Sedemikian lama tak tertanganinya khilafiyah-khilafiyah di dalam masyarakat, juga adanya bermacam pemikiran teologis-keislaman yang bersifat antarbangsa maupun yang tumbuh dari konteks lokal, ditambah tidak adanya kepemimpinan umat yang mampu memandu masyarakat dalam berperbedaan pendapat dan disertain semakin bebasnya setiap individu mengemukakan omongan melalui media sosial, kadang membuat kita lupa akan rumus-rumus sederhana yang diajarkan Nabi Muhammad.
Merangkai Nilai, Merajut Makna
Tagged maiyah
Maiyah Amerika: Mencari Syafaat Nabi di Village Club House
Mengenai mencintai Kanjeng Nabi Muhammad, Cak Nun menguraikan hakikat cinta segitiga (Allah-Nabi Muhammad-Umat Islam) dengan detail penghayatan spiritual dan batiniahnya. Sampai ke hak Syafaat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad untuk siapa saja yang mencintai dan merindukan Syafaat tersebut.
Maiyah Amerika: Berburu Akik di Helen City Untuk KiaiKanjeng
Setelah cukup merasakan suasana alun-alun dan sekitarnya, Cak Nun dan Ibu Via diajak bergerak menuju sebuah kota bernama Helen City yang terkenal dengan julukan The Little Bavaria in USA.
Maiyah Amerika: Begadang Sampai Subuh di Atlanta
Tanpa sedikit pun lelah, Cak Nun melayani dan merespons pertanyaan dan rasa ingin tahu teman-teman di sana. Suatu momen yang cukup langka untuk bisa berdiskusi intensif dengan Cak Nun.
Maiyah Amerika: Agar Tidak Kehilangan Keislaman dan Keindonesiaan
Mereka mengupayakan anak-anak mereka tidak kehilangan keIslamannya dan keIndonesiaannya. Kalau tidak ada silaturahmi dan dialektika religi dan kultural, anak-anak mereka bukan tidak mungkin akan suatu saat menjadi menjauh dari Islam dan Indonesia.
Maiyah Amerika: Giliran Mengunjungi Atlanta
Cak Nun dan Ibu Via dijadwalkan akan bersilaturahmi dengan komunitas atau jamaah Muslim Indonesia Atlanta pada Jumat malam 25 September waktu setempat dalam tajuk acara Halal Bihalal Idul Adha dan Diskusi Cerdas Bersama Emha Ainun Nadjib dan Novia Kolopoking.
Maiyah Amerika: Salat Id dan Sinau Bareng
Mengenai tasawuf, Cak Nun menguraikan bahwa tasawuf itu menempatkan Tuhan sebagai sumber segalanya. Di sini, Cak Nun mengajak jamaah menyelami adagium dari khazanah sufi, “Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu. Barangsiapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”
Maiyah Amerika: Dari Philadelphia Rendah Hati Untuk Peristiwa Mina
Semua kejadian yang terbaik kita kembalikan kepada diri (personalitas denga alat tool identitas/fungsi/perilaku/manfaat) kita masing-masing. Selebihnya, posisi manusia di bumi pada koordinat doa dan harapan.
Maiyah Amerika: Halal Food di Seputaran Pusat Pengendali Ekonomi Dunia
Dari kantor Perwakilan BI di New York, 23 September siang, Cak Nun dan Ibu Via bergerak ke Manhattan. Di sana, beliau berdua melihat-lihat suasana kota, dan utamanya suasana di jalanan. Di pusat Manhattan, beliau berdua melihat penjaja-penjaja Halal Food berjajar. Dalam hati mungkin Cak Nun berpikir, ‘Nah ini baru benar, label atau penanda halal diperlukan di negara non-muslim.’ Di area wisata bencana WTC, konter-konter atau kedai Halal Food juga sangat mendominasi.
Maiyah Amerika: Kehangatan Kepala Baru Perwakilan BI di New York
Ayat 147 Surat al-Baqarah ini berbunyi: wa likullin wijhatun huwa muwalliha fastabiqul khoirot… Berbeda dengan penerjemahan umumnya, Maiyah menafsirkan atau memahami ayat ini dengan pengertian bahwa setiap diri/orang/siapapun (universal) punya pandangan yang dicenderunginya. Tapi apapun pandangannya itu, yang penting output-nya adalah setiap diri tadi memberikan atau menyumbangkan kebaikan.