Rembug Persaudaraan PKBI

Sebagai bentuk persembahan untuk Indonesia yang belum lama ini tepat berusia 68 tahun, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyelenggarakan Rembug Persaudaraan bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng pada 31 Agustus 2013 pukul 20.00 WIB. Bertempat di Wisma PKBI, Jalan Hang Jebat Jakarta Selatan, acara yang terbuka untuk umum ini menurut rencana dilangsungkan selama tiga jam. Tapi karena antusiasme para peserta, acara diperpanjang hingga menjelang tengah malam.

Datang pada malam itu para relawan yang usai dan yang akan mengikuti pelatihan di Wisma PKBI, juga ada pecandu narkoba, PSK, waria, dan ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Mereka berasal dari 12 provinsi 82 kabupaten. Di samping itu, turut datang pula Ketua RW bersama masyarakat sekitar.

Untuk menyambut mereka semua, Kiai Kanjeng membawakan beberapa lagu. Setelah itu Pak Toto Rahardjo sebagai moderator mempersilahkan satu perwakilan waria menampilkan tari jaipong.

Mengingat beragamnya latar belakang dari yang hadir, lagu-lagu yang disajikan oeh Kiai Kanjeng pun sebisa mungkin merangkum keberagaman itu, sekaligus memperkuat kedekatan dengan Tuhan. Ada lagu Sajojo, Demak Ijo, Sebelum Cahaya, Gerimis Aje, Shalawat, Gelandangan, Sayang Padaku, Man on The Land, dan medley lagu-lagu daerah Nusantara.

Sejak di awal Cak Nun menegaskan bahwa selepas acara semua harus mendapatkan tambahan kemantapan hati dan kemantapan hidup. Rembug persaudaraan ini merupakan kesempatan bagi semuanya untuk memperhalus rasa kemanusiaan satu sama lain.

INI BELUM FINAL

Seperti apapun sejarah dan latar belakang kita, Cak Nun berpesan untuk jangan pernah berkecil hati. Kita cuma lewat sebentar di sini. Babak final untuk Allah menentukan siapa lulus siapa tidak lulus, siapa jaya siapa gagal, itu bukan sekarang. Di dunia ini yang perlu kita lakukan adalah terus-menerus menunjukkan ketulusan dan kesungguhan perjuangan kita. Maka di masa ini, jangan berlaku seolah-olah sudah menerima raport.

Dunia adalah kereta yang kita gunakan untuk sampai ke kota tujuan. Di sepanjang perjalanan, mungkin kita mengalami kereta mogok atau berjejal-jejal dengan penumpang lain. Ini tidak perlu membuat kita cemas karena ukuran keberhasilan kita bukanlah di kereta, tapi sesampainya kita ke kota. Sampainya kita ke kota bisa karena pilihan-pilihan yang kita ambil, tapi seringkali karena Allah memang menghendakinya sehingga Dia memaksa.

“Kalau anda dipaksa, jangan jadikan paksaan itu sebagai beban. Jadikan paksaan sebagai jalan menuju kemenangan sejati untuk diterima Tuhan.

“Saya tahu anda kerja di mana, dan saya tahu keadaan anda. Jangan berpikir bahwa saya sanggup menjadi anda, sanggup mengerjakan pekerjaan anda. Jadi jangan kagum pada siapapun. Anda cukup kagum sama Tuhan dan kepada orang-orang yang sungguh-sungguh bekerja untuk idealisme dan nilai-nilai yang memang diperjuangkan.

“Anda pikir Jokowi hebat? Emang berani Jokowi beneran lepas dari jabatan gubernur lalu ngojek? Kalau pura-pura ngojek, blusukan, itu gampang. Anda semua bahkan bukan hanya blusukan, karena memang berada di tempat yang diblusuki itu.”

Cak Nun kemudian meminta siapa saja yang beragama Katholik untuk maju dan menyanyikan lagu yang sering dinyanyikan di gereja. Setelah itu Kiai Kanjeng bersama Mbak Via membawakan satu syair salawat dalam nada lagu gereja.

Tidak ada lagu yang beragama; yang beragama itu orangnya. Lagu itu ibarat kain, yang bisa dipakai pastur dan bisa juga dipakai oleh kyai. Maka tak ada lagu Kristen. Yang ada lagu Barat yang dipakai di gereja, sama seperti lagu Arab yang banyak dipakai di masjid.

“Ini bukan mencampur-campurkan agama. Islam dan Kristen itu sendiri-sendiri, jangan dicampur. Tapi kalau mengkerjasamakan apa-apa yang berada di wilayah yang bisa dikerjasamakan (kebudayaan, ekonomi, sosial) itu bagus,” ucap Cak Nun.

Sebagai pijakan dasar jalannya dialog, Pak Toto Rajardjo meminta paling tidak ada lima orang yang urun pendapat atau membagi problem-problem yang sedang dihadapi.

Ada yang menanyakan apakah yang terjadi saat ini kemiskinan atau pemiskinan, bagaimana cara fundamental menangani perbedaan; ada yang mengeluhkan ketidakmampuan relawan menentang perilaku WTO di dalam negeri, penyerangan-penyerangan oleh kelompok FPI ke lokalisasi, ada juga yang mengharapkan televisi mampu mengajak masyarakat untuk menerima pelacur, waria, dan gay. Juga apakah mantan pelacur dan ODHA bisa diterima ibadah hajinya.

Puncak kemenangan adalah pelayanan kepada manusia lain. Tidak penting menjadi apa, yang terpenting kita selalu melayani dan membesarkan hati orang-orang lain.
Emha Ainun Nadjib

KEMISKINAN DAN PEMISKINAN

Menurut pendapat Pak Sobary, wacana kemiskinan atau pemiskinan merupakan perdebatan tahun ’70-an. Untuk sekarang ini sudah tidak perlu didiskusikan lagi masalah itu; yang penting kita jalani kemiskinan kita dengan ikhlas sampai nanti bertemu dengan apa yang namanya hikmah. Dan apa yang disebut dengan kaya juga semakin tidak jelas. Kalau menurut orang Jawa, orang yang kaya itu orang yang cita-citanya tercapai tanpa uang.

Melanjutkan apa yang sudah disampaikan Pak Sobary, Cak Nun mengatakan bahwa miskin itu baik. Yang tidak boleh adalah fakir. Kita bisa mempelajari ini dari perintah berpuasa. Lapar itu baik karena dengan lapar sel-sel kita memperkuat dirinya. Yang tidak baik adalah kelaparan.

“Bertahanlah pada situasi lapar dan makanlah menjelang kelaparan. Kesehatan terletak pada pengetahuan mengenai batas yang tepat, bukan pada kebebasan.

“Sama halnya dengan terlalu kaya itu tidak baik. Kalaupun kita tidak setuju dengan proses pemiskinan, urusannya bukan pada harta benda melainkan moral. Kita bukannya eman dengan harta yang dirampok, tapi pemiskinan itu sendiri memang merupakan tindakan moral yang buruk.

“Yang kita butuhkan sebenarnya bukan menjadi kaya, tapi berada pada posisi selalu ada ketika sedang butuh, dengan catatan butuh tidak sama dengan ingin. Ketidakmampuan manusia modern membedakan kebutuhan dengan keinginan ini yang kemudian memunculkan macam-macam kerakusan.

“Kalau soal kemiskinan atau pemiskinan, sudah jelas bahwa kita dimiskinkan. Kita bangsa yang hebat dengan alam yang sangat kaya. Berdasar informasi dari Pak Tjuk, pemandu petani-petani organik yang keliling Indonesia bersama Cak Dil, tanah Indonesia merupakan surga untuk bertani.

“Di Indonesia kita bisa bertani penuh selama 12 bulan dengan suplai cahaya matahari yang selalu memadai. Bandingkan dengan Yunani, misalnya, yang hanya bisa bertani selama 3 bulan dalam setahun. Contoh lain, di Indonesia hanya dibutuhkan waktu 3,5 tahun untuk memanen kayu sengon, dua kali lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan di Eropa.

“Kalau sampai Indonesia kompak, yang lain akan kalah semua. Maka ada usaha-usaha dari luar untuk memprovokasi kita supaya kita terus-terusan bertengkar, bodoh, dan tidak percaya diri.

“Yang tinggal di daerah dingin tentu tidak dapat mengembangkan sesuatu yang bisa dikembangkan di negara tropis. Di daerah tropis semua hidup, maka manusia paling lengkap di dunia saat ini adalah bangsa Indonesia.”

Contoh kelengkapan ini secara sederhana bisa kita lihat dari kelengkapan perbendaharaan kata dalam bahasa. Orang Indonesia mengenali rice dalam beberapa satuan pemahaman: padi, gabah, beras, nasi. Kita punya 18 nama untuk anak sapi yang masing-masing didasarkan pada umurnya. Kita juga punya 18 sebutan untuk tingkat-tingkat generasi. Begitu matangnya peradaban kita sehinga satu satuan pengertian diwakili dengan satu kata.

ADA BANYAK PINTU

Manusia sampai ke Tuhan melalui pintu yang berbeda-beda. Ada yang karena kerja kerasnya siang-malam, ada yang karena dalamnya rasa sayang kepada anak-istri, ada yang karena ketekunan menjalankan kewajiban, ada yang karena penderitaan.

Orang yang berjualan bakso di kampung pada jam-jam orang tidur, menurut teori pasar dia bodoh. Tapi sesungguhnya dia mengerti di mana dia harus berada. Petani dan pelukis yang tekun tanpa mempedulikan rugi-laba, mereka semata-mata bekerja karena Allah menyuruh mereka menjadi petani dan pelukis.

“Tidak apa-apa anda menderita terus, asalkan selama anda menderita jangan tidak ingat Allah. Dengan begitu anda akan sampai kepada-Nya.”

“Anda sebenarnya suka berpuasa nggak? Sesuatu itu diwajibkan karena manusia pasti tidak suka melakukannya. Tuhan sudah tahu bahwa kita sesungguhnya tidak kita suka. Maka jangan pura-pura anda senang berpuasa. Kalau anda senang berpuasa lalu anda puasa, apa istimewanya? Anda menjadi mulia justru karena dengan ikhlas mau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak anda sukai.”

Sama halnya dengan menjadi relawan. Relawan adalah orang paling mulia di dunia karena dia melakukan apa-apa yang seharusnya bisa tidak dia lakukan. Relawan mau melakukan hal-hal yang bahkan para pejabat yang dibayar pun tak mau melakukannya. Maka jangan minta derajat kepada manusia karena Langit ketujuh yang mencatatnya.

Puncak kemenangan adalah pelayanan kepada manusia lain. Tidak penting menjadi apa, yang terpenting kita selalu melayani dan membesarkan hati orang-orang lain.
Emha Ainun Nadjib

PELACUR DAN PELACURAN

Cak Nun bersama Kiai Kanjeng sering bersapaan dengan para pelacur – bukan untuk menghakimi mereka secara moral melainkan dalam rangka mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan solusi bagi mereka. Sebab orang-orang yang berada di tempat pelacuran itu bukan untuk diberantas melainkan untuk ditolong. Kalaupun mau memberantas, yang diberantas bukanlah orangnya melainkan hal-hal yang merugikan dirinya dan orang lain.

Tidak ada wanita yang bercita-cita menjadi pelacur. Kalau sampai ada orang di pelacuran, pasti ada asal-usulnya. Ada faktor-faktor yang harus kita pelajari sehingga kita bisa menolong mereka untuk mampu berhijrah ke kehidupan yang seharusnya.

“Kalau soal penyerbuan-penyerbuan FPI ke lokalisasi, itu merupakan rekayasa politik dan yang paling bertanggung jawab adalah Pak Wiranto dan Nugroho, yang dulu membentuk FPI. Kalau yang saya omongkan menyangkut kepolisian, tolong jangan anggap ini sedang menyerang polisi ya. Yang saya bicarakan adalah kepolisian dalam arti institusi nasional yang mengambil policy. Kita justru harus bekerja sama dengan polisi-polisi di jalan karena mereka mau tidak mau harus pasang badan untuk berbenturan dengan masyarakat akibat policy dari atas tadi. Kalau mau marah sama polisi ya ke Polri atau Mabes, jangan polisi-polisi di jalan disuruh menanggung policy yang tidak pernah mereka ambil.”

Cak Nun kemudian menceritakan bagaimana bersama Kiai Kanjeng menemani pelacur-pelacur Dolly dengan cara mengajak mereka berhitung sampai kapan mereka masih laku. Ada saat di mana mereka tidak mungkin lagi meneruskan diri menjadi pelacur, sehingga sebaiknya mereka siap-siap bagaimana melangsungkan hidup secara normal dengan menyiapkan keterampilan dan modal sebisa-bisanya.

Banyak sekali dari mereka yang lalu bertekad akan berhenti setahun lagi, dua bulan lagi, atau bahkan seminggu lagi. Proses ini dipandu oleh Cak Nun dan Kiaikanjeng bersama dengan walikota dan aktivis-aktivis LSM. Hasilnya, insya Allah tahun ini Dolly bisa dibubarkan bukan karena kekajaman tapi karena memang sudah akan tiba saatnya mereka bisa hidup bukan dari menjadi pelacur.

“Ada di antara mereka yang punya anak. Ada juga yang setiap malam usai melayani 12 laki-laki salat tahajjud. Beginilah faktanya. Ya sudahlah kita bersyukur saja kepada Allah. Bagaimanapun mereka tahajjud setelah melaksanakan tugas, besok pagi tugas lagi, masih kalah, tahajjud lagi, berperang terus sampai tiba saat tahajjudnya tidak lagi dibarengi dengan pelacuran.

“Jangan datang ke pelacuran untuk mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu haram. Datanglah ke sana untuk membesarkan hati mereka dan mempersiapkan mereka menuju kehidupan yang baik.”

Maka menjawab pertanyaan apakah ibadah haji bekas pelacur diterima atau tidak, Cak Nun menjawab, “Soal diterima atau tidak itu hanya Allah yang tahu, tapi kita punya keyakinan dan pikiran mengenai itu. Kalau anda memang berniat ibadah beneran, berniat menyerahkan diri anda kepada Allah, maka Allah tak punya kemungkinan lain kecuali menerimanya. Maka anda jangan khawatir.”

Bahkan nabi-nabi menceritakan kisah seorang pelacur yang dosanya diampuni oleh Allah dan dimasukkan ke surga karena ketika dalam keadaan haus dan hanya mendapat sedikit air dari sumur yang hampir kering, pelacur itu justru memberikannya kepada anjing yang juga kehausan.

Jangan ada manusia yang menghakimi tentang Allah menerima atau tidak ibadah hamba-Nya, karena manusia tidak punya ilmu dan kewenangan sedikitpun untuk itu. Barangsiapa melakukannya, dia memposisikan dirinya menjadi tuhan dan itu syirik namanya.

“Kalau bisa kita selalu husnudzon. Ilmu sejati adalah ketika anda mampu menemukan kebaikan dari apa yang dianggap buruk oleh orang lain.”

Cak Nun kembali menegaskan supaya jangan pernah minder, jangan berpedoman pada omongan orang. Kita harus mengerti menurut Allah itu bagaimana. Allah melihat ketulusan kita, bukan melihat jasad.

“Anda dekat saja terus hatinya sama Allah. Manusia nggak akan bisa paham anda, maka anda menjadi urusan Allah langsung.”

TAHAP-TAHAP PENGATURAN LANGSUNG

Salah satu rahasia untuk tetap sehat adalah melalui pengaturan psikologi. Hal-hal yang mustahil cukup disimpan sebagai data, jangan biarkan ia masuk ke dalam pikiran. Sesuatu yang mungkin diperjuangkan boleh ditaruh di tangan. Sesuatu yang pasti bisa dilakukan, taruh di genggaman untuk dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

“Jangan semua hal dimasukkan ke dalam pikiran dan hati. Ada yang boleh masuk hati, ada yang bolehnya hanya masuk pikiran, dan ada yang cukup di tangan. Korupsi nasional jangan masukkan ke hati, ia cukup anda taruh di tangan. Yang dimasukkan ke hati itu hal-hal paling sakral dalam hidup: Tuhanmu, Nabimu, istrimu, anakmu. Jangan pernah masukkan negara ke dalam hati.”

Menurut statistik terakhir, penderita HIV/AIDS paling banyak justru ibu-ibu. Bukan berarti mereka jahat atau tak bermoral, tapi mereka terkena akibat-akibat. Semoga anggota DPR yang mengusulkan supaya dana untuk mengatasi HIV/AIDS dibatalkan diberi hidayah dan pengetahuan bahwa urusan HIV/AIDS ini bukan saja merupakan urusan moral, melainkan urusan kemanusiaan.

Atas semua orang yang menderita, kewajiban kita hanya satu: menolongnya. Untuk urusan kemanusiaan, jangan gunakan ideologi-ideologi yang berada di bawah kemanusiaan, entah itu politik, kebudayaan, atau formalitas agama.

“Mudah-mudahan ada jalan yang tidak terduga-duga dari Tuhan. Anda harus semakin tangguh daya juangnya. Untuk teman-teman yang masih berurusan dengan narkoba, semoga oleh Allah diberi sulthon (kekuatan ekstra), karena pengguna narkoba tidak bisa disembuhkan oleh apapun kecuali oleh tekadnya untuk sembuh. Kalau Anda benar-benar berniat untuk sembuh, yang lain akan kalah.”

Ruhanikan setiap keping uang dan pekerjaan anda dengan menggunakannya di jalan yang membuat Tuhan senang, maka dalam kemiskinan pun kita bisa menjadi orang kaya.
Emha Ainun Nadjib

SADAQAH JARIYAH

Bertani adalah melayani. Selain melayani dengan menyediakan bahan pangan dan kebutuhan-kebutuhan lain, petani juga mengalir sadaqah jariyahnya lewat tanaman-tanaman yang memberikan manfaat tiap hari sebagai penghasil oksigen yang sangat kita butuhkan.

“Jangan sampai ada sadaqah yang tidak jariyah. Jariyah itu artinya akseleratif ke masa depan, membawa manfaat sampai ke anak-cucu. Kalau anda hendak bersadaqah, carilah orang yang anda tahu dia benar-benar membutuhkannya. Jangan titipkan ke lembaga zakat kecuali lembaga itu lingkupnya hanya sekampung sehingga masih bisa anda kontrol penyalurannya. Kalau sudah level kecamatan apalagi nasional, menjadi tidak jelas lagi. Ini bisa menjadi bahan eksploitasi yang menyerap dana-dana anda sehingga sadaqah anda belum tentu jariyah,” pesan Cak Nun.

Sekarang ini dunia sedemikian rupa membentuk kita untuk berada dalam cara pandang sekularisme. Hubungan dengan Tuhan diyakini beda soal dari hubungan dengan manusia. Padahal tidak ada yang tidak berhubungan dengan Tuhan.

“Menjalani pelatihan, niati bahwa anda sedang melakukan riyadhah sehingga anda mendapatkan efektivitas pekerjaan kemanusiaan sekaligus peruhanian diri anda. Ruhanikan setiap keping uang dan pekerjaan anda dengan menggunakannya di jalan yang membuat Tuhan senang, maka dalam kemiskinan pun kita bisa menjadi orang kaya. Cintai semua yang anda tangani, misalnya kalau untuk teman-teman relawan ketika menemani korban.”

Menjawab permintaan salah seorang penanya supaya televisi bisa menjadi media yang mengabarkan anjuran untuk menerima mantan pelacur, ODHA, waria, dan sebagainya, Cak Nun mengingatkan bahwa di dalam hidup ini ada sesuatu yang tidak mungkin, dan terhadap yang tidak mungkin ini kita tidak usah berangan-angan.

“TV itu nggak ada urusan sama moral. Terhadap Ramadan pun mereka tidak benar-benar menghormati. Yang mereka hormati adalah laba yang dikeruk selama Ramadan. Tidak mungkin TV bisa menuruti harapan anda tadi itu. Yang bisa anda lakukan adalah anda lakukan perjuangan anda dengan teguh sampai kapanpun. Perjuangan ini yang membuat anda menjadi pemenang dalam hidup.”

Usai persembahan beberapa lagu dari Kiai Kanjeng, Mbak Via, dan Mbak Inna Kamarie, Cak Nun mengajak semua berdoa bersama, lantas bersalam-salaman satu sama lain.

Comments

  1. aku suka Cak Nun, abadi….., akrab dengannya, serasa akrab dengan Dia yang selama ini mendominasi jantungku, diri ini gak bisa lepas dari pandangan dan pengawasanNya, Cak Nun tahu itu. Cak Nun selalu mengajak, supaya diri ini memperbaharui, keislaman, keimanan, dan keihsanan kita, kebenaran, kebaikan dan keindahan kita, ontologi, epistemologi dan aksiologi kita, bla bla bla, jari jemariku sulit dikendalikan, aku sulit memahami tulisanlu sendiri …maaf, aku sedang dimabuk cinta

Comments are closed.