Silaturahmi Lintas Generasi Penggiat Kenduri Cinta

BERAWAL dari Reboan minggu sebelumnya yang diselenggarakan secara online, muncul gagasan untuk mengadakan pertemuan offline sesama penggiat Kenduri Cinta. Karena memang sudah lebih dari satu bulan tidak bertatap muka secara langsung. Pertemuan terakhir antar penggiat terlaksana bulan Juni lalu saat gelaran Maiyahan Kenduri Cinta edisi Juni 2021 di bilangan Jakarta Selatan.

Kali ini, Warung Bebek Waras Cak Topa di daerah Duren Sawit dipilih sebagai tempat pertemuan. Masing-masing yang hadir, saling menjaga dan tetap disiplin untuk taat protokol kesehatan.

Tanpa ada rancangan khusus, hanya pertemuan sederhana, agar silaturahmi tetap tersambung. Karena sudah lama tidak berjumpa, maka penggiat Kenduri Cinta kemudian spontan menghubungi penggiat-penggiat Kenduri Cinta generasi awal di tahun 2000. Yang diundang pun lintas generasi, dari generasi awal hingga generasi terkini di Kenduri Cinta. Semua yang terjangkau di data base kontak, diundang. Meskipun tidak semuanya bisa hadir. Dan tentu saja, penggiat Kenduri Cinta hari ini yang menjadi host dalam pertemuan ini.

Beberapa penggiat hadir sejak pagi, karena memang tidak dirancang sebagai pertemuan yang serius, maka masing-masing pun ngobrol mengalir saja. Satu-persatu berdatangan, nyambung saja dengan topik bahasan yang sedang diobrolkan. Sesekali gelak tawa membuncah, karena memang selalu ada saja cerita yang berkesan dari masing-masing generasi ini. Sebenarnya, pertemuan ini sudah lama digagas, namun mempertimbangkan satu dan lain hal, baru kemarin terlaksana.

Sudah satu tahun lebih setelah status pandemi covid-19 ditetapkan kita tidak bisa Maiyahan seperti biasanya di Taman Ismail Marzuki. Sejak status pandemi ditetapkan oleh pemerintah pada Maret 2020 lalu, dimana Kenduri Cinta edisi Maret 2020 adalah Maiyahan terakhir yang digelar di Taman Ismail Marzuki. Setelahnya, di bulan September 2020 memang pernah juga dilaksanakan Maiyahan Kenduri Cinta secara terbatas. Juga di bulan Maret dan Juni 2021 ini. Tentu saja Maiyahan dilaksanakan dalam konsep semi internal, karena menjaga satu sama lain.

Dinamika penggiat Kenduri Cinta sendiri sebenarnya tidak vakum sama sekali. Dengan adanya teknologi internet saat ini, tersambungnya komunikasi tetap terjaga. Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa penggiat Kenduri Cinta juga ada yang dinyatakan positif Covid-19. Melalui grup Whatsapp, semua saling tersambung dan berbagi kabar. Alhamdulillah, saat ini penggiat Kenduri Cinta seluruhnya dalam kondisi sehat wal afiat. Beberapa teman yang sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19 sudah dinyatakan negatif dari virus.

Bagaimanapun juga, penggiat Kenduri Cinta saat ini tetap menggeliat agar Komunitas Kenduri Cinta ini tetap terjaga. Reboan rutin terlaksana meskipun harus terselenggara secara online. Dengan suasana yang tentu saja sangat berbeda jika dilakukan secara tatap muka langsung. Sebenarnya, pada kondisi pandemi ini memang tidak memungkinkan untuk pertemuan secara langsung. Namun, tentu saja rasa rindu satu sama lain sesekali perlu diobati dengan pertemuan tatap muka secara langsung. Maka, pertemuan di Duren Sawit ini pun digagas dalam rangka untuk temu kangen.

Pada kondisi seperti saat ini, semua serba tidak menentu. Ketika virus mengepung kita, sementara perjuangan untuk bertahan hidup harus terus dilakukan. Dalam situasi serba terbatas karena pemberlakukan pembatasan pergerakan massa, penggiat Kenduri Cinta secara mandiri pada akhirnya tetap mampu untuk membuktikan bahwa mereka bisa survive dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Setidaknya, semua mensyukuri bahwa masing-masing masih memiliki harapan untuk meneruskan hidup.

Dalam pertemuan ini, semua saling bertukar cerita. Generasi awal mengisahkan bagaimana Kenduri Cinta bermula, ketika jamaah yang hadir belum sebanyak Kenduri Cinta beberapa tahun terakhir ini yang membludak memenuhi pelataran Taman Ismail Marzuki. Dinamika yang berkembang saat itu pun tak kalah gayengnya diceritakan. Penggiat Kenduri Cinta yang saat ini masih aktif pun tak mau kalah. Karena juga memiliki ceritanya sendiri yang juga menggembirakan untuk diceritakan. Pada akhirnya, masing-masing generasi memiliki ceritanya sendiri, namun semua menyadari bahwa kami dipersaudarakan pada satu ikatan tali silaturahmi yang sama.

Satu hal yang disyukuri bersama adalah bahwa Maiyah telah mempersaudarakan kami semua hingga hari ini. Begitu juga sosok Cak Nun yang tentu saja sangat berperan untuk merajut tali persaudaraan ini.

Kita semua berharap agar situasi saat ini segera pulih seperti sedia kala, sehingga kita dapat kembali berkumpul bersama dalam satu forum yang menggembirakan. Kita semua sudah sangat rindu dengan suasana Maiyahan. Namun, saat ini kita sedang diminta untuk bersabar, hingga situasi nanti kembali seperti sedia kala.