Cak Nun: Manusia Punya Akal, Pikiran dan Hati

Diskusi Interaktif, Newsroom — Manusia dikaruniai akal, pikiran dan hati untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di antara sesamanya. Timbulnya insiden Monas 1 Juni 2008 lalu pasti ada penyebab yang bisa diselesaikan.

Hal tersebut disampaikan budayawan Emha Ainun Najib (Cak Nun) dalam program Diskusi Interaktif di Radio Elshinta, Selasa (3/6) malam yang mengangkat tema “Menengok polemik pembubaran FPI dan Ahmadiyah pasca insiden kekerasan 1 Juni 2008”.

Menurut Cak Nun, semua masalah bisa diselesaikan dengan ilmu yang dimiliki oleh manusia. Untuk itu, manusia perlu mencari cara penyelesaian masalah tersebut. “Hidup itu kan sebenarnya sederhana. Kalau ada asap dicari apinya. Kalau ada api dicari sumbernya. Kalau ketemu sumbernya dicari kenapa ada sumber itu. Jadi sebenarnya mau masalah rumah tangga, masalah masyarakat, masalah aliran, masalah kelompok-kelompok dalam negara kan ada jalan yang namanya ilmu,” kata Cak Nun.

Lebih lanjut Cak Nun mengatakan, dengan ilmu, semua permasalahan bisa dilihat secara jernih. Caranya, dengan duduk bersama dan menganalisa permasalahan tersebut dengan akal, pikiran dan hati sesuai dengan tatanan hidup dan tuntunannya. “Ilmu itu kan mengambil jarak dari suatu keadaan supaya kita bisa melihat secara jernih. Jadi kalau ada bentrokan, ada kasus, ada macam, dianalisa bersama, duduk secara bersama. Yang duduk adalah kita semua manusia, mau dia FPI, NU, Banser, tapi kan kita manusia. Tandanya manusia itu kan punya otak, punya akal, punya hati. Hatinya harus bagaimana, nuraninya harus bagaimana, otaknya harus bagaimana itu sudah ada tuntunannya,” jelas Cak Nun.

“Kita ini sudah hidup dalam suatu sistem yang complicated. Hidup di dalam suatu tatanan yang sudah saling terkait satu sama lain, nggak bisa dipenggal hanya pada satu peristiwa Monas. Kan semua ada sebabnya. Tinggal sekarang mau menyelesaikan masalah atau tidak,” tambah Cak Nun. (doa)