Silaturahmi Nasional II Penggiat Maiyah

Usai maiyahan dengan tema Buntu di Desa Jumbleng (7/11), Muntilan, Harianto sebagai perwakilan Isim Maiyah menginformasikan hasil rembug internal Isim Maiyah kepada Keluarga Maneges Qudroh yaitu menjadi tuan rumah Silaturahmi Nasional Penggiat Maiyah II (Silatnas II), sebagai lanjutan dari Silatnas I di Baturaden yang diadakan pada akhir tahun 2014 lalu. Keluarga Maneges Qudroh pun menyambut tawaran tersebut. Setelah rapat perdana pada 10 November 2015, panitia bekerja keras seiring waktu acara yang telah ditentukan sebelumnya yaitu pada tanggal  4-6 Desember 2015.

Perhelatan besar Silatnas II pun tiba. Acara diselenggarakan di Tlatah Pakuning Jawa, Magelang, tepatnya di Brambang Salam Resto Salaman. Seusai Salat Jumat, berduyun-duyun para perwakilan simpul Maiyah tiba di lokasi acara dengan berbagai moda transportasi (4/12). Sore harinya, ‘upacara’ penyambutan dimulai. Tampak para penggiat Maneges Qudroh mengenakan busana tradisional Jawa. Suara gamelan terdengar semarak, selompok anak-anak dan remaja dengan kostum lengkap dan tata rias wajah unik tampak menari riang. Penggiat Maiyah berkumpul melihat kesenian daerah Waro’ Bocah besutan Komunitas Lima Gunung yang diasuh Pak Tanto Mendut.

Lebih dari 150 penggiat hadir dari berbagai simpul. Jumlah tersebut extra overload dari rencana awal yang hanya mengundang 7 orang dari 12 simpul, namun hadir menjadi 19 simpul, terdiri dari simpul Maiyah yang sebelumnya hadir pada Silatnas I: Padhang Bulan (Jombang), Mocopat Syafaat (Yogyakarta), Gambang Syafaat, (Semarang), Kenduri Cinta (Jakarta), BangbangWetan (Surabaya), Maneges Qudroh (Magelang), Juguran Syafaat (Purwokerto dan Purbalingga), Nadlatul Muhammadiyin (Yogyakarta), Paseduluran Tunggal Kareb (Tuban), Maiyah Re-Legi (Malang), Maiyah Pemalang, kini turut serta 7 simpul Maiyah baru yang terdiri dari: Jamparing Asih (Bandung), Maiyah Ambengan (Metro, Lampung Timur), Waro’ Kaprawiran (Madiun, Ponorogo, Ngawi, Magetan dan Pacitan), Maiyah Gugur Gunung (Ungaran), Suluk Pesisiran (Pekalongan), Maiyah Pasuruan, dan Maiyah Kidung Syafaat (Gemolong).

“Yang dilakukan Maiyah bukan dalam rangka untuk mengalahkan atau menaklukan siapa, melainkan terus menerus menyetorkan kebaikan.”
Cak Fuad, Silatnas Maiyah II (Des, 2015)

2015-12-04-silatnas-01 (1)

Malamnya, ditemani grup musik Jodho Kemil dari Magelang, penyelenggara membuka acara yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari ketua panitia, Dhida Rahmawan. Setelah selayang pandang tentang Maneges Qudroh yang disampaikan olah Anang, acara lalu dipandu oleh Isim Maiyah yaitu Harianto, Zakky dan Gandhie.

Harianto memulai dengan mempersilakan para juru bicara masing-masing simpul untuk menyampaikan aktivitasnya selama setahun terakhir. Secara garis besar aktivitas terbagi menjadi: perkembangan, perjalanan dan pelayanan simpul-simpul Maiyah kepada lingkungan sekitarnya beserta kendala dan hal-hal khusus lainnya, juga memaparkan tentang bentuk-bentuk pelayanan dan harapan-harapan ke depan.

Ada yang mengusulkan terbentuknya”rumah maiyah” di setiap kota, kerjasama perekonomian, bank data Maiyah dan banyak hal menarik lainnya yang kemudian dikelompokkan dalam 4 tema yang rencananya akan dipresentasikan pada keesokan paginya di hadapan Dzat Maiyah. Empat tema tersebut mewakili atas apa yang disampaikan setiap simpul, yakni: tema Maiyahan yang akan disampaikan oleh Maiyah Ambengan dan Jamparing Asih, tema Pelayanan disampaikan oleh Relegi, tema Harapan atau penataan organisasi oleh Bangbang Wetan, Perbaikan Ekonomi oleh Tunggal Kareb, Literasi oleh Kenduri Cinta dan Interaksi Sosial oleh Juguran Syafaat.

Silatnas I di Baturraden setahun sebelumnya, memiliki tema besar ‘konsolidasi internal’ para penggiat, tindak lanjut dari tema tersebut kini telah tampak, di setiap simpul Maiyah ternyata memilki dampak eksternal yang cukup signifikan, diantaranya adalah lahirnya beberapa simpul baru.

“Para pelaku Maiyah harus semakin bergembira dalam meneguhkan diri untuk terus setia menanam dan menanam.”
Nursamad Kamba, Silatnas Maiyah II (Des, 2015)

2015-12-04-silatnas-02

Di hari kedua, para peserta berkumpul di aula. Hari itu hadir Muhammad Ainun Nadjib, Ahmad Fuad Effendy dan Muhammad Nursamad Kamba. Kehadiran Dzat Maiyah di Silatnas dimaksudkan untuk mendengar langsung terkait perjalanan dan perkembangan masing-masing simpul Maiyah yang tersebar di berbagai daerah.

Setelah mendengarkan pemaparan dari perwakilan juru bicara per-tema, Dzat Maiyah memberikan paparan serta respon dari apa yang sudah disampaikan oleh perwakilan simpul-simpul. Syeikh Nursamad Kamba menggarisbawahi bahwa perjuangan Maiyah adalah perjuangan “jalan sunyi”, gelombang jalan sunyi yang dipilih oleh Maiyah sudah seharusnya menjadi kegembiraan tersendiri bagi para pelakunya. Syeikh Kamba juga sampaikan, Maiyah merupakan sebuah keberkahan bagi Nusantara, meskipun Nusantara tidak menyadarinya, tetapi hal itu bukan kemudian mengecilkan hati para pelaku Maiyah, justru para pelaku Maiyah harus semakin bergembira dalam meneguhkan diri untuk terus setia menanam dan menanam.

Cak Fuad memperkuat Syeikh Kamba, “jalan sunyi” mampu bertahan karena Maiyah berlandaskan pada dialektika cinta segitiga (Allah – Rasulullah – Manusia). Cak Fuad menjabarkan beberapa karakter para pelaku Maiyah. Para pelaku Maiyah adalah ummatan washaton, yaitu umat yang mampu berada di tengah-tengah, yang tidak memihak kepada salah satu golongan, umat yang tidak berlebih-lebihan dalam segala hal, umat yang mampu berlaku adil, umat yang selalu terbuka untuk mewujudkan dialog yang mengutamakan mencari apa yang benar, bukan siapa yang benar. Para pelaku Maiyah bahkan mampu mengejawantahkan dirinya untuk tidak menonjol-nonjolkan golongannya, NU-kah dia, Muhammadiyah-kah dia, bahkan Maiyah dalam dirinya tidak ditonjolkan, melainkan yang ditampakkan adalah kemuslimannya. Yang dilakukan Maiyah bukan dalam rangka untuk mengalahkan atau menaklukan siapa, melainkan terus menerus menyetorkan kebaikan.

Jalan Sunyi bukanlah sebuah jalan yang benar-benar sunyi, melainkan sebuah cara pandang.
Emha Ainun Nadjib, Silatnas Maiyah II (Des, 2015)

2015-12-04-silatnas-07

Cak Nun yang mengikuti acara sejak awal, tampak begitu gembira melihat geliat para penggiat yang begitu antusias mengikuti acara Silatnas Maiyah II. Cak Nun menjelaskan bahwa menyebarnya Maiyah saat ini, dengan munculnya simpul-simpul yang baru, merupakan wujud dari padatan-padatan dalam Maiyah, simpul-simpul inilah yang mengasuh Jamaah Maiyah yang sifatnya lebih cair. Lebih jauh dari itu, simpul-simpul ini juga ikut mengasuh Jamaah Maiyah yang belum berkesempatan ikut maiyahan secara langsung, tetapi sudah mampu merasakan nilai-nilai Maiyah.

Menegaskan pemaparan Syeikh Kamba, Cak Nun sampaikan, “jalan sunyi” bukanlah sebuah jalan yang benar-benar sunyi, melainkan sebuah cara pandang, Maiyah menawarkan cara pandang yang sangat berbeda dari kebanyakan. Cara Maiyah dalam melihat dan memperlakukan dunia tidak sama dengan kebanyakan orang.

Kehadiran Dzat Maiyah dalam Silatnas Maiyah II kali ini tentunya memberi suntikan semangat tersendiri bagi seluruh penggiat Maiyah. Di malam harinya (5/12), para peserta kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok untuk kemudian dipandu oleh Sifat Maiyah yakni Toto Rahardjo dan Sabrang. Peserta diminta merumuskan sejumlah rekomendasi yang kemudian akan diserahkan kepada Dzat Maiyah, untuk dikerjakan oleh Isim Maiyah.

Ahad (6/12), pembacaan rekomendasi Silatnas II oleh Isim lalu dilanjut penutupan. Sebelumnya secara simbolis dilaksanakan penyerahan kenang-kenangan dari panitia kepada peserta. Silatnas II dipuncaki dengan selawat yang dipandu oleh Cak Madjid dan Pak Verdian. Akhirnya, mata pun mulai dipejamkan sembari merasukkan setiap lafadz selawat ke dalam relung jiwa mencoba menghadirkan Sang Imam para Pejuang, Rasulullah Muhammad SAW dan para peserta pun larut dalam jamuan samudera segitiga cinta: Allah, Muhammad dan kita. Kemesraan pun semakin terasa di penghujung acara ketika seluruh peserta dan panitia saling bersalaman. Hati semakin terkembang atas rumaketing paseduluran setelah berbagai gaya di sesi foto bersama, sebelum kembali ke daerahnya masing-masing.