DEMOKRASI JARAN KEPANG

reportase kenduri cinta juli 2013

Kenduri Cinta edisi Juli 2013 dimulai dengan pembacaan surat yaasin dan tahlil, dikhususkan teruntuk Ibunda Chalimah, WS Rendra dan Angku Hamid Jabbar, dilanjut salawatan. Sebagai pengantar, tampil Boim, Adi Pudjo dan Rusdianto ke forum. Jaran kepang—sering pula dikenal dengan nama jathilan—konon muncul pertama kali di Mataram. Kesenian yang seringkali menampilkan atraksi ekstrem seperti makan beling, tidak mempan dibacok itu, terjadi begitu para penari melepas kuda mereka. Kondisi itu disebut ndadi. Hal-hal magis seperti itu mustahil dilakukan tanpa energi yang memadai dan Indonesia terkenal kaya akan energi-energi semacam itu. Itulah sebabnya kita punya kecenderungan besar untuk kesurupan. Ada demokrasi datang, kita kesurupan demokrasi. Ada infotainment, kita kesurupan infotainment. Kita ndadi, makan kaca, makan stadion, kita kebal hukum dan seterusnya. Ini terjadi begitu kita lepas dari kuda, lepas dari mengendalikan hawa nafsu.

Fadli HS dari Nahdlatul Ulama Jakarta Pusat menambahkan bahwa demokrasi yang kita jalankan sekarang baru sebatas demokrasi prosedural belum substansial. Yang penting pemilu terlaksana, yang penting perangkat-perangkat terbentuk. Semua caleg kesurupan menyebar uang demi mendapat suara, dan rakyat pun ikut kesurupan memunguti uang-uang itu. Dalam kesenian jaran kepang, para penari berhenti ndadi ketika datang orang yang menetralisir. Fadli berharap, semoga pemimpin dengan karakter seperti itu juga segera datang kepada kita.

Sandi Suryadinata, menyoroti peristiwa kesurupan yang belakangan ini malah jadi tren dan dilakukan secara kolosal, tak terkecuali yang terjadi di dunia politik. Parpol, selebritis, pemilik media massa, pensiunan perwira, semua ndadi untuk mendapatkan kursi.

Amsar Dulmanan menegaskan bahwa wacana demokratisasi merupakan manipulasi sistem yang pengaturannya dilakukan secara konstitusional. Sementara itu, Mathar menambahkan bahwa demokrasi kita adalah demokrasi prabayar; kita tidak mampu “ngomong” sebelum beli pulsa.

Saat forum dibuka dengan tanya-jawab, dua orang jamaah mengajukan pertanyaan. Muhammad Husaini dari Bogor, meminta pendapat dari para pembicara mengenai satu pernyataan yang pernah dilontarkan oleh Ketua FPI bahwa Indonesia bukanlah negara demokrasi melainkan negara musyawarah. Dalam demokrasi, orang dengan ilmu tinggi memiliki bobot suara yang sama dengan orang yang tak berilmu, dan kalau suatu saat mayoritas masyarakat berakhlak buruk, pemimpin yang terpilih pun buruk. Penanya kedua, Sultan Ahmad Lubis dari Depok, yang menanyakan maksud dari tema KC. Apakah maksudnya demokrasi itu jaran kepang, demokrasi yang jaran kepang atau demokrasi pada jaran kepang?

Sebelum pembicara merespon, Wijayanto sampaikan bahwa kehadiran agama seharusnya menyelesaikan dua hal: kekhawatiran dan kesedihan hati, sebagaimana dalam Surah Al-Baqarah ayat ke-277. Mengenai perbedaan tafsir 1 Ramadan yang selalu diributkan dari tahun ke tahun, ustaz Wijayanto mengatakan bahwa potensi perbedaan memang sangat besar karena keduanya menggunakan metodologi berbeda. Tapi bagaimanapun, kita tidak usah bergaya jadi panitia surga. Yang terjadi saat ini di dunia politik maupun agama adalah sihir-sihir. Orang tidak lagi berurusan dengan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi dengan mana yang disuka dan mana yang tidak disuka.

Menjawab pertanyaan jamaah sebelumnya, Amsar Dulmanan berpendapat bahwa apa yang disampaikan oleh ketua ormas tadi merupakan logika, realitas yang tidak bisa disangkal. Logika demokratisasi adalah bagaimana mendapatkan positioning bahwa itu dibutuhkan rakyat. Demokratisasi dalam teori harus sesuai dengan kultur dari wilayah yang bersangkutan. Demokratisasi bukan merupakan pilihan ketika dia justru membodohkan rakyatnya.

Fadli HS merespon bahwa manusia merupakan manusia politik, maka jangan terlampau apriori terhadap politik, sampai akhirnya menjadi apolitik. Seperti halnya kita harus memahami rambu-rambu lalu-lintas tanpa harus menjadi polisi, kita juga harus memahami politik tanpa menjadi politisi, agar tidak dipolitiki, agar tidak kesurupan.

“Anda harus punya elaborasi intelektual terhadap hakikat faktual dari dirimu, bahwa Anda itu tidak sedikitpun memiliki hak atas dirimu.”

Emha Ainun Nadjib

DEMOKRASI MURNI KARANGAN MANUSIA

Iswan dari Kanada ikut sampaikan pendapatnya. Menurutnya, sistem demokrasi di Kanada dan di Amerika Serikat berbeda meskipun letak keduanya berdekatan. Kanada adalah negara commonwealth, dominion Kerajaan Inggris. Ada gubernur jenderal yang berfungsi sebagai kepanjangan tangan Ratu Inggris. Demokrasinya adalah demokrasi parlementarian, multipartai. Ada Partai Liberal, Partai Konservatif, Partai Nasional Demokrat, Partai Quebec dan Green Party. Sementara Amerika Serikat menganut sistem presidensial, ada presiden, senat dan kongres. Sebenarnya ada banyak partai, tapi selalu hanya dua yang menduduki kursi di parlemen, ditambah partai independen.

Dalam pandangan Iswan, jika dibandingkan dengan teori-teori konsep demokrasi yang ada di dunia, konsep demokrasi di Indonesia sangat membingungkan. Entah belajar dari mana dulu si pembuat sistemnya. Maka hasilnya pun jadi-jadian seperti yang terjadi sekarang.

Kanada dan Amerika Serikat memiliki kemiripan dalam hal keterwakilan. Ada distrik-distrik (daerah pemilihan), yang bertarung didalamnya, ada 2, 3, atau 4 kandidat dimana prinsipnya the winner takes all. Siapa yang menang di distrik itu, dialah yang mewakili. Di Indonesia, satu daerah pemilihan bisa terdiri dari 5, 7, atau bahkan 9 kandidat. Satu daerah pemilihan atau distrik punya wakil banyak.

Selama di Kanada, Iswan pernah menguji bagaimana kualitas hubungan antara konstituen dengan wakilnya di parlemen. Iswan saat itu mengirimkan surat elektronik berisi sebuah permasalahan—tentang student yang tidak diperbolehkan bekerja—ke Ottawa South, yang saat itu diwakili oleh Dalton McGuinty. Tidak sampai seminggu, Iswan diminta datang menemui asisten politik Dalton McGuinty di kantor cabang pada distrik terkait. Respon politisi terhadap konstituen sangat cepat. Selain itu, intensitas pertemuan antara konstituen dengan politisi di sana juga sangat kuat. Tujuan demokrasi yang sebenarnya adalah kemaslahatan. Sebagai sarana, demokrasi harus bisa memberikan manfaat kepada masyarakat di daerah pemilihannya. Kalau seorang politisi tidak mampu memberikan manfaat, mengapa harus dipilih? Ini konsep dasar demokrasi.

Sekarang, Amerika Serikat dengan Arab Spring-nya menyebarkan demokrasi ke seluruh Timur Tengah. Namun pada kenyataannya tidak juga karena demokrasi belum menyentuh Arab Saudi, juga Uni Emirat Arab. “Jadi kalau ada orang mengampanyekan demokrasi, anda harus hati-hati, seperti apa demokrasinya.” Begitu demokrasi muncul di Mesir, IM (Ikhwanul Muslimin) memenangkan politik di sana, tapi berbagai kelompok tidak rela. Kebetulan IM keliru dalam menata formasi-formasi politik sehingga diambil lagi kekuasaannya, tentu dengan restu dari “dunia internasional”. Hampir seluruh media massa internasional mendukung jatuhnya Moersi, pemimpin IM sekaligus presiden Mesir yang terpilih secara demokratis.


Mengenai demokrasi dalam musik Jazz, Beben katakan bahwa Jazz merupakan musik yang paling demokratis. Unsur demokrasinya diterapkan dalam improvisasi-improvisasi. Sejak awal filosofi musik Jazz adalah bermain sambil mendengar. Musisi Jazz bukan hebat-hebatan, melainkan berimprovisasi supaya yang lain terdengar hebat. Dalam Jazz setiap pemain harus mengeluarkan pendapatnya secara spontan.

Menyambung diskusi, Arya Palguna mengatakan bahwa demokrasi butuh logika, etika, dan estetika. Secara logika, demokrasi harus benar. Secara etika, harus baik penerapannya dan secara estetika dia harus menggembirakan.

Lain hal dengan Sabrang, ketika ditanya perihal demokrasi ia mengaku tidak pernah tertarik dengan tema demokrasi. Pertama, menurutnya tidak pernah ada contoh di alam manapun yang sistemnya secara natural adalah demokrasi, baik itu dalam karakter planet, hewan, tumbuhan. Demokrasi tidak ada dalam pemilihan ratu semut atau pemimpin gorila. “Demokrasi pasti murni karangan manusia,” lengkapnya. Kedua, demokrasi berawal dari ketidakpercayaan antar manusia sehingga terjadi kontrol oleh berbagai pihak. Dasar demokrasi adalah su’udzon. Ketiga, seorang ahli demokrasi—yang tidak banyak dikenal meskipun dia sangat ahli dalam ilmu demokrasi—mengatakan bahwa demokrasi efektif untuk luasan negara tertentu. Ada batas maksimalnya, ketika melebihi batas itu, demokrasi sudah tidak efektif lagi. Kalau tidak salah, luas idealnya hanya sebesar negara Swiss.

“Saya tidak terlalu memikirkan 2014 dan siapa pemimpin yang baik untuk anda. Yang saya pikirkan adalah harus semakin banyak orang-orang yang mencari nilai-nilai kesejatian seperti anda.”

Emha Ainun Nadjib

JADILAH WALI YANG MENGEMBARA

Sebelum masuk ke tema Jaran Kepang dan demokrasi, Cak Nun memberikan informasi mengenai aktivitas belakangan ini, mulai dari perjalanan beliau ke Turki, Maroko, lalu keliling lagi di Jawa Timur dan Jawa Tengah, Jakarta, kemudian besok menuju Mamuju, Sulawesi Barat. Informasi berikutnya mengenai aktivitas teman-teman dari Teater Perdikan di Kadipiro yang sedang berlatih untuk  sebuah lakon berjudul Tafakur Anjing yang rencananya akan dipentaskan pada tanggal 22 sampai 24 Agustus di Rumah Budaya, Jogja. Penontonnya dibatasi, satu malam paling banyak hanya 150 orang. Pada awalnya, drama ini berjudul Mahkamah Bejo, lantas karena tak tega kepada Mahfud MD, diganti menjadi Kaki Anjing, sebelum kemudian diubah lagi menjadi Tafakur Anjing.

Allah memberikan fenomena ashabul kahfi, dimana para pemuda yang dikejar-kejar rezim karena aliran kepercayaannya berbeda disembunyikan selama 300 tahun, dengan cara ada dua kaki anjing menjuntai di depan mulut gua. Seluruh manusia di negeri Siria menyangka gua itu sarang anjing, sehingga tak ada satu pun yang berani masuk ke dalamnya. Para pemuda itu merasa seakan-akan tidur semalam, padahal waktu telah berjalan sangat lama di dunia luar. Tafakur Anjing berangkat dari cerita ini.

Poin berikutnya mengenai Greenwich Mean Time. Dunia modern menyepakati bahwa titik nol ada di London Selatan. Itu hanya karena Inggris menang perang sehingga yang telah ditetapkan Prancis sebelumnya batal ditetapkan di dunia internasional. Ada tujuh lapisan langit yang Allah selalu sebutkan sebagai sab’a samawat. Pada saat yang sama, ada tujuh lempengan di bumi yang semuanya berbentuk jajargenjang. Kalau kita lihat struktur jajargenjang alam semesta ini, pusatnya adalah Kabah. GMT seharusnya di Kabah.

Informasi berikutnya mengenai salah satu sastrawan Jogja yang meninggal dunia, Hari Leo, setelah bulan sebelumnya Budi Ismanto juga dipanggil Allah. Sastrawan-sastrawan senior yang tersisa kini sedang membuat sebuah majalah sastra Sabana. Sabana tidak berniat menyaingi Horison. “Majalah ini tidak disponsori siapapun. Tidak dengan sponsor, tidak dengan pemilik modal.”

Cak Nun lalu membacakan beberapa karya yang termuat didalamnya, antara lain Maaf, Sastra Tidak Mampu Menghancurkan Manusia, satu perenungan tentang peradaban yang sangat fenomenal. Ada lagi artikel-artikel lain yang sangat bagus berjudul Sastra Tidak Mati di Zaman Edan, Sastra Masyarakat Kebun Teh, Mereka Menyangka Remaja Tak Butuh Sastra, Puisi Sebagai Ziarah dan Pewartaan Diri, dan ada cerita mengenai ngamen puisi di Jerman. Kemudian ada juga Tukang Kebun Peradaban Bernama Umbu Landu Paranggi, kisah mengenai satu-satunya orang yang oleh Cak Nun diakui sebagai guru.

Selain itu, ada juga artikel berjudul Cakrawala Pangurakan. Pangurakan merupakan tata ruang dan konsep kota Jogja yang di-setup mulai dari gunung merapi sampai laut selatan. Di jogja, urut-urutan jalan dari tugu ke rel, dari rel ke toko Terang Bulan, lalu ke kantor pos sampai keraton, nama jalannya sesuai dengan saran mengenai perjalanan hidup manusia. Jalan merupakan idiom lazim dalam ajaran agama Islam. Sirroth, syari’, dan thoriq, masing-masing artinya jalan.

Pertama, manusia harus menentukan terlebih dahulu jalan utamanya. Maka jalannya bernama Margo Utomo. Kalau sudah dipilih, barulah dadio wali sing ngumboro, jadilah wali yang mengembara—Malioboro. Kalau sudah mengembara baik secara spiritual maupun secara intelektual, melakukan eksplorasi-eksplorasi, eksperimentasi, mendapatkan inovasi, invensi, manusia akan naik dari kebenaran — kebaikan — keindahan menuju kemuliaan—mencapai Margo Mulyo. Dari kantor pos menuju keraton, ada Jalan Pangurakan, dimana manusia sudah tidak kagum lagi dengan kehebatan apapun, sudah mengerti hakikat hidup, sudah putus pamrikso, sudah mencapai puncak makrifat, sudah mencapai yang sejati, sudah se-ringan kapas, tidak lagi terbebani oleh dunia dan bobot kita bukan lagi bobot manusia melainkan bobot cinta kepada Yang Sejati.

Ada inter-kontrol dalam tatanan pemerintahan. Politik di selatan, melakukan inter-kontrol dengan masjid di sebelah barat alun-alun, kemudian pasar di sebelah utara. Kebudayaan dan hukum ada di sebelah timur. Bidang-bidang dalam penggarapan pembangunan kerajaan berdialektika dan saling mengontrol. Di tengah-tengahnya adalah alun-alun, di situlah wilayah yang pada malam hari ini disebut sebagai demokrasi.


Cak Nun sampaikan, “Tentang ndadi, dulu ada to have, kemudian meningkat menjadi to be, lalu Shakespeare mengatakan: to be or not to be, that’s the question. Saya pribadi tidak setuju dengan to be dari dulu. Sekarang ada pretend to be– itulah yang dinamakan ndadi, seolah-olah. Semua ndadi, seolah-olah presiden, seolah-olah menteri, ilmuwan, pendidik.”

Seperti dalam maiyahan Mancasan beberapa hari silam, Cak Nun menyatakan bahwa kebudayaan itu hukumnya fardu kifayah. Perjalanan memproses atau membudidayakan padi menjadi gabah, beras, nasi, dan produk-produk lain yang baik dimakan, itulah namanya budaya. Kalau tidak ada pembudidayaan padi menjadi nasi, orang makan padi—seperti jaran kepang

“Allah nge-jam sama anda. Allah kasih kayu, anda bikin kursi dan meja. Allah bikin logam, anda bikin gitar, gamelan dan sebagainya. Budidaya ini wajib, dan merupakan pekerjaan kekhalifahan.”

KEARIFAN 5 DAN KEARIFAN 7

Salah satu bentuk penemuan orang Timur adalah penggunaan satuan waktu yang berbeda dengan satu minggu, yakni satu pekan yang isinya lima harian. Legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Sekarang ini sudah tidak dipercaya, padahal ini hasil budidaya yang harus kita pelajari. Kearifan 5 berbeda dengan kearifan 7. “Itu pun tujuhnya kita tujuh yang aneh. Kalau lihat filsafat asal-usulnya, Ahad merupakan hari pertama untuk bekerja, sampai hari Kamis. Jumat namanya tidak meneruskan nama angkanya karena saran pada hari keenam adalah saran untuk menghitung kembali, berkumpul. Kemudian pada hari Sabbath (red: Sabtu), mengambil jarak dari lingkungan sosial untuk bersama dengan keluarga, refreshing, supaya hari Ahad bisa kembali bekerja dengan kesadaran dan semangat baru.

“Kesalahan orang Indonesia adalah kalau sudah senang, semua jadi terlihat baik. Kalau sudah kalah, semua jadi jelek. Anda tidak boleh punya cara berpikir yang tidak obyektif seperti itu. Semua orang ada baiknya dan ada buruknya. Anda harus punya ketegasan, Soekarno itu pahlawan atau bukan? Soeharto bagaimana? Dan yang lain-lain. Siapa idolamu? Sekarang kita tak punya uswatun khasanah di Indonesia. Siapa pancatan sejarahmu di Indonesia supaya engkau punya motivasi untuk berbuat baik?”

“Tuhan tidak nyuruh kamu ngurus se-Indonesia. Temukan apa yang paling bermakna bagi hidupmu, jalani itu dalam proses dengan sabar.”

Mengenai pajak, Cak Nun menjelaskan dasar logikanya terlebih dulu. Pajak adalah soal hak dan kewajiban. Suami yang belum memenuhi kewajibannya, tidak punya hak untuk menuntut kepatuhan istrinya. Tuhan tidak menyuruh manusia salat sebelum Dia kasih sungai, pohon, udara, dan fasilitas alam yang luar biasa. Setelah Dia berikan fasilitas-fasilitas itu, barulah Dia minta pajak dari manusia berupa salat lima waktu, puasa, dan sebagainya. Sementara di Indonesia, hak-hak rakyat belum terpenuhi sehingga hati mereka belum lega. Jangankan lega, untuk dapat merasa aman hidup di Indonesia saja belum tercapai. Maka jangan harap mereka untuk tidak tawur, tidak marah dan taat lalu-lintas.

Membahas ndadi, Cak Nun menyorotinya secara epistemologi. Ndadi berasal dari kata dadi. Dalam teater, tahap keaktoran pertama adalah: Rendra berperan sebagai Hamlet. Kedua: Rendra menjadi Hamlet. Ketiga: Rendra adalah Hamlet. Keempat: Hamlet.—Rendra-nya sudah tidak ada. Jika ilmu teater tadi kita tarik ke garis kehidupan yang lebih riil, jika langkah kita sudah merupakan langkah Allah maka semua yang kita lakukan adalah kehendak Allah. Ini karena tuan rumah yang sesungguhnya dari diri kita adalah Allah. Allah-lah yang memiliki diri kita. Jadi Allah tidak berjarak sama sekali dengan kita makhluk-Nya.

“Anda harus punya elaborasi intelektual terhadap hakikat faktual dari dirimu, bahwa anda itu tidak sedikitpun memiliki hak atas dirimu. Maka HAM hanyalah istilah teknis administratif sementara, untuk menyebut titipan Allah. Aslinya, dirimu tidak ada. Sebenarnya, dadi saja sudah mencurigakan, apalagi ndadi.

“Sejak saya menulis tahun ’69, saya sudah menyatakan ketidaksetujuan saya terhadap filsafat eksistensialisme. Saya tidak pernah memperjuangkan diri saya untuk menjadi apa-apa karena saya tidak percaya kepada gagasan saya terhadap diri saya. Saya lebih percaya kepada gagasan Allah terhadap diri saya. Sehebat-hebat perjuangan saya, masih kalah sama nasib saya dalam ketentuan Allah, jadi saya ngikut Allah. Sekarang yang terjadi di Indonesia, bagaimana orang memisahkan diri dari Allah melalui filsafat to be atau dadi tadi, itupun kemudian ndadi.


Saya kemarin di Turki menjadi tamu negara selama empat hari nonstop siang-malam, diajak ke mana-mana melihat seluruh jantung dan paru-paru mereka. Saya luar biasa senang dan sedihnya, karena begitu melihat kedahsyatan Turki, saya ingat Indonesia dan saya menjadi sangat sedih. Orang Turki itu sudah selesai hatinya, sudah terpenuhi hak-haknya, sehingga dia tidak rewel, tidak menuntut macam-macam, sehingga murah hati kepada siapa saja. Mereka ikhlas kepada setiap manusia. Indonesia bisa membikin negara 10 kali lipat lebih dahsyat daripada Turki kalau saja kita sudah lega hatinya. Seluruh pemimpin belum ada yang bikin kita lega. Kita tidak sempat punya kemurahan hati.

“Turki selama 30 tahun menderita luar biasa. Dulu—ketika Ottoman berkuasa—selama 800 tahun mereka menguasai hampir seluruh dunia. Kemudian datanglah Kemal Attaturk, pendiri nasionalisme Turki, dia menganut sekularisme yang berbeda dengan sekularisme yang kita kenal. Sekularisme Attaturk berarti tidak boleh ada agama, yang ada Turki. Kalau mau azan, silakan, tapi bahasa Turki. Salat juga bahasa Turki. Selama 30 tahun tidak ada sekolah Islam. Kudeta terjadi terus-menerus selama 30 tahun untuk mencari jati dirinya. Sampai kemudian stabil. Sekarang Turki sudah merasa aman dengan dirinya, bangga dengan dirinya.

“Orang yang ndadi itu pasti tidak berbudaya. Dia makannya padi, tidak berpikir untuk berproses. Dia tidak mentransformasi pemberian Allah untuk kesejahteraan rakyat. Jaran kepang itu petunjuk bahwa anda harus berproses.

“Kalau soal demokrasi, saya sependapat dengan Sabrang. Saya sudah bosan ngomong demokrasi. Sudah dari jaman saya seumur Sabrang saya sudah ngomong demokrasi. Demokrasi kok digedhek-gedhekke. Ada fatwa dari Ashadi Siregar pada saat launching majalah sastra Sabana, “Tuhan tidak nyuruh kamu ngurus se-Indonesia. Temukan apa yang paling bermakna bagi hidupmu, jalani itu dalam proses dengan sabar.” Harus ada manajemen. Ada sesuatu yang boleh kamu masukkan ke hati, ada yang kamu masukkan pikiran, ada sesuatu yang cukup kamu taruh di genggaman. Juga ada fatwa dari Faruk HT, “Jangan melakukan sesuatu untuk pasar kalau ngomong kebudayaan, kreativitas, dan nilai-nilai kehidupan.”

“Kenduri Cinta ini membangun manusia Indonesia baru dan orang macam anda ini saya temui di mana-mana. Generasi muda seumuran anda sedang tumbuh dan saya sangat optimis dengan Indonesia. Saya tidak terlalu memikirkan 2014 dan siapa pemimpin yang baik untuk anda. Yang saya pikirkan adalah harus semakin banyak orang-orang yang mencari nilai-nilai kesejatian seperti anda.”

Beben dan Inna Kamarie menutup forum maiyahan malam itu dengan nomor lagu Loving You dan Dindi, kemudian Cak Nun mengajak semuanya untuk berdiri dan berdoa bersama. [FA]