Mangayu Bagyo Qomaru Fuady

Sebuah kebahagiaan tiada terhingga pada hari Minggu 2 Agustus 2015, sebuah lingkungan kecil dan tidak berada di pusat kota, mendapat kunjungan dari Sabrang Mowo Damar Panuluh  atau Noe Letto demi ikut mangayu bagyo acara Peluncuran Taman Bermain Qomaru Fuady dan Kajian Ahad Pagi.

Sejak pagi, masyarakat berbondong-bondong membawa ambengan yang dibuat warga untuk dinikmati bersama dalam acara. Acara diawali oleh Bapak Qomasy Al Hafidz yang memimpin selawat serta tahlil, dilanjutkan sambutan-sambutan dan presentasi tentang dua hajat majlis ilmu yang akan diadakan di Balongsari. Acara kemudian dilanjutkan dengan menampilkan grup terbangan yang didaulat secara mendadak untuk latihan 3 hari sebelum hari H. Dengan waktu latihan yang singkat itu, ternyata tidak tampak mengecewakan sama sekali. Grup terbangan yang belum sempat memikirkan nama grup-nya ini tampil cukup mempesona dan kompak. Kemudian di susul dengan perform dari kelompok tari anak-anak yang juga dipersiapkan mendadak, yakni satu minggu sebelum hari H. Penampilan anak-anak dengan gerakan polos dan bersahaja ini mempersembahkan komposisi apik dan menggemaskan.

Setelah rangkaian mata acara tersebut, waktu pun mulai bergulir menuju saat untuk rehat. Warga RT 08 masyarakat Balongsari berkolaborasi dengan warga Bodean RT 05 menyediakan puluhan ambeng untuk disantap bersama. Konsep ambeng ini sengaja dipilih untuk menumbuhkan rasa berbaur dan membahagiai kehangatan saling berbagi. Suasana begitu akrab dan santun, peristiwa yang tidak mudah dijumpai setiap hari. Dimana setiap orang luruh dan duduk bersama dalam level yang sama merasakan kenikmatan bersama dengan hidangan yang tidak dibeda-bedakan pula.

Sabrang didampingi sedulur-sedulur Majlis Gugur Gunung tidak mau kehilangan momentum menikmati kebersamaan. Hidangan khas kampung berupa nasi urap dan segala pernik lauk-pauknya disajikan untuk diambil secara prasmanan dan disantap lesehan melingkar. Sesungguhnya pada peristiwa seperti itu, makanan apapun sudah menjadi nomer dua, karena yang nomer satu adalah nikmatnya berbaur saling membuka diri dalam rasa aman dan salam, saling menyapa dengan karib tanpa gradasi strata sosial yang kaku.

“Sesungguhnya dunia ini adalah taman bermain bagi manusia sehingga adanya taman bermain Qomaru Fuady diharapkan menjadi miniatur dunia yang memiliki keanekaan yang harmonis dan seimbang.”
Sabrang MDP, Mangayu Bagyo Qomaru Fuady (Juli, 2015)

Setelah selesai, memasuki inti acara yakni, halal bi halal dengan menghadirkan Sabrang sebagai pembicara utama. Sabrang tidak sendirian, dia ditemani oleh beberapa kyai di Balongsari dan juga Bapak Lurah dan Bapak Ketua RT. Sabrang memulai maqolah-nya dengan mengatakan bahwa sesungguhnya Balongsari bukan tempat yang baru pertama dia datangi, sudah beberapa kali dirinya hadir dan bahkan bersama istri dan putrinya Nawai.

Berikut berapa kutipan dari yang disampaikan Sabrang pada kesempatan tersebut:

— Dirinya merasa bahagia berada di sebuah lingkungan yang akrab bersentuhan dengan lingkungan. Menyaksikan kerbau-kerbau dimandikan. Memberi makan kambing. Melesakkan kaki ke tanah-tanah sawah yang subur dan khas. Semuanya adalah keindahan yang tidak mudah atau bahkan sangat berbiaya mahal jika ingin medapatkannya di kota.

— Anak sesungguhnya mengajari kita untuk mengingat bagaimana Allah mengingat. Anak mempertunjukkan sikap hidup yang adaptif, mudah bergaul dan menemukan kegembiraan dengan cara yang sederhana. Tidak mendendam dan sangat mudah memaafkan dan bersama bergembira kembali. Memang sesungguhnya apapun yang kamu lakukan asal itu merupakan kondisi paling jujur yang kamu pahami sebagai kebaikan, maka pasti akan memberikan manfaat bagi orang lain, minimal menjadi contoh buruk.

— Taman bermain harus diingat bahwa semua pihak yang berada di dalamnya sama-sama belajar karena tidak ada yang benar-benar paling tahu dan paham dalam menyikapi dan menyimpulkan kehidupan. Apalagi sesungguhnya dunia ini adalah taman bermain bagi manusia sehingga adanya taman bermain Qomaru Fuady diharapkan menjadi miniatur dunia yang memiliki keanekaan yang harmonis dan seimbang. Paling tidak adanya taman bermain memberikan kesempatan bagi kita untuk memantau dan mengawasi secara terintegrasi.

“Fitrah manusia yang berhasil adalah yang ketika kembali tetap baik kondisinya, tidak rusak, bahkan mengandung sekian amal kebajikan.”
Kyai Arifin, Mangayu Bagyo Qomaru Fuady (Juli, 2015)

Demikian Sabrang lantas memberikan kesempatan kepada Pak Suudi selaku Ketua RT, Pak Sodiq, dan pembicara pendamping seperti Bapak Kyai Zaenal Arifin dan Bapak Kyai Mansyur. Pak Ud merespon dengan statement bahwa kegiatan di Balongsari merupakan kegiatan yang harus disengkuyung dan dimiliki oleh masyarakat agar tidak menjadi ketidak-adilan karena memberikan beban pada satu pihak tanpa memberi uluran apapun.

Kyai Arifin merespon bahwa yang disampaikan Sabrang merupakan bentuk lain yang menganjurkan kita untuk menjaga fitrah, baik fitrah sebagai manusia, sebagai orang tua maupun sebagai bagian dari masyarakat Hidup tidak hanya sekedar lahir, sekolah, bekerja, dapat uang. Hidup itu penuh dengan pembelajaran yang menganjurkan kita bersikap bijaksana, karena berlatih kesabaran, belajar bagaimana mengendalikan diri, berusaha berjuang menegakkan kebaikan dan kemuliaan. Fitrah manusia yang berhasil adalah yang ketika kembali tetap baik kondisinya, tidak rusak, bahkan mengandung sekian amal kebajikan. Ini tidak mudah, tapi bisa dicicil setahun sekali, maka orang Islam setiap setahun sekali diberi metode untuk bisa kembali ke fitrah.

Pak Mansyur menambahkan bahwa apa yang sering terjadi dalam kehidupan adalah memberhalakan pengetahuan bukan menemukan pengertian. Oleh sebab itu, sesungguhnya pengertian lebih penting dari sekedar tahu. Ada yang ngerti dia mengerti, ada yang mengerti dia tidak mengerti, ada yang tidak mengerti kalau dirinya mengerti, dan ada pula yang tidak mengerti bahwa dirinya tidak mengerti. Jenis-jenis manusia yang beragam ini perlu senantiasa mencari pengertian dari manapun dan dari apapun bentuknya karena, jika setiap orang dalam hatinya sudah menyangka paling benar dan paling mengerti, dia akan berhenti menghargai apa yang disampaikan orang lain dan berhenti menghormati dengan apa yang diupayakan orang lain, sebab ada prasangka dalam wilayah lembut jiwanya bahwa apa-apa yang dilakukan dan dikatakan orang lain tak lebih baik tak lebih benar dari apa yang dikatakan dan dilakukannya.

Pak Shodiq selaku Lurah Pringapus, memberi statement bahwa warga masyarakat Balongsari memang sejak lama menjadi tempat bagi warga warga sekitar berdatangan untuk ikut belajar dan menuntut ilmu. Secara kemasyarakatan pun kebetulan Balongsari ditinggali oleh banyak sekali tokoh pendidik dari para kyai dan ulama hingga para pendidik di wilayah akademis.

Maka jika kini Balongsari diperkenankan oleh Allah untuk mengelola majelis ilmu berupa taman bermain dan pengajian Ahad pagi, insya Allah memang sudah menjadi amanah langsung dari Allah agar masyarakat Balongsari tidak kehilangan dirinya yang sudah sejak lama disegani daerah-daerah dalam hal keilmuan.

“Apapun yang kamu lakukan asal itu merupakan kondisi paling jujur yang kamu pahami sebagai kebaikan, maka pasti akan memberikan manfaat bagi orang lain, minimal menjadi contoh buruk.”
Sabrang MDP, Mangayu Bagyo Qomaru Fuady (Juli, 2015)

Sabrang kemudian merespon apa yang disampaikan oleh Pak Yai Mansyur tentang “tahu dan mengerti”. Sabrang mengupasnya dengan sangat apik dan terperinci, meskipun menurut dia untuk mengupas ini diperlukan 16 layer mengenali diri, tapi demi acara yang tidak memperkenankan waktu lebih lama karena akan memasuki saat salat Zuhur, Sabrang menjelaskan dengan 4 layer untuk mempersingkat waktu.

Kemudian diberikan sesi bertanya kepada pada hadirin. Ada dua penanya, penanya pertama menanyakan kiat-kiat sukses, sedangkan penanya kedua, “Kenapa tidak ada taman Lansia?”

Untuk penanya pertama, Sabrang memberi jawaban sederhana bahwa ukuran keberhasilan seseorang bukan ditentukan dari luar dirinya, dari seberapa banyak dirinya tampil di televisi, seberapa banyaknya dia menjadi headline surat kabar, seberapa kaya dan besar kemewahan yang dimiliki, bukan itu semua. Keberhasilan ditentukan oleh seberapa banyak perbuatan yang dilakukannya sama dengan apa yang dia niatkan. Misal anda sebelum tidur mau bangun pagi jam 04.00 setelah itu bersih-bersih dan seterusnya. Tapi anda ternyata baru bangun jam 08.00 maka anda belum berhasil menjalankan niat tapi sudah berhasil mendapat referensi kekeliruan untuk bisa diperbaiki kemudian. Sedangkan jika anda ternyata bisa bangun jam 04.00 maka hal yang tampaknya sepele dan sederhana ini sesungguhnya wujud dari sebuah keberhasilan. Jadi, lakukan apa yang menjadi niat anda, semakin seimbang intensitas antara niat dan perbuatan maka anda pasti semakin berhasil dalam hidup.

Untuk pertanyaan kedua, Pak Arifin yang memberikan jawaban bahwa ‘taman Lansia’ telah lebih dulu ada setiap kamis pagi. Dimana disitu berkumpul orang-orang lanjut usia yang mengaji dan belajar di bawah asuhan Bapak K.H. Qomasy Al Hafidz.

Acara sudah makin menuju puncak, maka sebelum diakhiri beberapa hadirin meminta Sabrang untuk menyanyi. Ternyata Sabrang menyanggupi menghadiahkan Ruang Rindu dan Sebelum Cahaya. Semua lagu dilantunkan tanpa alat musik apapun, namun sama sekali tidak mengurangi kegembiraan dan bahkan rasanya lebih spesial.

Acara kemudian dipungkasi dengan doa oleh Yai Mansyur dan selanjutnya para hadirin pulang kembali dengan tertib setelah berhasil membawa oleh-oleh berupa foto bareng Sabrang. Demikian reportase singkat kegiatan peresmian Taman Bermain Qomaru Fuady dan Pengajian Ahad Pagi di lingkungan Balongsari RT 08 /III bekerjasama dengan RT 05 Dusun Bodean dan di-sengkuyung oleh Majlis Gugur Gunung sebagai sekelompok bagian dari Masyarakat Maiyah Semarang.