Tagged padhangmbulan

Mempelajari Hukum Rimba

Maiyahan di mana-mana di berbagai titik di Nusantara, dengan atau tanpa saya. Tidak ada panitia resminya. Tidak ada anggaran biaya resmi. Tidak ada tim keamanan. Tidak ada sponsor. Semua yang datang bersedekah untuk saling-silang kebersamaan. Mereka belajar mempraktikkan hukum rimba. Mempelajari Organisme karya Allah untuk menata Organisasi kebersamaan mereka. Hukum rimba adalah contoh organisme ciptaan Tuhan, sehingga pasti baik dan sempurna.

Yang tidak baik adalah kalau manusia berlaku seperti komponen-komponen rimba. Manusia bertindak seperti harimau memakan kijang. Manusia tidak berpikir dan pasif seperti pepohonan yang bergantung penuh pada kehendak Tuhan. Manusia mau diinjak-injak seperti tanah. Hukum rimbanya manusia bukan hukum rimbanya pepohonan dan hewan. Organisasi sosial manusia bukan organisme alam, meskipun di dalam dzat dan wujud manusia terkandung komponen alam.

Fuadussab’ah, Bulannya Cak Fuad

Begitu besar cinta Cak Fuad kepada Al Qur’an dan Bahasa Al Qur’an. Sebagian besar hidupnya, beliau dedikasikan untuk belajar, mengajar, dan berinteraksi dengan Al Qur’an dan Bahasa Al Qur’an. Kecintaan beliau terhadap Al Qur’an membuahkan anugerah Allah kepada beliau berupa kesempatan untuk menjadi bagian dari staff Pengajar di Fakultas Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Negeri Malang sejak tahun 1976, bahkan beliau juga pernah diamanahi untuk memangku jabatan sebagai Dekan di Fakultas tersebut, tanpa diketahui oleh adik-adiknya. Beberapa majalah berbahasa Al Qur’an beliau terbitkan, beberapa jurnal tentang Bahasa AL Qur’an juga beliau terbitkan dalam rentang waktu yang teratur. Organisasi Pengajar Bahasa Arab di Indonesia (IMLA) diinisiatori oleh beliau kemunculannya. Perjalanan panjang itu mengantarkan beliau untuk menjadi salah satu anggota dari King Abdullah bin Abdul Aziz International Center for Arabic Language yang berpusat di Riyadh.

PadhangmBulan Sebagai Ibu Maiyah

Sebelum reformasi 1998, PadhangmBulan seperti sebuah pijar cahaya dalam kegelapan masyarakat dibawah rezim Orde Baru. Orang-orang dari berbagai daerah berdatangan untuk mencari pencerahan. Berkumpul membahas berbagai isu-isu aktual yang berkembang di masyarakat, mencari solusi dari persoalan kehidupan masyarakat, dari yang seolah remeh-temeh hingga persoalan yang lebih luas terkait kehidupan sosial berbangsa dan bernegara, menghidupkan kembali wacana dan nilai-nilai kehidupan yang sudah terkubur oleh zaman. Sosok Cak Nun yang saat itu begitu dikenal oleh masyarakat Indonesia melalui tulisan-tulisan yang bernas di kolom-kolom surat kabar nasional dan menjadi narasumber di berbagai forum diskusi, merupakan titik pusat daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk turut hadir di PadhangmBulan setiap Bulan Purnama di Menturo. Bahkan pada satu masa, jamaah PadhangmBulan pernah mencapai hingga 50.000 jiwa, berkumpul di Menturo. Dan hingga hari ini, PadhangMbulan masih menjaga kontinyuitas menebarkan nilai-nilai kehidupan itu. PadhangmBulan semakin menegaskan bahwa Maiyah adalah sebuah perjuangan panjang.

PadhangmBulan Juli 2013

Budaya kita tidak mengakomodasi kehendak Allah, tidak memberi ruang kepada kemauan Allah. Tidak ada harmoni strategis antara fikih moral dan budaya.