalu semisal kesurupan mekanisme bernegara seperti demokrasi, HAM, kesetaraan gender dan sebagainya. Indonesia kini ‘ndadi‘ demokrasi. ‘Ndadi‘ sangat menghayati isu Hak Asasi Manusia. ‘Ndadi‘ pejuang hebat menyamaratakan hak pria dan wanita. Oleh karena wadah energi manusia sangat besar maka ketika proses ‘ndadi‘ demokrasi, kita jadi lebih demokratis dari siapapun sehingga pemilu sampai pilkada patut diselenggarakan dengan sangat serius dan dana besar. Kita juga menentukan besarnya prosentase kuota khusus untuk prempuan di perangkat negara. Bahkan sudah pernah ada pemimpin Indonesia seorang perempuan.

Ndadi-nya manusia Indonesia pasti lebih gila. Lha wong Amerika saja sejak dua ratus tahun mereka berdiri sebagai Negara belum pernah ada sampai hari ini yang memimpin negaranya seorang wanita. Kita juga tidak pernah menghitung berapa persen wanita yang duduk di parlementer mereka.

Bukan hanya itu saja, kalau dalam pertunjukkan kesenian jaran kepang kita saksikan orang memakan beling dan benda benda kecil, kini kita makan kaca yang lebih besar sak mobil-mobilnya. Sekalian makan aspalnya juga. Bukan hanya minum minyak tanah sebotol, tapi kita juga minum bensin, solar, gas sekaligus pengeboran minyaknya dikokop. Belum cukup pertunjukan selesai kemudian makan ribuan ton sapi, tank, kendaraan mewah, stadion olahraga dan masih banyak lagi sekaligus makan manusianya.

Betapa manusia Indonesia mempunyai potensi sangat besar melakukan itu semua. Betapa manusia Indonesia mempunyai energi luar biasa. Sayangnya keadaan ‘ndadi’ seperti itu semakin di cambuk akan semakin gila. Sebenarnya energi manusia bangsa Indonesia yang sangat besar itu akan sangat indah, cantik dan menawan melakukan tarian-tarian yang mempesona siapapun jika masih mengendalikan jaran. Masih mengendalikan kuda sebagai simbol nafsu manusia itu sendiri. Masih mampu mengendalikan keinginan. Seperti halnya dalam kesenian jathilan tadi, alunan musik berubah naik ritmenya menciptakan suasana menyeramkan ketika penari lepas dari kudanya. Kemudian mengamuk dan memakan apa saja.. Ndadi apa saja.. Ndadi presiden, pemimpin parpol, macan, monyet, genderuwo, kuntilanak, babi ngepet dan segalam macam bentuk jadi-jadian.

Maiyah Kenduri Cinta sebagai wadah yang besar berkehendak untuk tidak membiarkan diri menjadi tunggangan yang liar, tapi menjadi bahtera yang dapat mengantarkan menuju pantai harapan kemuliaan.