FREKUENSI KESABARAN

REPORTASE KENDURI CINTA MARET 2010

“Jika umat Muslim bergembira merayakan dua hari raya dalam satu tahun, kegembiraan itu tentu juga atas kelahiran dari sang penyampai, Nabi Besar Muhammad SAW. Bulan Rabiul awal merupakan bulan dimana dunia bergembira (ad-dunya sa’id),” Kyai Budi Harjono membuka maiyahan Kenduri Cinta edisi Maret 2010 malam itu.

Beliau juga menyampaikan, “Sabar itu kuat menanggung derita supaya tidak sampai pada keputusasaan. Syukur itu kuat menerima karunia supaya tidak terjebak dalam kondisi lupa diri. Bicara soal kesabaran, harus dirunut dulu bahwa dunia adalah ladang perjuangan. Dalam perjuangan, wajar timbul rasa cemas. Menurut Rumi, rasa cemas ini tidak boleh terjadi. Ia hanya terjadi jika manusia tidak tahu musim. Kalau dunia ini wungkal, maka manusia adalah pedangnya dan Allah adalah Sang Pengasahnya. Manusia digosok di dunia oleh Allah. Mana ada penggosokan tanpa derita? Ada fisik, ada akal, ada nafsu. Di atasnya lagi, manusia akan terbang seperti merpati.”

Menurut beliau, kesabaran ada tiga macam: pertama, sabar melakukan perintah. Perintah harus diletakkan sebagai ongkos dan dilaksanakan dengan kemantapan hati. Kedua, sabar menghindari larangan. Allah mengadakan larangan-larangan karena jika hal itu dikerjakan maka akan membanting martabat manusia. Kesabaran jenis ini berarti kesabaran untuk berkata “tidak”, dan ketiga, sabar menghadapi musibah. Kalau pada suatu waktu Allah memberikan derita, hal itu semata-mata hanya untuk menaikkan derajat manusia. Derita juga merupakan perwujudan dari nur-Nya. Seperti mandolin disebut mandolin ketika ia dipetik, manusia disebut manusia ketika ia menebarkan cinta.

“Ilmu hidup paling dasar adalah menyatukan diri dengan kehendak Allah.”

Emha Ainun Nadjib, Kenduri Cinta (Mar, 2010)

HIDUP ADALAH PERMAINAN KESABARAN

Sebagai bagian dari proses dialektis, dibukalah sesi pertanyaan. Merespon pertanyaan tentang batas dan hakikat kesabaran, Kyai Budi katakan bahwa yang diperlukan adalah menjadi “wadah” besar. Hakikat sabar adalah memetik derita. Tingkatnya bisa bermacam-macam. Dari semua, Tuhan lah yang paling sabar, Ia Ar-Rahman dan Ar-Rahiim.

Haji Rowi malam itu ikut berbagi di forum. Ia sampaikan bahwa pengalaman memberi kita banyak pelajaran, salah satunya bahwa kejadian apapun harus dipahami sebagai bagian dari ketentuan Allah. Haji Rowi dikenal di Jakarta sebagai seorang pengusaha bisnis besi tua. Sebagai pebisnis, beliau berpesan untuk tidak meremehkan apapun. Tekuni bisnis sekecil apapun dan jangan mudah tergoda untuk berpindah ke bisnis lain meski kelihatannya lebih menjanjikan.

Pudji Asmanto ikut berbagi, menurutnya orang yang berperang adalah orang yang tidak sabar, kecuali perang membela kebenaran. Permainan catur merupakan permainan dimana ada pengelompokan antara “musuh” dengan “saya”, bukan “kita”. Kitab suci menyebut bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Ada banyak cara bermain di dunia. Maka seriuslah dalam bermain dan jangan mempermainkan permainan.

Tentang sabar, menurutnya sangat terkait dengan syukur dan keyakinan. Syukur dimensinya masa lalu yang kemudian menjadi energi bagi manusia untuk menapaki kehidupan, sedangkan yakin adalah masa depan. Sabar berada diantaranya. Sabar adalah tentang kelapangan.

Sesi berikutnya, tampil Agung Bimo Sutejo, seorang peneliti sejarah dan arkeologi. Ia memaparkan tentang fenomena UFO (unidentified flying object) dengan struktur Borobudur dan sejarah yang menyertainya. Dalam paparannya, ia sampaikan bahwa di lantai dua candi Borobudur, ada sekitar lima atau enam gambar yang menunjukkan keberadaan UFO. Dari relief candi Cetho juga tampak bahwa nenek moyang kita mempunyai teknologi penerbangan ke luar angkasa.

Dalam pandangan Agung, sejarah Nusantara dihilangkan dengan cara-cara yang sistematis, agar kita sebagai bangsa melupakan sejarah kita yang luhur. Penghapusan sejarah kebesaran Nusantara dilakukan secara sistematis melalui: pemitosan — menggeser kenyataan ke ranah mitos, sehingga kita tidak pernah mempertanyakan kenyataan, misalnya dalam bentuk pewayangan — dan pemegalithikan.

32025_430160672138_6753101_n

JENIS KEBAIKAN

Menjelang malam, Cak Nun kemudian ikut berbagi bersama forum. Cak Nun mengawali dengan menyampaikan bahwa ilmu paling dasar untuk hidup adalah menyatukan diri dengan kehendak Allah. Dalam banyak hal, kita dapat belajar langsung dari Allah, seperti sifat Allah yang sangat rendah hati, mau pura-pura marah padahal aslinya tidak.

Dalam kesempatan malam itu juga disampaikan, ilmu sosial merupakan sebuah fakultas ilmu jika kita ingin mempelajari ilmu bernegara, berkesenian atau apapun yang bersifat muamalah. Berbeda dengan ranah muamalah, ada ranah mahdhah yang nantinya akan mengerucut pada tauhid. Dalam proses menuju ilmu sosial itu, urutannya adalah ilmu biologi, kimia dan kemudian fisika. Ketiga ilmu tadi juga harus didasari dengan ilmu matematika, Jika manusia telah akrab dengan proses ilmu-ilmu tadi, barulah mempelajari ilmu sosial.

Cak Nun mengingatkan, pada dasarnya kita tidak tahu apa-apa. Kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa menit lagi. Maka, bekal utama menghadapi ketidaktahuan itu adalah kesabaran. Kesabaran itu sangkut-pautnya dengan hal apa saja, salah satunya dengan teknologi. Begitu cepatnya mekanisme teknologi menyebabkan kita banyak kehilangan kesabaran. Semakin teknologi membuat instan, semakin kita kehilangan kesabaran.

*

Beberapa hari sebelumnya, muncul wacana pencabutan UU Penistaan Agama yang didukung oleh tokoh-tokoh nasional, seperti Gus Dur dan Dawam Raharjo. Bersama Ulil Abshar dan Romo Mudji, Cak Nun ikut diminta pendapatnya oleh Mahkamah Konstitusi. Berbeda dengan Ulil Abshar dan Romo Mudji yang menyepakati bahwa UU tersebut perlu dicabut, Cak Nun tidak merasa harus ada pencabutan. Menurut Cak Nun, pencabutan UU Penistaan Agama akan memberikan akibat kecemasan yang lebih tinggi tingkatnya dalam masyarakat dibandingkan dengan apabila UU tersebut tidak dicabut.

Menyoal tentang kontekstualitas kebaikan, Cak Nun menyampaikan tentang tingkat-tingkat jenis kebaikan dalam Alquran, yaitu: khoyr (da’wah khoyr) yang merupakan tugas para ulama; ma’ruf (amar ma’ruf) yang merupakan tugas umara; birr, merupakan kebaikan dengan pencapaiannya spiritual; ihsan, adalah kebaikan yang tidak boleh dijadikan aturan atau kewajiban sebab belum teruji; dan sholeh, yaitu kebaikan yang sudah dihitung seluruh kemungkinan sosialnya.

32025_430160277138_2898298_n

“Pada dasarnya kita tidak tahu apa-apa. Kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa menit lagi. Maka, bekal utama menghadapi ketidaktahuan itu adalah kesabaran.”

Emha Ainun Nadjib, Kenduri Cinta (Mar, 2010)

Menambahkan uraian sebelumnya, Cak Nun memberi pemaknaan dari memaafkan. Dalam penjelasannya, rumus memaafkan bukanlah Allah memaafkan maka manusia juga mesti memaafkan, melainkan sebaliknya, Allah akan memaafkan jika sesama manusia sudah mau saling memaafkan.

Malam itu, Cak Nun berpesan, untuk mencari informasi jangan bergantung pada informasi-informasi dari kiri dan kanan saja, namun memperbanyak sisi-sisi informasi.

Menambahkan apa yang disampaikan Cak Nun tentang ilmu yang dibutuhkan untuk mencapai tauhid, Sabrang sampaikan bahwa dari ilmu biologi kita bisa belajar tentang kenyataan hidup yang membawa kita pada rasa kagum. Kemudian kita memahami lebih jauh lagi bahwa ternyata hal itu terjadi karena ada reaksi-reaksi kimia dan lebih jauh lagi reaksi kimia itu terjadi karena ada kerja hukum-hukum fisika. Fisika mengurusi hal-hal yang sangat kecil, sangat lembut, tetapi membawa pengaruh bahkan pada hal-hal besar. Sejalan dengan itu, manusia membuat pilihan bukan karena ia harus memilih melainkan karena ada pangkal yang menyebabkan pada titik tertentu ia harus memilih. Sabrang mengingatkan tentang hal-hal kecil — semisal ikhlas dan sabar — yang dapat membawa pengaruh besar pada keseluruhan hidup manusia.