Anggur Merah di Kenduri Sholawat

Pertengahan 2004, malam yang sempurna di desa terpencil di perbukitan Tembalang, Semarang. CNKK (Cak Nun dan KiaiKanjeng) diundang untuk sebuah acara pernikahan. Di hadapan beberapa ratus pasang mata orang-orang desa yang polos, CNKK berjuang keras merebut acara dari cara pandang mereka akan pertunjukan. Memang, terasa ada cara pandang yang berbeda kala itu. Bahkan bertolak belakang. Lebih jauh lagi, sebenarnya cara pandang yang saling berhadap-hadapan. Orang-orang desa yang tahu bahwa pertunjukan adalah pentas dangdut dan semua pementasan diperlakukan sama sebagai halnya pertunjukan dangdut. Sementara CNKK hadir dengan memendam Rosulullah pujaan di dalam hati dan berjuang menebarkan Rosulullah sebagai benih dalam hati mereka, orang-orang perbukitan Tembalang.

Maka, tatkala “bintang tamu” naik ke atas panggung, diiringi oleh musik Kiai Kanjeng, Perempuan itu mendendangkan salah satu Madah Nabawi (kita lebih mengenalnya sebagai shalawat) dengan pinggul yang berlenggak lenggok dan tatapan mata yang sendu merayu. Nyaris persis seperti gaya para pedangdut yang sedang manggung, hanya pakaiannya saja yang santun berkerudung. Wajah-wajah orang perbukitan sontak cerah berbinar. Mereka berteriak bersahut-sahutan. Musik bagi mereka adalah goyang. Dan Madah Nabawi hanya syair belaka tak ubahnya seperti Anggur Merah atau Mandi Madu.

Setelah sang bintang tamu yang cantik itu undur, giliran Mbak Yuli dan Mbak Nia. Begitu petikan senar gitar pertama terdengar, mata keduanya langsung memejam. Mbak Yuli dan Mbak Nia seperti berlari melompati dimensi-dimensi dan berdiam pada dimensi lain yang tenang. Mereka bergantian melantunkan Madah Nabawi, tetap dengan mata terpejam. Seolah-olah hanya ada dirinya dan Rosulullah malam itu. Dan mereka menumpahkan deras deru hatinya kepada pujaan hatinya itu. Mbak Yuli dan Mbak Nia mungkin lupa, atau tidak menyadari atau justru sadar sepenuhnya bahwa mereka sedang berhadap-hadapan dengan Rosulullah dan mengatakan apa yang sedang bergemuruh di dalam hatinya langsung kepada pujaan hatinya itu. Sehingga lenyaplah panggung, lenyaplah orang-orang yang lalu lalang dan semua yang ada di sekitar mereka. Di tengah gemuruh panggung, malam menjadi begitu sunyi bagi hatinya, mungkin.

Saiki Cucak Rowo!” begitu teriak salah satu penonton. “Iso ora? Yen ra iso mudhun wae!” sahut yang lain. Saya jadi tahu kenapa Kiai Kanjeng menggarap komposisi She’ll Be Coming Round The Mountain When She Comes versi asli dari Cucak Rowo. Lagu Eropa Barat yang sama sekali tidak binal.

Hingga hari ini, di siang yang lindap di tepi kali Brantas, saya mendengar musik koplo dengan syair Madah Nabawi dibawakan dengan rancak. Ternyata, semakin Madah Nabawi popular, dia tetap saja disalahpahami. Kelompok musik mengaransmen syair Madah Nabawi bukan sebagai pernyataan cinta kepada Rosulullah, tapi sebagai kelengkapan pentasnya. Sebagai salah satu garansi melimpahnya undangan manggung. Penjaga utama periuk nasinya.

Kenduri Sholawat yang Insya Allah akan diselenggarakan di Taman Gladiator Politeknik Negeri Malang minggu depan, diniatkan untuk berkangen-kangenan dengan Rosulullah sang pujaan hati. Ketika seluruh mata terpejam dan setiap hati berlari melompat ke dimensi lain yang tenang. Dan setiap mulut yang menganga berkomat kamit melantunkan kerinduan hatinya kepada Rosulullah, alangkah indahnya. Lampu-lampu mendadak padam, gedung-gedung di sekeliling runtuh, musik pun tak lagi terdengar. Sebab, tatkala melantunkan Madah Nabawi, serasa berhadap-hadapan dengan pujaan hati dan keindahannya melenyapkan semua yang ada dalam benak dan hati manusia.

Maka, kami memohon perkenan Allah dan doa dari sahabat semua agar dilimpahi kekuatan yang berlapis-lapis untuk menenggak anggur merah yang tak sanggup membuat kami mabuk. Sebab, satu-satunya yang memabukkan bagi jamaah Maiyah hanyalah Allah dan kekasih-Nya.

Sampai jumpa di Kenduri Sholawat yang Insya Allah akan diselenggarakan hari Sabtu, 13 Juni 2015 jam 19.30 hingga selesai di Taman Gladiator Politeknik Negeri Malang, Jln. Soekarno Hatta No. 1, Kota Malang. Silakan ajak kawan dan keluarga untuk bersama-sama menyampaikan cinta kepada Rosulullah Muhammad.

Teks: Prayogi R Saputra