Kenduri Cinta
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak
No Result
View All Result
Home Esensia

Jadilah Koruptor Yang Elegan dan Memberi Teladan

Rony Oktavianto by Rony Oktavianto
May 15, 2025
in Esensia
Reading Time: 3 mins read
Jadilah Koruptor Yang Elegan dan Memberi Teladan

Daftar kasus korupsi di Indonesia terus bertambah. Masyarakat seperti diajak menyaksikan sebuah serial panjang drama tanpa akhir. Ironis, semakin besar kerugian negara, semakin cepat kita lupa siapa pelakunya.

Baru satu kasus ditangani, muncul lagi kasus yang lebih mencengangkan. Belum sempat kaget kita pada kasus ekspor minyak ilegal, publik sudah kembali dikejutkan dengan hakim yang menerima suap dari terdakwa kasus korupsi itu. Jangan-jangan, bulan depan kita akan disuguhkan berita tentang tertangkapnya aparat yang disuap oleh hakim kasus itu. Ruwet.

Tak lagi puluhan miliar, kini kita terbiasa dengan angka triliunan, hingga puluhan triliun. Angka yang terlalu besar bahkan untuk sekadar dibayangkan.

Muncul lelucon tentang sebuah “Liga Korupsi Indonesia” dimana para pejabat bersaing dalam hal efisiensi atau pelayanan publik, melainkan dalam angka kerugian korupsi.

Sebuah bentuk ketidakberdayaan publik yang dikompensasi dengan tawa-tawa getir. Kita telah berada dalam sistem yang tak punya lagi rasa malu. Korupsi tak lagi menjadi tindakan menyimpang. Korupsi telah menjelma menjadi kelaziman.

Namun, pada keadaan yang penuh absurditas ini, saya mengajukan mimpi, sebuah harapan. Jika memang kita tidak mampu menghapus perilaku korup di negeri ini, setidaknya mari kita perbaiki kualitas korupsi kita. Jadilah koruptor yang membanggakan, penuh rasa malu dan bertanggung jawab.

Seperti yang dilakukan Menteri Pendidikan Estonia yang mengundurkan diri setelah ia terungkap menggunakan mobil dinas dan sopir kementeriannya untuk mengantar anak-anaknya berangkat sekolah.

Juga seperti Anak Perdana Menteri Fumio Kishida, Shotaro Kishida, yang mengundurkan diri dari posisinya sebagai sekretaris kebijakan eksekutif setelah menggunakan kediaman dinasnya untuk mengadakan pesta pribadi.

Ada juga, Michael Matheson, Menteri Kesehatan Skotlandia, yang mengundurkan diri setelah terungkap bahwa iPad dinasnya digunakan oleh keluarganya selama liburan di Maroko.

Bandingkan dengan Indonesia. Saat kasus korupsi mencuat, pelaku justru tampil percaya diri. Beberapa bahkan mencalonkan diri pada proses kontestasi politik berikutnya. Tak ada rasa bersalah.

Kita tidak kekurangan contoh, tetapi jelas kekurangan rasa malu.

Apa yang dilakukan para pejabat di negara-negara di atas bisa disebut sebagai “korupsi yang beradab”. Bukan karena perbuatannya benar, tetapi karena masih ada kesadaran bahwa kekuasaan datang bersama tanggung jawab moral. Sesuatu yang tampaknya semakin langka dalam politik Indonesia.

Layak-kah kita bermimpi lebih sederhana? Bukankah kita bisa sedikit berbangga, andaikata kasus-kasus korupsi di negara ini setidaknya menyerupai itu? Setidaknya, ketika korupsi terjadi, para pelaku tahu malu. Mundur tanpa perlu digiring paksa. Meminta maaf tanpa membaca naskah.

Harapan saya, dan mungkin kita semua, sederhana. Jika kita belum mampu membangun sistem yang bersih, mari setidaknya menjadi pejabat yang punya rasa malu, yang berani mengundurkan diri sebelum diadili, yang mampu menerjemahkan etika sebelum hukum turun tangan. Jadilah koruptor yang elegan, bisa memberi teladan.

Bukan karena kita memaklumi korupsi, tetapi karena kita lelah dengan arogansi, agar kita, anak-anak kita, tak kehilangan akal sehat sebagai bangsa.

SendTweetShare
Previous Post

Entrepreneur Bertumbuh: Budaya Tanding sebagai Strategi Adaptif di Tengah Tekanan Finansial

Next Post

Merenungkan Trapsila: Menjaga Moralitas Dalam Kehidupan Bersama

Rony Oktavianto

Rony Oktavianto

Related Posts

Seperempat Abad Menyalakan Cinta
Esensia

Seperempat Abad Menyalakan Cinta

June 19, 2025
Pertumbuhan tanpa Deru
Esensia

Pertumbuhan tanpa Deru

June 18, 2025
25 Tahun Kenduri Cinta Setia Menjadi Forum yang Egaliter
Esensia

25 Tahun Kenduri Cinta: Setia Menjadi Forum yang Egaliter

June 17, 2025
Menyeberangi Bara, Membawa Damar
Esensia

Menyeberangi Bara, Membawa Damar

June 15, 2025
Setelah Raja Kesembilan Belajar dari Sahabat Mbah Nun-Romo Mani, di Tikungan Zaman
Esensia

Setelah Raja Kesembilan: Belajar dari Sahabat Mbah Nun-Romo Manu, di Tikungan Zaman

June 12, 2025
Ekologi di Era Algoritma: Mengapa Kita Peduli Hanya Pada yang Indah?
Esensia

Ekologi di Era Algoritma: Mengapa Kita Peduli Hanya Pada yang Indah?

June 11, 2025

Copyright © 2025 Kenduri Cinta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Mukadimah
  • Reportase
  • Esensia
  • Sumur
  • Video
  • Karya
  • Kontak

Copyright © 2025 Kenduri Cinta